Interview Guide. Dengan hormat, Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERIN TAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No mendukung percepatan pengembangan pembangunan dan kegiatan usaha di Kawasan Ekonomi Khusus, perlu mendelegasikan kewenangan penerbitan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS MOROTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG KELAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA TRANS KALIMANTAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Penerbitan Perizinan di Bidang Perdagangan kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe; Mengingat : 1. Undang-Undang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG KELAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KAWASANEKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI DENGAN RAHMATTUHANYANG MAHAESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.444, 2014 BKPM. Izin Prinsip. KEK Sei Mankei. Pelimpahan. Wewenang.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS GALANG BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uraian tentang teori- teori dan penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.445, 2014 BKPM. Pelimpahan Wewenang. Izin Usaha Kepala Administrator. KEK Sei Mangkei.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR : PER-01/M.EKON/02/2008 TENTANG

2017, No Penerbitan Perizinan di Bidang Perdagangan kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Ta

2017, No percepatan pengembangan pembangunan dan kegiatan usaha di Kawasan Ekonomi Khusus, perlu mengatur kembali ketentuan pendelegasian kewe

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGEL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA GUNUNG MULIA DI KECAMATAN BABULU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN KEPALA DESA CLURING KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA CLURING NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 068 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA LABANGKA BARAT DI KECAMATAN BABULU

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/M-DAG/PER/2/2015 TENTANG

Transkripsi:

Interview Guide Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara Di tempat Dengan hormat, Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam penyelesaian pendidikan pada Program Studi Antopologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sebagai bahan penulisan skripsi saya melaksanakan penelitian di daerah tempat tinggal Bapak/Ibu/Saudara. Sehungan dengan itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara, untuk memberikan jawaban kuesioner ini sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Perlu kami sampaikan bahwa hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademik dan tidak akan berpengaruh pada status Bapak/Ibu/Saudara sebagai seorang masyarakat Kabupaten Simalungun. Mohon bantuan dari Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya, secara objektif, dan apa adanya. Untuk itu saya ucapkan terima kasih. Peneliti, Fritz Octo Saragih (120905047)

Etnis Simalungun Responden: Nama responden: Agama: Alamat: Jalan: Gender: Usia: RT/RW/NAGORI/DUSUN: Tamatan terakhir: sudah berapa lama di Sei Mangkei? Pekerjaan: Pertanyaan: 1. Apakah bapak/ibu bergabung/ikut dalam sebuah ormas? jika ya, apa nama ormas tersebut? 2. Menurut bapak/ibu permasalahan apa yang harus segera ditangani Pemerintah Simalungun? Khususnya daerah tempat tinggal bapak/ibu? 3. Sebagai orang/masyarakat yang tinggal di Simalungun, apa yang bapak/ibu ketahui tentang Ahap Simalungun? 4. Jika bapak/ibu adalah Etnis Simalungun, apakah bapak/ibu tahu tentang visi dan misi budaya Simalungun? 5. Jika bapak/ibu adalah Etnis Simalungun, apa tanggapan bapak/ibu terhadap banyaknya pendatang yang pastinya meningkatkan persaingan dalam kehidupan? 6. Jika bapak/ibu adalah Etnis Simalungun, bagaimana cara bapak/ibu mempertahankan identitas sebagai orang Simalungun? 7. Jika bapak/ibu adalah Etnis Simalungun, apakah bapak/ibu setuju jika dipimpin oleh seseorang yang bukan Etnis Simalungun? Beri alasan? 8. PERNYATAAN: Orang Simalungun memiliki sifat yang tertutup, sehingga tidak suka berbaur dengan masyarakat Etnis lain. Apakah bapak/ibu setuju dengan pernyataan tersebut? Beri alasan? 9. PERNYATAAN: Orang Simalungun memiliki sifat budaya yang membuat Orang Simalungun selalu ketinggalan dibandingkan Etnis Batak lainnya, yaitu sifat yang terlalu berhati-hati dalam setiap bertindalk, mengambil keputusan dan lain sebagainya. Apakah bapak/ibu setuju dengan pernyataan tersebut? Beri alasan? 10. PERNYATAAN: Di setiap daerah perbatasan wilayah Simalungun, Etnis Simalungun selalu mengalami Marjinalisasi/Ketertinggalan/Tidak dapat berkembang/kalah Bersaing dengan Etnis Tetangga ataupun bendatang yang masuk. Contohnya Parapat. Apakah bapak/ibu setuju dengan pernyataan tersebut? Beri alasan?

