BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

KUESIONER PENELITIAN

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI. Diajukan oleh : Teguh Kurniawan

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Tanpa terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini. Santroc (2002) mempertegas bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai saat anak menunjukan tandatanda pubertas dan dilanjutkan dengan terjadinya perubahan-perubahan dari yang bukan seksual menjadi seksual pada individu. Pada masa ini remaja mempunyai keinginan besar sekali terutama dalam masalah seksualitas. Rasa ingin tahu ini, kalau tidak terpenuhi dengan bimbingan dan penerangan yang benar, dikhawatirkan mereka memiliki anggapan yang salah mengenai masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, lebih dikhawatirkan lagi, jika para remaja memperoleh pengetahuan dan pemahaman seksnya dari cerita-cerita kotor dan cabul. Kalau keadaan mereka ini dibiarkan, tanpa ada usaha untuk memberikan pemahaman pendidikan seks yang sesuai dengan agama, tidak mustahil akan tercipta keadaan yang amoral, mereka memandang seks hanya sebagai nafsu kebinatangan. Berkaitan dengan permasalahan seks yang diungkapkan di atas, Sarwono (2010) menyatakan bahwa secara psikologis bentuk perilaku seks remaja pada dasarnya adalah normal, sebab prosesnya memang dimulai dari rasa tertarik 1

2 kepada orang lain, muncul gairah diikuti puncak kepuasan dan diakhiri dengan penenangan. Ukuran normal ini akan menjadi berbeda ketika norma masyarakat dan norma agama terlibat. Norma masyarakat Indonesia belum mengizinkan adanya perilaku seksual remaja yang mengarah kepada hubungan seksual, demikian pula norma agama-agama di Indonesia ini. Kita ketahui bersama Indonesia adalah Negara hukum, maka segala sesuatunya pasti di atur oleh undang-undang yang berlaku. Undang-undang yang mengatur tentang pornografi di Indonesia adalah Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2008. Berikut akan di sajikan perilaku seksual di kalangan remaja : Tabel 1. Data Remaja Melakukan Hubungan Seks No Tahun Konten Presentase Sumber Keteranga n 1 2001 Pengalaman melakukan 9% http://news.o hubungan seks pada kezone.com/ perempuan read/2010/1 2 2002-2003 3 2003-2004 Pengalaman melakukan hubungan seks pada lakilaki 27% 2/04/338/40 0182/tiaptahunremaja-sekspra-nikahmeningkat Penelitian ini dilakukan oleh Situmorang di Medan Melakukan hubungan 34.7% Badan Berdasarka seks usia 14 19 tahun pada perempuan Pemberdaya an n Survei Kesehatan Pengalaman melakukan 30.9% Masyarakat, Reproduksi hubungan seks usia 14-19 tahun pada laki-laki Perempuan dan Remaja Indonesia Pengalaman melakukan 48.6% Keluarga hubungan seks usia 20-24 tahun pada perempuan Berencana, 2010 Pengalaman melakukan 46.5% hubungan seks usia 20-24 tahun pada laki-laki Pelajar SMA melakukan 12.1% Nur, 2012 Persatuan hubungan sek Keluarga Pelajar SMP melakukan 4.8 % Berencana

3 hubungan seks Indonesia 4 2007 Berpacaran pada wanita usia 15 17 tahun 43 % Penelitian SKRRI a. Berpegangan tangan b. Berciuman 68 % 27 % Badan Pemberdaya an c. Meraba bagian 9 % Masyarakat, sensitive Perempuan d. Melakukan 1 % dan hubungan seksual Keluarga Berencana, Berpacaran pada laki- 40 % 2010 laki usia 15 17 tahun a. Berpegangan 69 % tangan b. Berciuman 41 % c. Meraba bagian 27 % sensitif d. Melakukan 6 % hubungan seksual 2008 Remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno Remaja SMP dan SMA pernah berciuman, meraba alat kelamin, dan seks melalui mulut Remaja SMP tidak perawan Remaja melakukan 21.2 % Aborsi 2008 Remaja menyatakan secara terbuka telah melakukan hubungan seks sebelum menikah di : a. Jabodetabek 51 % b. Bandung 54 % c. Surabaya 47 % 97 % Badan Pemberdaya an 93.7 % Masyarakat, Perempuan dan Keluarga 62.7 % Berencana, 2010 Ceria BKKBN Direktorat Remaja dan Perlindunga n Hak hak Reproduksi Penelitian dilakukan Komnas Perlindunga n Anak Indonesia

