BAB I PENDAHULUAN. mencapai 5,9% di bulan Agustus 2014 (International Labour Organization Key

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modernisasi, serta globalisasi. Oleh karena itu, penggunaan mesin-mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini mengalami kemajuan yang semakin pesat. Perkembangan tersebut

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ditandai dengan semakin banyaknya industri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam


PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGAWASAN DAN PELAPORAN PEKERJAAN NON RUTIN MENGGUNAKAN FORM CHECKLIST DI PERUSAHAAN PEMBANGKIT

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB III METODE PENELITIAN. maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB I PENDAHULUAN. sakit karena pekerjaan tersebut, baik itu berupa cidera, luka-luka, atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

K3 Konstruksi Bangunan

SCHEDULE HSE PUBLIC TRAINING PT SINERGI SOLUSI INDONESIA-INDONESIA SAFETY CENTER 2016

1 Universitas Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

JADWAL TRAINING ISC SAFETY SCHOOL 2018

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

JADWAL SERTIFIKASI. 08 Agust sd 03 Sept. 21 nov sd 17 Des

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

PT Jogja Rekayasa Engineering Jl. Menur No. 150 RT 05/57 Maguwoharjo, Sleman, DIY Telp COMPANY. Profile

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2010, Indonesia telah mengalami pergeseran pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya di dominasi oleh sektor pertanian menjadi sektor industri/manufaktur serta sektor pelayanan jasa. Bahkan, daya produksi dari sektor industri/manufaktur lebih berkembang melebihi dua kali lipat dari sektor ekonomi lainnya. Trend pengangguran juga mengalami penurunan dengan berkembangnya sektor industri/manufaktur. Penurunan angka pengangguran diperkirakan mencapai 5,9% di bulan Agustus 2014 (International Labour Organization Key Indicators of the Labour Market, 2010). Proses industrialisasi masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beraneka ragam. Perkembangan industri yang pesat ini diringi pula oleh adanya risiko bahaya yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana penggunaan mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks untuk mendukung berjalannya proses produksi. Hal ini menimbulkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja (Novianto,2010). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan unsur perlindungan terhadap tenaga kerja, pengusaha dan aset perusahaan. Pengendalian secara teknis dan teknologis terhadap potensi bahaya terjadinya kecelakaan kerja adalah hal yang utama dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja dan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Setiap kecelakaan adalah suatu kerugian dan kerusakan yang selalu mengancam jiwa manusia dan harta benda baik tenaga 1

2 kerja, keluarganya maupun pengusaha. Maka upaya pencegahan kecelakaan merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar. Kesehatan kerja dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja, sehingga tenaga kerja sebagai pelaku usaha dapat merasakan dan menikmati hasilnya. (Tarwaka,2008). Kejadian kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kecelakaan dan kerugiannya pun bervariasi, yang meliputi unsur manusia, mesin (material) dan lingkungan kerja. Orang yang ditimpa kecelakaan akan mengeluh dan menderita, tidak jarang berakibat luka luka bahkan dapat berakibat cacat bagi penderita (Suma`mur, 1996). Berdasarkan laporan mengenai kecelakaan kerja yang diperoleh dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menunjukkan statistik kecelakaan kerja hingga akhir tahun 2014 telah terjadi 105.383 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Dari jumlah tersebut, tercatat kasus cacat fungsi berjumlah 3.618 kasus, cacat sebagian 2.616 kasus, cacat total berjumlah 43 kasus dan meninggal dunia sebanyak 2.375 kasus. Tingginya angka kecelakaan tersebut menunjukkan belum optimalnya pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Indonesia sebagai bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja. (BPJS Ketenagakerjaan, 2014). Salah satu upaya untuk mencegah suatu permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diperlukan identifikasi bahaya yang bertujuan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja, penilaian risiko yang berfungsi untuk untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario dampak yang

3 akan ditimbulkannya, agar organisasi dapat menetapkan keputusan, berdasarkan hasil dari analisis risiko sebelumnya, mengenai risiko mana yang memerlukan pengendalian & prioritas pengendaliannya. Berdasarkan OHSAS 18001, menjelaskan mengenai pentingnya identifikasi bahaya, penilaian risiko serta pengendalian risiko sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan perencanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) disuatu perushaan. (OHSAS 18001:2007) Di Indonesia, pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di tempat kerja mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dimana dalam peraturan ini, identifikasi bahaya dan penilaian risiko adalah hal mutlak yang harus dilakukan suatu perusahaan dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) serta tercapainya tempat kerja yang nyaman, efisien, dan produktif. Selain itu, identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan suatu bentuk perencanaan K3 yang digunakan sebagai landasan disusunnya program maupun kebijakan K3. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012). Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukannya identifikasi