11. PERNYATAAN: isunya Kabupaten Simalungun akan dibagi/ melaukan pemekaran menjadi Simalungun dan Simalungun Hataran. Bapak/ibu setuju atau tidak dengan adanya pemekaran tersebut? Beri alasan? NB: Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti terhadap responden berbeda, mengacu pada Etnis Simalungun dan Non Simalungun. Diutamakan yang sudah tinggal selama tiga (3) generasi di Sei Mangkei/Simalungun. Responden: NON SIMALUNGUN Nama responden: Agama: Alamat: Jalan: Gender: Usia: RT/RW/NAGORI/DUSUN: Tamatan terakhir: Sudah berapa lama tinggal di Sei Mangkei? Pekerjaan: Pertanyaan: 1. Apakah bapak/ibu bergabung/ikut dalam sebuah ormas? jika ya, apa nama ormas tersebut? 2. Menurut bapak/ibu permasalahan apa yang harus segera ditangani Pemerintah Simalungun? Khususnya daerah tempat tinggal bapak/ibu? 3. Sebagai orang/masyarakat yang tinggal di Simalungun, apa yang bapak/ibu ketahui tentang Ahap Simalungun? 4. Apakah bapak/ibu tahu tentang visi dan misi budaya Simalungun? 5. Apa tanggapan bapak/ibu melihat cara berkomunikasi Orang Simalungun terhadap yang bukan Simalungun di daerah tempat tinggal bapak/ibu? 6. Sebagai masyarakat yang bukan Etnis Simalaungun, bagaimana cara bapak/ibu dalam mempertahankan identitas? 7. Apakah bapak/ibu setuju jika dipimpin oleh seseorang yang bukan berasal dari Etnis Simalungun? Beri alasan? 8. PERNYATAAN: Orang Simalungun memiliki sifat yang tertutup, sehingga tidak suka berbaur dengan masyarakat Etnis lain. Apakah bapak/ibu setuju dengan pernyataan tersebut? Beri alasan?

9. PERNYATAAN: Orang Simalungun memiliki sifat budaya yang membuat Orang Simalungun selalu ketinggalan dibandingkan Etnis lainnya, yaitu sifat yang terlalu berhatihati dalam setiap bertindalk, mengambil keputusan dan lain sebagainya. Apakah bapak/ibu setuju dengan pernyataan tersebut? Beri alasan? 10. Menurut bapak/ibu, mengapa masyarakat Etnis Simalungun sedikit yang mau tinggal di Sei Mangkei ini? 11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju dengan adanya kebijakan pemerintah melakukan pemekaran Kabupaten Simalungun? Beri alasan? Sekian dan Terimakasih. NB: Pertanyaan-pertanyaan yang diatas merupakan pertanyaan yang diberikan kepada seluruh informan pada saat dilapangan. Tidak menutup kemungkinan ada pertanyaan lain yang diberikan kepada informan yang berasal dari cerita-cerita informan. Ada juga petanyaan-pertanyaan yang tidak difokuskan tetapi terkait dengan topik, keadaan dan lokasi penelitian.

Gambar-Gambar Penelitian Gambar: Mesjid Simpang Mayang, persimpangan menuju Kecamatan Bosar Maligas dan Kelurahan Sei Mangkei Gambar: Perumahan sipil lokasi penelitian (Diambil pada penelitian pertama)

Gambar: Denah lokasi penelitian (Desa Sei Mangkei) dan Denah Sei Mangkei dari citra satelit Gambar: Jalan desa dan perkampungan perumahan sipil Sei Mangkei Gambar: Peneliti di lokasi perkebunan PTPN III (mengikuti bapak Oni bekerja)

Gambar: Peneliti bersama ibu Sariah Damanik sambil berdiskusi (foto ini diambil oleh anak ibu Sariah sewaktu pulang bekerja) Gambar: Peneliti sewaktu melakukan wawancara dengan ibu Imawati Damanik (foto ini diambil oleh suami dari ibu Imawati)

Gambar: Peneliti bersama bapak Oni Suriono (foto ini diambil rekan bekerja bapak Oni di warung dalam perkebunan PTPN III) Gambar: Peneliti bersama bapak Candra Damanik sewaktu hendak berpamitan setelah penelitian. (foto ini diambil rekan kerja bapak Canda yang ikut berdiskusi dengan peneliti) Gambar: Peneliti sewaktu berada di Kerajaan Pematang Purba (foto ini diambil Jon Purba, penjaga Kerajaan) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG

KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a) bahwa masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan melalui penyelenggaraan pembangunan perekonomian nasional berdasar atas demokrasi ekonomi; b) bahwa untuk mempercepat pengembangan ekonomi diwilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembanganekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangankemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional,perlu dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus; c) bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur dengan Undang-Undang d) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentukundang-undang tentang Kawasan Ekonomi Khusus;Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27ayat (2), dan Pasal 33Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;2. Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentangpenanaman Modal (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4724);Dengan.. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yangditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomiandan memperoleh fasilitas tertentu. 2. Zona adalah area di dalam KEK dengan batas tertentu yangpemanfaatannya sesuai dengan peruntukannya. 3. Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk di tingkatnasional untuk menyelenggarakan KEK. 4. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkatprovinsi untuk membantu Dewan Nasional dalampenyelenggaraan KEK. 5. Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yangdibentuk untuk setiap KEK guna membantu DewanKawasan dalam penyelenggaraan KEK.

6. Badan Usaha adalah perusahaan berbadan hukum yangberupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha MilikDaerah, koperasi, swasta, dan usaha patungan untukmenyelenggarakan kegiatan usaha KEK. 7. Pelaku Usaha adalah perusahaan yang berbentuk badanhukum, tidak berbadan hukum atau usaha orangperseorangan yang melakukan kegiatan usaha di KEK. BAB II FUNGSI, BENTUK, DAN KRITERIA Bagian Kesatu Fungsi Pasal 2 KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsiuntukmenampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatanekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan Dayasaing internasional. Bagian Kedua Bentuk Pasal 3 1. KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona: a) pengolahan ekspor; b) logistik; c) industri; d) pengembangan teknologi; e) pariwisata; f) energi; dan/atau g) ekonomi lain. h) Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukungdanperumahan bagi pekerja. 2. Di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usahamikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baiksebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukungkegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK. Bagian Ketiga Kriteria Pasal 4 Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harusmemenuhi kriteria: a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidakberpotensi mengganggu kawasan lindung; b. pemerintah pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutanmendukung KEK;terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdaganganinternasional atau dekat dengan jalur pelayaraninternasional di Indonesia atau terletak pada wilayahpotensi sumber daya unggulan; dan c. mempunyai batas yang jelas. BAB III PEMBENTUKAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Bagian Kesatu Pengusulan Pasal 5 1. Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh: a. Badan Usaha; b. pemerintah kabupaten/kota; atau c. pemerintah provinsi. 2. Dalam hal usulan diajukan oleh Badan Usahasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, usulandisampaikan melalui pemerintah provinsi setelahmemperoleh persetujuan pemerintah kabupaten/kota. 3. Dalam hal usulan diajukan oleh pemerintahkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b, usulan disampaikan melalui pemerintahprovinsi. 4. Dalam hal usulan diajukan oleh pemerintah provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, usulandisampaikan setelah mendapat persetujuan pemerintahkabupaten/kota. Pasal 6 1. Usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) harus memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalampasal 4. 2. Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapipersyaratan paling sedikit: a. peta lokasi pengembangan serta luas area yangdiusulkan yang terpisah dari permukiman penduduk; b. rencana tata ruang KEK yang diusulkan dilengkapidengan peraturan zonasi; c. rencana dan sumber pembiayaan; d. analisis mengenai dampak lingkungan yang sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial; dan f. jangka waktu suatu KEK dan rencana strategis. Bagian Kedua Proses Penetapan Pasal 7 1. Dewan Nasional dapat menyetujui atau menolak usulanpembentukan KEK setelah melakukan pengkajian atasusulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1). 2. Dalam hal Dewan Nasional menyetujui pembentukankek, Dewan Nasional mengajukan rekomendasipembentukan KEK kepada Presiden. 3. Dalam hal Dewan Nasional menolak usulanpembentukan KEK, penolakan disampaikan kepadapengusul disertai dengan alasan. 4. Pembentukan KEK ditetapkan dengan PeraturanPemerintah. Pasal 8

