BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar pada negara yang sedang berkembang. Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia tidak terlepas dari masalah kebutuhan perumahan dan permukiman ini. Kota Medan dengan luas wilayah 265,10 Km 2 dengan jumlah penduduk 2.083.156 jiwa dan dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,28% pertahun, menurut Data Sumatera Utara Dalam Angka tahun 2008. Dari jumlah penduduk tersebut 7,17 % diantaranya adalah penduduk miskin, dengan kondisi rumah yang masih belum dianggap layak adalah sebesar 24,28 %. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk ditambah dengan jumlah rumah yang dianggap belum layak dan arus urbanisasi menyebabkan Kota Medan semakin kekurangan perumahan dan permukiman terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk mengantisipasi kebutuhan perumahan dan permukiman di Kota Medan, baik pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat telah berusaha memenuhi tuntutan tersebut. Para pengembang telah membuat berbagai tipe rumah dengan harga yang paling murah sampai ke rumah mewah yang tersebar hampir di setiap penjuru Kota Medan. Sedangkan oleh pemerintah melalui Perum Perumnas dan ditopang oleh Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara
(KPR-BTN), telah melaksanakan pembangunan perumahan RS/RSS terutama yang ditujukan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah (GMBR). Perumahan yang sudah dibangun tersebut, antara lain: a. Perumnas Helvetia sebanyak 4.804 unit, dibangun tahun 1978 b. Perumnas Mandala sebanyak 8.927 unit, dibangun tahun 1982 c. Perumnas Simalingkar sebanyak 4.897 unit, dibangun tahun 1986 d. Perumnas Martubung sebanyak 3.933 unit, dibangun tahun 1994 e. Rumah Susun Sukaramai di Kecamatan Medan Area sebanyak 400 unit Walaupun pemerintah melalui Perum Perumnas ini telah berusaha memenuhi tuntutan kebutuhan perumahan dan permukiman untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah, namun jumlah tersebut masih belum memadai bila dibandingkan dengan dengan kebutuhan Kota Medan. Di samping dari segi jumlah, ternyata dari segi sosial, ekonomi, dan budaya, perumahan tersebut juga belum mencapai sasaran yang diinginkan. Karena pada kenyataannya, rumah yang telah dibeli atau dihuni biasanya akan mengalami perubahan (transformasi bentuk) sesuai dengan keinginan dan kebutuhan penghuni. Jika penghuni merasa rumah tersebut tidak akan dapat lagi disesuaikan lagi dengan keinginan dan kebutuhannya, mereka akan pindah dan mengontrakkan rumahnya, atau bahkan menjualnya kembali. Sedangkan sebagian lainnya, karena keterbatasan dana akan terpaksa bertahan dengan kondisi yang ada tersebut.
Pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan oleh Perum Perumnas ini lebih menekankan pada pendekatan penawaran (supply approach) yang terlalu menekankan pada efisiensi, rasionalisasi, dan standarisasi. Akibatnya rumah yang dibangun tersebut sangat bersifat standar yang dipakai secara universal di seluruh Indonesia. Padahal tidak semua standar tersebut sesuai dengan keinginan berbagai lapisan masyarakat dengan nilai sosial budaya yang berbeda, sehingga produksi tersebut kurang mewakili semua golongan. Salah satu yang menjadi penyebab permasalahan ini adalah kurangnya informasi tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan dan harapan dari konsumen sesuai dengan nilai-nilai yang mereka miliki. Kebutuhan dan harapan dari konsumen ini perlu diketahui sebelum membuat produk rumah. Pemenuhan terhadap keinginan dan harapan akan memberikan kepuasan kepada konsumen yang merupakan salah satu penentu keberhasilan produk tersebut. Karena pada dasarnya sifat manusia adalah bertindak, bukan sasaran tindakan, maka manusia cenderung untuk menciptakan keadaan tertentu agar sesuai dengan keinginan dan harapan mereka. Akibat tindakan ini, rumah Perumnas pada akhirnya banyak yang telah mengalami perubahan (transformasi), tidak terkecuali penghuni dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah (GMBR). Perubahan untuk golongan ini biasanya dengan perencanaan dan dana seadanya saja dan tanpa terkendali, yang pada akhirnya akan mengarah pada kekumuhan. Sedangkan sebagian rumah, karena sudah berganti pemilik yang pada umumnya dari golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, telah