4 bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases (assessment) besarnya risiko bahaya (Suma mur, 2009). Sektor minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi andalan utama perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri (Biro Riset LM FEUI). Perkembangan sektor minyak dan gas juga diikuti dengan perkembangan usaha penunjang migas baik usaha jasa penunjang migas maupun usaha industri penunjang migas. (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 tahun 2008). Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, saat ini jumlah perusahaan yang bergerak dalam usaha penunjang migas mencapai 2.883 perusahaan. Terdiri dari 749 perusahaan jasa pemboran, inspeksi dan transportasi, 2.000 perusahaan jasa konsultan kegiatan operasi migas serta 134 perusahaan yang memproduksi barang dan peralatan penunjang migas seperti wellhead, christmastree, bahan kimia pemboran,pipa salur, rig, platform, OCTGN, pumping unit, valve, ketel uap dan peralatan lainnya. Dari 134 perusahaan yang memproduksi barang dan peralatan penunjang migas, sudah hampir semua perusahaan mampu memproduksi spesifikasi produk minimal yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi migas. (Bisnis Indonesia, 2015) Kota Batam adalah salah satu kota industri di Indonesia. Pada dekade 1970-an sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 41 tahun 1973, Kota Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri. Kota Batam sebagai salah satu daerah industri sangat diuntungkan oleh geografisnya yang strategis, yakni

5 berbatasan dengan Singapura dan Malaysia, serta terletak di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran sibuk di dunia. Dengan keuntungan tersebut, maka banyak perusahaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang menjadikan Kota Batam sebagai tempat beroperasi kegiatan produksi dari perusahaan tersebut. Salah satu jenis industri yang saat ini berkembang di Kota Batam adalah usaha industri penunjang minyak dan gas yang termasuk kedalam jenis industri berat. PT X Kota Batam merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa penunjang migas yakni jasa pelaksanaan konstruksi migas. Jenis proyek yang dilaksanakan PT X Kota Batam merupakan proyek Engineering Procurement and Construction (EPC). Proyek EPC adalah suatu proyek dimana kontraktor mengerjakan proyek dengan ruang lingkup tanggung jawab penyelesaian pekerjaan meliputi studi desain, pengadaan material dan konstruksi serta perencanaan dari ketiga aktivitas tersebut. Dalam proyeknya PT X Kota Batam memiliki client dari perusahaan migas ternama di dunia seperti Exxon Mobile, Chevron, KS Energy, Kellog Joint Venture (KJV), Boskalis Australia PTY,Ltd (BKA), Murray & Robert, Marine & Civil Joint Venture (MMJV) dan sebagainya. Produknya ialah rig, stinger, platform dan lain-lain. Dalam pelaksanaan proyek untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, tentunya digunakan mesin-mesin dan peralatan canggih yang juga memiliki potensi bahaya bagi pekerja. Dengan adanya penggunaan berbagai peralatan tersebut dan interaksi dengan manusia sebagai pekerja memungkinkan untuk memicu terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) yang akan merugikan pekerja maupun pihak perusahaan.

6 Pada proses kerjanya, PT X Kota Batam memberlakukan prosedur ijin kerja atau permit to work dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Sistem Permit to Work atau sistem ijin kerja adalah sistem tertulis resmi yang digunakan untuk mengontrol jenis pekerjaan tertentu yang diidentifikasikan sebagai pekerjaan yang berpotensi berbahaya. Ini juga merupakan sarana komunikasi antara manajemen instalasi/site, plant supervisor dan operator serta mereka yang melakukan pekerjaan. Tujuan dari sistem Permit to Work adalah menyakinkan bahwa perencanaan yang tepat dan mempertimbangkan risiko yang ada pada pekerjaan tertentu. Ada tiga macam permit to work, yakni hot work permit, cold work permit dan confined space. Proses yang termasuk dalam hot work permit adalah pengelasan (welding), pemotongan (cutting), penggerindaan (grinding), pencongkelan (gouging), pembakaran (burning) dan pemanasan (preheating). Sedangkan yang termasuk dalam cold work permit yakni hydrotest, commisioning, scaffolding, mechanical, electrical, lifting, blasting, dan working at hieght. Selanjutnya, confined space merupakan pekerjaan yang dilakukan di ruang terbatas. Pada bulan Januari PT X Kota Batam telah menerima dan mulai melaksanakan proyek dari client. Proyek ini merupakan modifikasi rig yang digunakan untuk pengeboran minyak di daratan (onshore). Rig adalah serangkaian peralatan khusus yang digunakan untuk membor sumur atau mengakses sumur baik offshore maupun onshore. Modifikasi rig yang dilakukan dengan fabrikasi, yakni dilakukan pembuatan secara bertahap, sehingga dalam proses pengerjaannya tidak semua jenis pekerjaan berdasarkan permit to work