4 d. Medan 52 % 9 2011 Siswa yang memiliki pacar Siswa yang tidak memilik pacar saat penelitian Berpegangan tangan saat pacaran 87.5 % Penelitian 12.5 % 86.6 % (118 ) Berpelukan saat pacaran 66.2 % (90) Berciuman saat pacaran 64 % (87) Berciuman meraba Melakukan seksual sambil hubungan 29.4 % (40) 14.7 % (20) dilakukan oleh Oktariana di 7 SMA dan SMK di Kota Depok dengan sampel 136 orang. Tabel diatas menjelaskan, bahwasanya setiap tahun peningkatan perilaku seksual dikalangan remaja terus meningkat. Adapun yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Ada pun penyebab para remaja melakukan perilaku seksual antara lain maraknya pengedaran gambar dan VCD porno, mudahnya mengakses situs porno di internet, kurangnya pemahaman akan nilai-nilai agama, keliru dalam memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang pendidikan seks serta belum adanya pendidikan seks secara reguler hingga formal di sekolah. Itulah sebabnya informasi tentang pendidikan seks sangat diperlukan bagi remaja disekolah. Harus diakui, sampai saat ini di kalangan masyarakat tertentu, berbicara soal seks masih dianggap masalah yang tabu. Oleh karena itu, jarang sekali di jumpai pembicaraan perihal seks secara terbuka. Namun disisi lain (fakta yang

5 tidak terbantahkan), masalah seks juga berjalan terus. Untuk itu, sosialisasi pemahaman dan tekhnik dalam penyampaian materi tentang pendidikan seks di sekolah sangat perlu sebagai salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memfilter perilaku destruktif seksual remaja. Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa remaja, informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan supaya remaja tidak mendapatkan informasi yang salah dari sumbersumber yang tidak jelas. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan tidak cukupnya informasi mengenai aktifitas seksual mereka sendiri. Pengetahuan remaja tentang seks masih sangat kurang. Faktor ini ditambah dengan informasi keliru yang diperoleh dari sumber yang salah, seperti mitos seputar seks, VCD porno, situs porno di internet, dan lainnya akan membuat pemahaman dan persepsi anak tentang seks menjadi salah. Pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas yaitu suatu pendidikan seksual dalam arti luas yang meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, diantaranya aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku. Saat sekarang ini bukan saja anak yang di kota-kota besar yang terserang penyakit seks bebas namun hampir disemua kabupaten kota sudah terjangkit penyakit yang merusak mental anak negeri ini.

6 Kabanjahe adalah ibu kota Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Kabanjahe yang secara geografis berada di barat laut Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kota Kabanjahe hanya berjarak 76 km dari pusat kota Medan dan 10 km dari kota Berastagi yang berhawa sejuk dengan panorama dua gunung api yang masih aktif, yakni Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Sering menjadi kota perlintasan dan persinggahan bagi wisatawan lokal dan asing yang hendak ingin menikmati hawa daerah pegunungan. Dengan jarak yang tidak jauh dari ibu kota provinsi dan banyaknya wisatawan asing yang berdatangan, menjadikan Tanah Karo khususnya kota kabanjahe menjadi kota yang modern yang mengikuti gaya hidup budaya asing. Salah satu bentuk perubahan yang terjadi dengan adanya budaya asing yang masuk yaitu perubahan cara berpakaian yang tidak sesuai dengan budaya timur dan perubahan cara bergaul yang terlalu bebas yang pada ujungnya akan berakibatkan pada perilaku seks. Terlebih lagi perubahan cara bergaul yang terlalu bebas dianut oleh kalangan remaja di usia sekolah. Madrasah Aliyah Negeri Kabanjahe adalah salah satu sekolah yang terletak di Kabanjahe jalan Samura Gang Madrasah no 06. Murid yang bersekolah disini bukan hanya dari Kota Kabanjahe saja, namun dari berbagai desa dan kota yang ada di Kabupaten Karo. Meskipun Sekolah bercirikan kurikulum islami, sikap waspada tetap harus dilakukan mengingat perilaku perilaku seks ini dengan cepat dan mudah tersebar kepada seluruh kalangan masyarakat terlebih para siswa dan siswi.

7 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerangka dasar dan struktur kurikulum menengah ditetapkan oleh Pemerintah dan dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan atau komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan dan kantor departemen agama kabupaten/kota. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Kabanjahe, dengan wawancara dengan guru bimbingan konseling bahwasanya ada beberapa tindakan yang dilakukan siswa yang mengundang terjadinya aktivitas seksual seperti adanya siswa yang berpacaran dan adanya siswa kedapatan menyimpan video porno di dalam handphone, dan video itu akan dibagikan kepada teman teman yang lain bagi yang ingin melihatnya. Selain itu ada juga siswa yang melakukan cuitan kepada siswi, dan ada juga kasus siswa yang mengintip di kamar mandi siswi. Ketika wawancara dengan Guru Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di Madrasah Aliyah Negeri Kabanjahe menggunakan Kurikulum 2013. Pada pembelajaran pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi terdapat materi yang berkaitan dengan seks bebas. Akan tetapi, materi seks bebas tidak

8 didapatkan di setiap jenjang kelas. Materi seks bebas akan di dapatkan pada kelas XI dan XII. Selain itu juga, materi seks bebas sangat minim diproleh oleh siswa karena selama di kelas IX hanya satu kali pertemuan yakni 3 jam pelajaran. Berdasarkan hal diatas, maka sangat diperlukan adanya sosialisasi pendidikan seks yang benar bagi remaja. Sosialisasi pendidikan seks tersebut disajikan dalam program edukasi menarik dari sekolah maupun dari luar sekolah. Penyampaikan yang tepat dan mensosialisasikan materi mengenai pendidikan seks dan dampak seks bebas juga menjadi kunci keberhasilan merubah sikap remaja terhadap seks. Pendidikan seks yang tentu saja bertujuan untuk membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia disertai dengan penanaman nilai nilai seksualitas itu sendiri. Menyadari kemungkinan tingginya perilaku seksual, ada kekhawatiran bahwa kurangnya sosialisasi pengetahuan tentang pendidikan seks telah memberikan dampak negatif pada perilaku seksual remaja terutama siswa siswi Sekolah Menegah Atas. Atas dasar permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Pemberian Sosialisasi Pendidikan Seks Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa Kelas X MAN Kabanjahe Tahun Ajaran 2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

9 1. Apakah ada metode yang efektif untuk remaja dalam penyampaian materi pendidikan seks? 2. Apakah timbulnya rasa ingin tahu yang besar membuat remaja untuk mencoba? 3. Apakah dikalangan masyarakat berbicara tentang seks dianggap tabu? 4. Apakah minimnya pengetahuan remaja tentang pendidikan seks akan membuat mereka beresiko melakukakan perbuatan yang menyimpang? 5. Apakah pendidikan seks di sekolah sudah diajarkan secara regular dan formal? 6. Apakah materi tentang pendidikan seks disekolah sudah diajarkan secara menarik? 7. Apa dampak seks bebas terhadap remaja usia sekolah? C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari interpretasi yang salah, maka dipertegas penelitian pada hal-hal yang pokok, sehingga tercapai sasaran yang di inginkan. Oleh sebab itu penelitian ini dibatasi pada masalah yaitu Pengaruh Pemberian Sosialisasi Pendidikan Seks Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa kelas X MAN Kabanjahe Tahun Ajaran 2017. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini dengan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana Pengaruh Pemberian Sosialisasi Pendidikan Seks Terhadap Pengetahuan dan sikap Siswa kelas X MAN Kabanjahe Tahun Ajaran 2017?

10 E. Tujuan Penelitian Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan. Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui adanya Pengaruh Pemberian Sosialisasi Pendidikan Seks Terhadap Pengetahuan dan sikap Siswa kelas X MAN Kabanjahe Tahun Ajaran 2017. F. Manfaat Penelitian Apabila tujuan telah dicapai maka dapat dipastikan tujuan tersebut bermanfaat bagi penulis, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya perilaku seks terhadap remaja di Indonesia khususnya Sumatera Utara, 2. Sebagai upaya untuk mencegah perilaku seks pada remaja di usia sekolah, 3. Sebagai jawaban dari rasa ingin tahu remaja terhadap pendidikan seks, 4. Sebagai sumber pengetahuan baru bagi para remaja, 5. Sebagai sarana edukasi menarik tentang penyampaian materi pendidikan seks, 6. Sebagai suatu sistem pendekatan yang dapat dilakukan dengan melaksanakan pendidikan seks di sekolah.