Dalam hal tertentu, Pemerintah dapat menetapkan suatuwilayah sebagai KEK tanpa melalui proses pengusulansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Pasal 9 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapankek diatur dengan Peraturan Pemerintah. Bagian Ketiga Pembangunan dan Pengoperasian Pasal 10 1. Berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud dalampasal 7 ayat (4), pemerintah provinsi atau pemerintahkabupaten/kota menetapkan Badan Usaha untukmembangun KEK sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan. 2. Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh: a. pemerintah provinsi dalam hal lokasi KEK beradapada lintas kabupaten/kota; dan b. pemerintah kabupaten/kota dalam hal lokasi KEKberada pada satu kabupaten/kota. Pasal 11 Dalam hal usulan berasal dari Badan Usaha sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, pemerintahprovinsiatau pemerintah kabupaten/kota menunjuk langsung BadanUsaha pengusul untuk membangun KEK. Pasal 12 1. KEK harus siap beroperasi dalam waktu paling lama 3(tiga) tahun sejak ditetapkan. 2. Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagaimanadimaksud pada ayat (1), Dewan Nasional melakukanevaluasi setiap tahun. 3. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disampaikan kepada pengusul untuk ditindaklanjuti. 4. Dalam hal setelah 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksudpada ayat (1) KEK belum siap beroperasi, DewanNasional: a. melakukan perubahan atas usulan sebelumnya; b. memberikan perpanjangan waktu paling lama 2 (dua)tahun; dan/atau c. mengambil langkah penyelesaian masalahpembangunan KEK. 5. Dalam hal perpanjangan waktu sebagaimana dimaksudpada ayat (4) huruf b KEK belum siap beroperasi karenabukan dari kelalaian atau karenaforce majeure. DewanNasional dapat memberikan perpanjangan waktu setelahmendapat pertimbangan dari Dewan Kawasan. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai perpanjangan waktusebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur denganperaturan Pemerintah. Pasal 13 1. Pembiayaan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di dalam KEK dapat berasal dari: a. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; b. swasta; c. kerja sama antara Pemerintah, pemerintah daerah,dan swasta; atau d. sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuanperaturan perundangundangan.

2. Dewan Nasional dapat menetapkan kebijakan tersendiri dalam kerja sama antara Pemerintah, pemerintah daerah,dan swasta dalam pembangunan dan pemeliharaaninfrastruktur di dalam KEK. 3. Pengelolaan aset hasil kerja sama Pemerintah,pemerintah daerah, dan swasta dapat dilakukan sesuaidengan analisis kelayakan ekonomi dan finansial.