7 dilaksanakan. Hanya beberapa jenis tahap pekerjaan tahap awal terlebih dahulu yang akan dilaksanankan dengan jangka waktu 2 bulan setelah proyek diterima. Adapun jenis proses yang dimulai yakni, pengelasan (welding), pemotongan (cutting), penggerindaan (grinding) pencongkelan (gouging), pembakaran (burning), pemanasan (preheating), perancah (scaffolding) dan pengangkatan (lifting). Penelitian terdahulu yang dilakukan Wahyu (2013), yang dilakukan pada bagian double bottom pembangunan kapal di PT X Surabaya mengidentifikasi bahaya pekerjaan pengelasan (welding) dengan menggunakan metode Job Safety Analysis. Bahaya yang teridentifikasi paling banyak terdapat pada jenis pengelasan SMAW dan MAG yaitu tersengat listrik. Hasil penilaian risiko murni jenis pengelasan SMAW dan MAG terdapat 38 risiko murni dengan kategori risiko terbanyak adalah risiko tinggi sebanyak 89,5%. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat survei pendahuluan, terdapat 3 proses kerja proses yang memiliki potensi bahaya yang lebih tinggi. Adapun proses tersebut ialah pengelasan (welding), penggerindaan (grinding), dan perancah (scaffolding). Ketiga proses tersebut dapat menimbulkan kefatalan dan juga kerusakan yang luas di lingkungan kerja. Pada proses pengelasan (welding) yang menggunakan jenis las Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dimana jenis las ini merupakan pengelasan yang menggunakan energi listrik sebagai sumber panasnya. Potensi bahaya yang dominan pada proses pengelasan ini merupakan tersengat listrik. Paparan sinar UV selama proses pengelasan juga dapat memberikan efek buruk bagi mata. Selain itu, fume yang

8 berasal dari pengelasan juga dapat menyebabkan Metal Fume Fever bagi pekerja pengelasan (welder). Pada proses penggerindaan (grinding) menggunakan peralatan gerinda tangan yang digunakan untuk mengurangi partikel bahan yang semula kasar menjadi ukuran yang lebih halus. Dapat menimbulkan getaran sehingga dapat menyebabkan gangguan muskoskeletal, kelelahan otot dan lainnya. Disamping itu, dikarenakan proses ini menggunakan disk sebagai pemotongnya jika terdapat kesalahan prosedur dalam pengoperasiannya atau human error dapat menyebabkan disk terhempas sehingga dapat menyebabkan bagian tubuh terpotong, bahaya ini dapat menyebabkan kefatalan bagi pekerja jika disk yang tajam tersebut terhempas ke bagian leher hingga kepala. Pada proses perancah (scaffolding), karena proses kerja ini berhubungan dengan melakukan pekerjaan pada suatu struktur sementara hingga mencapai ketinggian tertentu sesuai dengan spesifikasi rig maka potensi bahaya yang dapat terjadi pada scaffolder yakni terjatuh dan tertimpa material yang dapat mengakibatkan kecacatan ataupun kematian bagi para pekerja. Hal ini juga sejalan dengan laporan tahunan HSE Performance PT X Kota Batam hingga bulan Agustus 2015 terdapat kejadian yang tidak diinginkan, yakni insiden kerja. Berdasakan data sekunder, diketahui perfoma keselamatan dan kesehatan kerja PT X Kota Batam dari tahun 2007-2015 adalah sebagai berikut :

9 Gambar 1.1 HSE Performance PT X Kota Batam Sumber : PT X Kota Batam Berdasarkan uraian diatas dan masih jarangnya penelitian yang dilakukan pada jenis industri fabrikasi rig, maka peneliti tertarik untuk melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada proses pengelasan (welding), penggerindaan (grinding) dan perancah (scaffolding) di PT X Kota Batam. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ialah apa saja bahaya/ hazard yang akan teridentifikasi dan penilaian risiko pada proses fabrikasi modifikasi rig yakni pengelasan (welding), penggerindaan (grinding) dan perancah (scaffolding) di PT X Kota Batam tahun 2016 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan memberikan penilaian risiko pada fabrikasi modifikasi onshore rig PT X Kota Batam tahun 2016.

10 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko pada tahapan pengelasan (welding) di PT X Kota Batam. 2. Untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko pada tahapan penggerindaan (grinding) di PT X Kota Batam. 3. Untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko pada tahapan perancah (scaffolding) di PT X Kota Batam. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi semua pekerja di PT X Kota Batam untuk mengenali potensi bahaya dan risiko yang terdapat di perusahaan serta dapat menerapkan perilaku aman saat bekerja. 2. Sebagai informasi tambahan bagi perusahaan PT X Kota Batam dalam menerapkan pengendalian risiko maupun manajemen risiko, upaya perbaikan serta meningkatkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan. 3. Sebagai sarana belajar bagi penulis dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya dalam konsentrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

11 4. Sebagai informasi tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari akademisi, praktisi, masyarakat dan peneliti dalam pengembangan keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 5. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 6. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi perkembangan penelitian selanjutnya.