BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Diantara isu-isu yang dihadapi

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masing-masing negara.

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN SEPTEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI INDONESIA

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah


PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA. Pada Forum D i s k u s i Publik ke-15

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara mampu memenuhi sendiri kebutuhannya. Sehingga hal yang lazim disaksikan adalah adanya kerjasama antar negara baik dengan negara tetangga, negara dalam satu kawasan maupun negara yang ada di kawasan lainnya. Misalnya kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam berbagai bidang hal ini dilakukan tentunya untuk memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Hubungan antara Indonesia dan Australia mempunyai sejarah yang panjang, dalam beberapa literatur sejarah dijelaskan bahwa para nelayan Bugis dan Makasar secara teratur berlayar ke perairan Australia sebelah utara setidaknya sejak tahun 1650, pelayaran ini dimulai pada masa kerajaan Gowa di Makasar tahun 1950an. Para pelaut Makassar dan Bugis ini menyebut tanah Arnhem dengan sebutan Marege dan bagian daerah barat laut Australia mereka sebut kayu Jawa, para pelaut yang datang ke Australia tersebut bertujuan untuk mencari ikan yang akan dibawa pulang ke Indonesia kemudian di jual kembali maupun diekspor ke negara lain. Orang-orang Aborijin pun banyak yang bekerja dan ikut berlayar bersama nelayan tradisional Indonesia pada saat itu, mereka juga mempelajari dan mengikuti beberapa kebiasaan nelayan tradisional 1

2 Indonesia tersebut. Misalnya, cara mengisap tembakau dan menggambar perahu hingga saat ini masih banyak nelayan tradisional Indonesia yang mencari ikan disekitar perairan Australia. Hubungan negara bertetangga Indonesia dan Australia mengalami pasang surut hal ini dipicu oleh berbagai masalah seperti masalah Timor Timur pada 1999, peristiwa Bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 dan penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap beberapa pejabat tinggi Indonesia yang membuat hubungan bilateral Indonesia-Australia terganggu. Di sisi lain, berbagai bentuk kerja sama ekonomi, keamanan, pariwisata dan sebagainya menguatkan hubungan bilateral kedua negara. Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang penting bagi Australia, sebab secara geografis kedua negara tersebut berdekatan. Selain itu Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan penting dalam ASEAN sehingga dapat menjembatani hubungan perdagangan Australia dengan negara-negara Anggota ASEAN. Meskipun Indonesia hanya berada pada tingkat ke-11 mitra dagang (Richard Chauvel, 2005) Laju peningkatan penduduk Indonesia dan perbaikan taraf hidup penduduk Indonesia serta perubahan selera konsumen akan mendorong peningkatan kebutuhan pangan dan konsumsi makanan rumah tangga akan mengalami perubahan ke arah peningkataan konsumsi hewan. Tingginya protein dalam daging sapi membuat konsumen meningkatkan konsumsi mereka terhadap daging sapi, ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Satu

3 ekor sapi mampu menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, susu, kulit dan tulang. Konsumsi protein hewani yang rendah pada masyarakat terutama pada anakanak dapat menyebabkan masyarakat atau anak-anak yang normal menjadi sub normal. Oleh karna itu, dapat penulis simpulkan bahwa protein hewan terutama daging sapi dan olahannya sangat menunjang kecerdasaan, disamping diperlukan untuk daya tahan tubuh. Berdasarkan data Susenas, konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia memperlihatkan adanya perubahan dari tahun 2007 dan 2013. adanya penurunan konsumsi kalori dan protein per hari pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2007 rata-rata konsumsi kalori penduduk Indonesia sebesar 2.014,91 kkal, sedangkan pada tahun 2013 menjadi 1.842,75 kkal atau turun sebesar 172,16 kkal. Penurunan kalori tertinggi terjadi pada kelompok padi-padian sebesar 76,58 kkal, bahan minuman sebesar 25,59 kkal, kacangkacangan sebesar 21,49 kkal dan umbi-umbian sebesar 21,40. Sementara konsumsi kalori makanan dan minuman jadi meningkat sebesar 45,86 kkal. Pada tahun 2013 rata-rata konsumsi protein penduduk Indonesia sebesar 53,108 gram/hari atau turun 4,58 gram/hari dari tahun 2007 yang sebesar 57,66 gram/hari. Penurunan konsumsi protein tertinggi per hari terjadi pada kelompok padi-padian sebesar 1,86 gram dan kacang-kacangan sebesar 1,58 gram, diikuti penurunan konsumsi protein pada kelompok sayur-sayuran 0,75 gram, serta yang lainnya masing-masing dibawah 0,45 gram, sedangkan konsumsi protein makanan dan minuman jadi mengalami