menjadi rumah mewah. Rumah mewah ini akan bercampur dengan rumah-rumah yang dikembangkan dengan sangat sederhana, yang tentu akan melahirkan kekacauan pada wajah perumnas tersebut. Untuk itu salah satu pendekatan yang penting untuk diperhatikan dalam perancangan perumnas adalah aspek sosial, ekonomi dan budaya dari konsumen terhadap produk rancangan tersebut. Rumah sebagai wujud fisik (produk disain) harus dapat menampung interaksi sosial dan segala aktifitas penghuni sehingga dapat mencerminkan pandangan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh penghuni. Adanya cerminan nilai budaya masyarakat pada tempat tinggal dan lingkungannya telah menjadi sumber perbedaan fenomena perumahan di berbagai daerah. Perbedaan ini tentu akan menimbulkan perbedaan persepsi masyarakat terhadap rumah yang bila tidak diperhatikan akan menyebabkan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak tidak akan tercapai. 1.2. Rumusan Masalah berikut: Dari belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai a. Terdapat ketidaksesuaian antara hasil rancangan perumnas dengan latar belakang pengguna dan penggunaannya. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya hubungan antara perbedaan sosial, ekonomi dan budaya penghuni terhadap persepsi terhadap perumahan yang belum diterjemahkan ke dalam persyaratan perancangan perumnas.
b. Ketidaksesuaian rancangan ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat kepuasan penghuni yang ditunjukkan dengan adanya perubahan-perubahan (transformasi bentuk) atas rumah yang telah dihuni tersebut. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penghuni Perumnas Mandala Medan. b. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial, ekonomi, dan budaya penghuni dengan persepsi penghuni terhadap fisik hunian. c. Untuk mengetahui pola perubahan fisik hunian (transformasi bentuk) yang terjadi pada rumah di perumnas tersebut. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh faktor sosial, ekonomi, dan budaya penghuni terhadap produk perencanaan dan perancangan perumnas. b. Sebagai bahan masukan bagi Perum Perumnas untuk perbaikan perencanaan dan perancangan perumnas di masa yang akan datang.
c. Sebagai bahan masukan bagi developer yang terlibat dalam pengadaan perumahan dan permukiman terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya di kota Medan. 1.5. Pertanyaan Penelitian Permasalahan tersebut di atas menimbulkan pertanyaan yang menjadi dasar dari penelitian ini, antara lain: a. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penghuni Perumnas Mandala Medan? b. Bagaimana hubungan antara faktor sosial, ekonomi, dan budaya penghuni dengan persepsi serta hubungannya dengan perubahan (transformasi bentuk) yang dilakukan? c. Bagaimana pola perubahan (transformasi bentuk) yang telah dilakukan oleh penghuni terhadap rumah tinggalnya di Perumnas Mandala Medan?
1.6. Kerangka Konsep Perkembangan Kota Medan Urbanisasi Pertambahan Jumlah Penduduk Kekurangan Perumahan Permukiman Pengadaan Perumahan oleh Perum Perumnas Angka Kelahiran Masyarakat Menengah Bawah Harga Rumah tdk Terjangkau Pengadaan Perumahan Massal bersifat Universal Sosial Budaya Beragam Persepsi Beragam Ketidaksesuaian Produk Perumnas dengan Persepsi Adaptasi Pindah Kondisi yang ada Mengadakan perubahan Pengaruh Persepsi Penghuni terhadap Transformasi Bentuk Rumah Tipe 36 di Perumnas Mandala Persepsi Penghuni terhadap Perumnas Korelasi Transformasi Bentuk yang terjadi Diagram 1.1. Kerangka Konsep