4 peningkatn sebesar 1,42 gram. Sementara itu, apabila dilihat persentase konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia tahun 2007 dan 2013 terjadi peningkatan untuk konsumsi kalori dan protein pada kelompok padi-padian, daging serta makanan dan minuman.(susenas, BPS,2013) Tabel 1.1 Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Indonesia Tahun 2008-2013 ( 000 Ton) No Tahun Produksi Konsumsi 1 2008 392,51 266,502 2 2009 409,31 297,516 3 2010 436,45 331,541 4 2011 485,33 338,787 5 2012 508,91 395,135 6 2013 504,82 403,085 Sumber: Outlook Daging Sapi, Pusdatin, 2013 Perkembangan produksi daging sapi di Indonesia dalam periode 2008-2013 secara umum memiliki pola yang baik yaitu cenderung meningkat selama periode tersebut. Produksi daging sapi di Indonesia pada tahun 2008 tercatat 392,51 ribu ton meningkat menjadi 504,82 ribu ton pada tahun 2013. dengan produksi dari tahun ke tahun meningkan ini tidak bukan karena konsumsi masyarakat Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat konsumsi daging sapi nasional Indonesia dari tahun 2008 sebesar 266,502 ribu ton menjadi 403,085 ribu ton di tahun 2013. Produk utama asal ternak yang sangat penting dalam memenuhi gizi masyarakat serta menjadi komoditas ekonomi yang strategis adalah daging, telur, dan susu, dari ketiga produk pangan tersebut komoditas daging khususnya daging

5 sapi adalah salah satu dari tiga komoditas strategis yang diharapkan akan mencapai swasembada pada tahun 2014 mendatang. Hal ini dikarenakan permintaan akan komoditas ini yang cenderung berfluktuasi setiap tahunnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2. Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan konsumsi rata-rata per kapita untuk daging cenderung fluktuatif dari tahun 2009-2013. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa pertumbuhan konsumsi ratarata yang paling besar ada didaging ayam ras, peningkatan konsumsi daging ayam ras yang cukup besar ini membuktikan bahwa daging ayam ras merupakan salah satu produk yang memiliki nilai ekonomi, serta permintaan pasar yang tinggi. Kebutuhan akan daging sangat erat kaitannya dengan suplai daging dari dalam negeri. Sejauh ini tingginya permintaan daging dalam negeri masih belum di imbangi oleh suplai yang memadai. Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan produksi daging sapi nasional pada tahun 2013 mencapai 504,82 ribu ton. Tabel 1.2 Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Jenis Daging Tahun 2009-2013 (kg/kapita/tahun) No Komoditi 2009 2010 2011 2012 2013 1 DagingSapi 0,313 0,365 0,417 0,365 0,261 2 DagingAyam 3,076 3,546 3,650 3,494 3,650 Ras 3 DagingAyam Kampung 0,521 0,626 0,626 0,521 0,469 Sumber: Buletin Konsumsi, Pusdatin, 2013

6 Ada dua pola impor daging sapi yang berlaku, yaitu pola impor daging sapi berbasis zona (zone based) dan berbasis negara (country based). Zone based memiliki arti pernyataan impor daging sapi bebas penyakit kuku dan mulut (PMK) ditentukan per wilayah dalam satu negara, sedangkan untuk country based berarti pernyataan impor daging sapi bebas PMK ditentukan berdasarkan seluruh wilayah di negara pengimpor. Indonesia sendiri merupakan negara yang menganut pola impor sapi berbasis negara (country based), artinya selama ini impor daging yang dilakukan di Indonesia berasal dari negara-negara yang dinyatakan bebas sapi gila, PMK, dan penyakit-penyakit lainnya yang dapat membahayakan manusia. Oleh karena itu, menurut Khudori (2013) Negara yang selama ini menjadi negara pengimpor daging sapi di Indonesia adalah Australia (sekitar 75 persen), Selandia Baru (20 persen), dan Amerika Serikat (5 persen). Tabel 1.3 Perkembangan Harga Daging sapi Lokal dan Internasional Tahun (2009-2013) Harga daging Tahun sapi 2009 2010 2011 2012 2013 Lokal (Rp/Kg) 58.178 57.944 69.725 76.926 84.180 Internasional (Sents/kg) 119.625 152.4758333 183.1783333 187.9425 183.5891667 Sumber : Beef Price, Pusdatin dan Word Bank. diolah 2013 Harga daging sapi di Indonesia dan harga daging sapi internasional menjadi faktor penting terhadap impor daging sapi di Indonesia. Apabila harga daging sapi di Indonesia meningkat, tentu impor akan meningkat karena harga daging sapi impor cenderung lebih murah sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi

7 daging sapi impor. Sebaliknya, apabila harga daging sapi internasional meningkat, masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi daging sapi domestik karena harganya cenderung lebih rendah. Berdasarkan tabel 1.3 menunjukan bahwa harga daging sapi lokal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan, sedangkan harga Internasional mengalami kenaikan yang tidak begitu besar dan perbedaan harga mengakibatkan impor daging sapi. Berdasarkan gambaran kondisi produksi, konsumsi, dan impor daging sapi di Indonesia, maka diperlukan suatu kajian atau penelitian yang membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi impor daging sapi di Indonesia sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berperan penting dalam impor daging sapi sekaligus menganalisa tindakan yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan produksi domestik dan mengurangi impor daging sapi ke Indonesia dari Australia. 1.2. Rumusan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat. Selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari tiga sumber yaitu: sapi loal, sapi impor, dan daging impor. Memperkirakan bahwa jika tidak ada perubahan tehnologi secara signifikan dalam proses produksi daging sapi dalam negri serta tidak adanya peningkatan populasi sapi yang berarti, maka antara produksi daging sapi dalam negeri

8 dengan jumlah permintaan akan semakin melebar, sehingga berdampak pada volume impor yang semkain besar. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merumuskan masalah yang dapat dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penulisan ini adalah 1. Apakah harga daging sapi impor mempengaruhi besarnya volume impor Indonesia dari Australia? 2. Apakah harga daging sapi domestik mempengaruhi besarnya volume impor Indonesia dari Australia? 3. Apakah nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mempengaruhi besarnya volume impor Indonesia dari Australia? 4. Apakah GDP Rill per Kapita Indonesia mempengaruhi besarnya volume impor Indonesia dari Australia? 5. Apakah jumlah penduduk Indonesia mempengaruhi besarnya volume impor Indonesia dari Australia? 6. Apakah Produksi Daging Sapi Indonesia mempengaruhi besarnya volume impor Indonesia dari Australia? 1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dijelaskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

9 1. Menganalisa pengaruh antara harga daging sapi impor dengan volume impor daging sapi Indonesia dari Australia. 2. Menganalisa pengaruh antara harga daging sapi domestik dengan volume impor daging sapi Indonesia dari Australia. 3. Menganalisa pengaruh antara nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap volume impor daging sapi Indonesia dari Australia. 4. Menganalisa pengaruh antara GDP rill per kapita Indonesia dengan volume impor daging sapi Indonesia dari Australia. 5. Menganalisa pengaruh antara jumlah penduduk Indonesia dengan volume impor daging sapi Indonesia dari Australia. 6. Menganalisa Pengaruh antara produksi daging sapi Indonesia dengan volume impor daging sapi Indonesia dari Australia. 1.3.2. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti kuliah di prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 2. Bagi Instansi Terkait Penelitian merupakan syarat wajib dalam menyelesaikan studi, maka penulis mengadakan penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan

10 informasi dan penambahan wawasan bagi pihak terkait tentang impor daging sapi Indonesia dari Australia, masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintahan dalam menyusun kebijakan yang terkait dengan kegiatan impor daging sapi agar mengurangi ketergantungan impor daging sapi. 3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan Memantapkan skill ketrampilan dalam membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.dapat di jadikan studi banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian sejenis. 1.4. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab. Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Isi dari pendahuluan adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. 2. Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori. Kajian pustaka merupakan pengkajian dari hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan. Sedangkan landasan teori merupakan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang ada. 3. Bab III Metode Penelitian.

11 Pada bab ini menguraikan tentang jenis dan cara mengumpulkan data, definisi operasional variabel, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. 4. Bab IV Hasil dan Analisis. Dalam bab ini terdapat dua sub bab yaitu diskripsi data penelitian yang berupa pemaparan data yang digunakan dalam penelitian dan hasil serta analisis yang merupakan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan analisisnya. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan dan saran merupakan bagian yang menyimpulkan secara keseluruhan dari hasil penelitian serta menjelaskan secara lengkap implikasi yang didapat dan secara langsung menjadi bentuk jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya