Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren berasal dari kata santri yang di awali dengan kata pe- dan diakhiri

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

IbM POSYANDU REMAJA ABSTRAK

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

Transkripsi:

PEMITRA KELOMPOK REMAJA SEHAT (POLRES) DAN POS REMAJA SEHAT (POSJAS) NASYIATUL AISYIYAH RANTING KEDUNGPATANGEWU KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Rini Kristiyanti¹, Siti Khuzaiyah 2 dan Lia Dwi Prafitri² ¹, 2, 3 Prodi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Email: khuzaiyahpenulis@gmail.com ABSTRAK Permasalahan seputar kesehatan reproduksi antara lain seperti HIV, AID, PMS, Kehamilan Tidak diinginkan, gangguan haid, dll. Pada remaja, kasus permasalahan reproduksi yang seirng muncul antara lain anemia, hamil di luar nikah, aborsi, bahkan sampai pada kematian akibat aborsi yang tidak aman. Diperlukan upaya seluruh pihak agar tercapai kesehatan reproduksi yang maksimal, tidak hanya upaya dari dinas kesehatan, tetapi juga upaya dari institusi kesehatan seperti STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pepkalongan. Salah satu upaya yang bisa dikembangkan adalah dengan pembentukan kelompok remaja sehat (POLRES) reproduksi di desa-desa, sehingga dengan adanya kelompok ini akan menjadi pioner kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan reproduksi, terutama kesehatan reproduksi pada remaja. Kelompok ini akan semakin kuat manakala mereka memiliki pos remaja sehat (POSJAS) yang dapat dijadikan sebagai basecamp kegiatan seputar kesehatan reproduksi. Pengabdian masyarakat ini dilakukan secara bertahap melalui 4 kegiatan inti, yaitu: Penyuluhan, pemeriksaan, outbond dan sosialisasi Kelompok Remaja Sehat (POLRES) dan Pos Kesehatan Remaja Sehat (POSJAS). Pada saat pembentukan POLRES dan POSJAS akan melibatkan dan mengundang stake holder terkait (Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aparat Desa) sehingga muncul rasa pengayoman. Kegiatan dilakukan 6 kali kunjungan selama ± 6 bulan. Kegiatan penerapan IbM pembentukan POLRES dan POSJAS di ranting Nasyiatul Aisyiyah Kedungpatangewu berjalan dengan baik. Remaja antusias dan merasa puas dengan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Diperlukan kegiatan lanjutan yang dapat meningkatkan kemampuan remaja nasyiatul aisyiyah dalam mengelola posko kesehatan remaja. Saran bagi institusi pendidikan, khususnya pendidikan Muhammadiyah/Aisyiyah hendaknya dapat melibatkan organisasi otonom dalam setiap kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satu organisasi otonom yang dapat dilibatkan dalam mengatasi persoalan kesehatan reproduksi adalah nasyiatul aisyiyah, ikatan pelajar muhammadiyah dan pemuda muhammadiyah. Kata Kunci: kesehatan remaja, nasyiatul aisyiyah, polres, posjas A. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Remaja adalah bagian masyarakat yang mempunyai tugas dan peran penting untuk pembangunan. Remaja termasuk pemuda yang mempunyai peran istimewa sebagai agent of change dan agent of social control. Sebagai seorang yang memiliki peran yang penting, maka keberadaan remaja yang sehat sangat diharapkan (Khuzaiyah, 2015). salah satu problem remaja diantaranya adalah problem kesehatan reproduksi seperti rentan terjangkitnya HIV, AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS), Kehamilan Tidak diinginkan, gangguan haid, dll. Pada remaja, kasus permasalahan reproduksi yang seirng muncul antara lain anemia, hamil di luar nikah, aborsi, bahkan sampai pada kematian akibat aborsi yang tidak aman. Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (2009:1) bahwa jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia terdapat 43 juta atau 19,61% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta. Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) menyatakan secara terbuka bahwa pernah melakukan hubungan seksual. Sebanyak 8% pria umur 15-24 tahun telah menggunakan obat-obatan terlarang. Sedangkan untuk kasus HIV/AIDS dari 6987 penderita AIDS, 3,02% adalah kelompom usia 15-19 tahun dan 54,77% adalah kelompok 610

usia 20-29 tahun (Departemen Kesehatan RI, 2006). Diperlukan upaya seluruh pihak agar tercapai kesehatan reproduksi yang maksimal, tidak hanya upaya dari dinas kesehatan, tetapi juga upaya dari institusi kesehatan seperti STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pepkalongan. Salah satu upaya yang bisa dikembangkan adalah dengan pembentukan kelompok remaja sehat (POLRES) reproduksi di desa-desa, sehingga dengan adanya kelompok ini akan menjadi pioner kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan reproduksi, terutama kesehatan reproduksi pada remaja. Kelompok ini akan semakin kuat manakala mereka memiliki pos remaja sehat (POSJAS) yang dapat dijadikan sebagai basecamp kegiatan seputar kesehatan reproduksi. Pemberian penyuluhan kesehatan dan metode lain pendukung dapat meningkatkan pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksinya. Penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja siswa SMP Kristen Gergaji. Terdapat peningkatan pengetahuan pada topik anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan reproduksi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS (Benita, 2012). 2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak sematamata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi (cholil,1996). Permasalahan kesehatan reproduksi saat ini semakin kompleks. Belum ada upaya yang melibatkan banyak pihak dalam mewujudkan kesehatan reproduksi. Belum ada kelompok peduli kesehatan reproduksi. Berdasarkan focuss group discussion (FGD) dengan mitra nasyiatul aisyiyah telah dirumuskan beberapa kegiatan berikut: Memberikan pemahaman tentang pergaulan dan dampak pergaulan bebas, Memberikan pemahaman tentang gizi dan anemia pada remaja, Memberikan pemahaman tentang sistem reproduksi wanita dan menstruasi, memberikan pemahaman tentang pendewasaan usia perkawinan, memberikan pemahaman tentang penyakit-penyakit sistem reproduksi dan cara pencegahannya, memberikan pemahaman tentang penyakit HIV AIDS, melakukan pemeriksaan HB, melakukan outbond kesehatan remaja, membentuk Kelompok Remaja Sehat (POLRES) dan mendirikan posko kesehatan Reproduksi Remajas (POSJAS) B. METODE KEGIATAN Kondisi masyarakat di Desa Kedungpatangewu belum memahami secara mendalam kesehatan reproduksi remaja, belum ada kelompok remaja sehat dan belum ada pos remaja sehat. Sesuai dengan sasaran dan target luaran, maka kegiatan yang dilakukan berbentuk penyuluhan, pembinaan, pemeriksaan kesehatan, pemberian modul dan media edukasi remaja, dan pendampingan pembentukan kelompok remaja sehat dan posko kesehatan reproduksi remaja (Lihat Gambar 1 dan 2). Pengabdian masyarakat ini dilakukan secara bertahap melalui 4 kegiatan inti, yaitu: Penyuluhan, pemeriksaan, outbond dan sosialisasi Kelompok Remaja Sehat (POLRES) dan Pos Kesehatan Remaja Sehat (POSJAS). Pada saat pembentukan POLRES dan POSJAS akan melibatkan dan mengundang stake holder terkait (Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aparat Desa) sehingga muncul rasa pengayoman. Kegiatan dilakukan 6 kali kunjungan selama ± 6 bulan dari September 2015 s.d Februari 2016. 611

Gambar 1. Suasana pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) di Nasyiatul Aisyiyah Kedungpatangewu C. TUJUAN DAN LUARAN KEGIATAN Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat dirumuskan sebagai berikut: Mitra paham tentang pergaulan dan dampak pergaulan bebas, mitra paham tentang anemia pada remaja, mitra paham tentang sistem reproduksi wanita dan menstruasi, mitra paham tentang gizi pada remaja, mitra paham tentang penyakit-penyakit sistem reproduksi dan cara pencegahannya, didapatkannya data HB pada remaja. Luaran akhir dari kegiatan ini adalah terbentuk kelompok peduli kesehatan reproduksi remaja (POLRES) dan berdirinya Posko Kesehatan Reproduksi Remaja (POSJAS). D. MANFAAT KEGIATAN Manfaat yang dapat diperoleh oleh mitra remaja adalah mereka mendapatkan informasi-informasi penting tentang kesehatan reproduksi remaja. Manfaat lainnya adalah terbentuknya kelompok remaja sehat dan pos remaja sehat sebagai sarana infrastruktur di desa Kedungpatangewu Kec. Kedungwuni Kab.Pekalongan E. SASARAN PESERTA KEGIATAN DAN KETERKAITAN KEGIATAN Target pelatihan, bimbingan dan pendampingan oleh Tim Pelaksana yaitu: Kelompok remaja yang tergabung di dalam nasyiatul aisyiyah ranting Kedungpatangewu cabang Kedungwuni Pekalongan. Remaja di kedungpatangewu adalah remaja yang aktif dan memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan. Kondisi kesehatan remaja di kedungpatangewu perlu ditingkatkan agar remaja menjadi remaja yang sehat dan siap menjadi agent of change. Kegiatan pengabdian masyarakat ditujukan untuk meningkatkan status kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pembentukan kelompok dan pos kesehatan reproduksi remaja. Peran dosen untuk kegiatan ini sangat besar, yaitu dengan pemberian informasi yang mendalam tentang kesehatan reproduksi melalui kegiatan penyuluhan, pemeriksaan HB, kemah/outbond dan action pendirian POLRES POSJAS. Hal ini sangat membutuhkan peran penting tenaga kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan reproduksi remaja. Manfaat yang dapat diperoleh adalah meningkatkan kesehatan reproduksi remaja di desa Kedungpatangewu yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas generasi bangsa yang dilahirkan kelak. Gambar 2. Suasana penyuluhan dan focuss group discussion kelompok dengan tema seputar kesehatan reproduksi remaja Nasyiatul Aisyiyah di Kedungpatangewu dilakukan setiap bulan F. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan diawali dengan melakukan pendekatan dengan naysiatul aisyiyah kedungpatangewu, aparat desa dan bidan desa setempat, selanjutnya melakukan identifikasi permasalahan remaja 612

Nasyiatul Aisyiyah Kedungpatangewu Kedungwuni. Langkah selanjutnya adalah penyusunan program kegiatan kesehatan reproduksi remaja terpadu untuk remaja nasyiatul aisyiyah di Kedungpatangewu Kedungwuni Pekalongan, memberikan pemahaman tentang pergaulan dan dampak pergaulan bebas, memberikan pemahaman tentang gizi dan anemia pada remaja, memberikan pemahaman tentang sistem reproduksi wanita dan menstruasi, memberikan pemahaman tentang pendewasaan usia perkawinan, memberikan pemahaman tentang penyakit-penyakit sistem reproduksi dan cara pencegahannya, memberikan pemahaman tentang penyakit HIV AIDS, melakukan pemeriksaan Hemoglobin, melakukan outbond kesehatan remaja, membentuk Kelompok Remaja Sehat (POLRES), mendirikan posko kesehatan Reproduksi Remajas (POSJAS) dan membagikan media edukasi remaja berupa buku, banner dan poster. Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Remaja Nasyiatul Aisiyah Kedungpatangewu Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan Tahun 2017 (n=34) Frekuensi Kriteria Jumlah (%) Hb Normal 22 64.7 Anemia Ringan 10 29.4 Anemia Sedang 2 5.9 Jumlah 34 100.0 Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) remaja nasyiatul aisyiyah Kedungpatangewu menunjukkan bahwa sebagian besar hemoglobin remaja berada pada kisaran normal (>12gr/dl) yaitu sebesar 64,7%, namun masih ada sebagian kecil remaja yang mengalami anemia sedang (5,9%). Hal ini perlu mendapat perhatian dan pelayanan secara menyeluruh bagi remaja. Salah satu yang dilakukan adalah dengan membentuk POSJAS sebagai sarana edukasi bagi remaja. POSJAS adalah suatu posko kesehatan reproduksi remaja yang berfungsi sebagai pos curhat, sharing dan konsultasi apabila ada remaja yang mengalami masalah seputar reproduksi remaja. Ada beberapa remaja yang ditunjuk sebagai koordinator Posko dimana remaja tersebut siap dihubungi sewaktu-waktu dan bersedia menjadi mediator antara remaja yang bermasalah dengan konsultan. Konsultan dibantu dari dosen STIKES Muhammadiyah Pekajangan pelaksana pengabdian masyarakat ini. Gambar 4. Suasana pembentukan Kelompok Remaja Sehat (POLRES) dan POS Remaja Sehat (POSJAS) Nasyiatul Aisyiyah Ranting Kedungpatangewu Kecamatan Kedungwuni dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan bidan desa setempat. b. Refleksi Refleksi Refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk 613

mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelebihan-kelebihan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka menetapkan rekomendasi terhadap keberlangsungan atau pengembangan kegiatan-kegiatan berikutnya. Hasil refleksi dari kegiatan ini adalah perlu dilakukan suatu upaya lebih lanjut untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama remaja tentang berbagai aspek penting seputar kesehatan reproduksi remaja. Diperlukan asuhan dan pelayanan kebidanan secara menyeluruh (holistic), yang melibatkan remaja, bidan desa, apparat desa setempat dan warga. 2. Pembahasan Proses berlangsungnya kegiatan pengabdian yang dilakukan di Desa Kedungpatangewu Kedungwuni berlangsung dengan baik. Remaja di desa Kedungpatangewu memiliki antusiasme yang tinggi terlihat dari kerjasama yang baik yang terjalin dari sejak persiapan kegiatan sampai dengan akhir kegiatan. Kegiatan ini didukung oleh banyak pihak, diantaranya adalah naysiatul aisyiyah, bidna desa dan warga setempat. Bentuk dukungan yang diberikan adalah melalui pemberian ijin dan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan pengabdian terutama untuk memperbaiki kesehatan remaja di desa Kedungpatangewu Kecamatan Kedungwuni Pekalongan. Kondisi dan situasi sasaran yaitu remaja pada saat pelaksanaan kegiatan sangat mendukung, yaitu remaja nasyiatul aisyiyah sebagai sasaran berantusias untuk mengikuti kegiatan karena hal merupakan suatu kesempatan yang baik untuk mereka dalam menambah informasi. Remaja nasyiatul aisyiyah di daerah Kedungpatangewu tersebut jarang mendapatkan berbagai informasi kesehatan seputar kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, remaja yang mayoritas berpendidikan SMP dan SMA tersebut sedang mengawali fase pertumbuhan dan perkembangan pesat sehingga mereka merasa sangat terbantu dengan adanya program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Nasyiatul Asiyiyah Ranting Kedungpatangewu. Hasil wawancara terhadap ramaja menunjukkan bahwa remaja puas dengan kegiatan yang sudah dilakukan dan berharap akan dilanjutkan dengan kegiatan lain seputar kesehatan remaja lagi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Savitri, dkk (2008) menemukan ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja dengan nilai z=-3,960 dan nilai p-value=0,000. Penelitian terhadap 61 siswi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak dilakukan penyuluhan (Wardani, 2010). Selain berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, penyuluhan juga berpengaruh terhadap perubahan sikap remaja. Ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMAN 1 Masehi tentang seksual pranikah (Massolo, dkk, 2011). Ada perbedaan yang signifikan terhadap sikap hubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yang tidak diberi penyuluhan (Fransisca, dkk, 2006). Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan kegiatan adalah akses jalan ke Desa Kedungpatangewu yang harus melewati jembatan layang yang tidak mudah dilalui. Kendala lainnya adalah pengurus POSJAS yang ditunjuk merasa belum mampu menjalankan tugas sebagai pengurus dan konselor, sehingga diperlukan kegiatan lanjutan yang mendukung seperti kegiatan pelatihan konsleor sebaya 614

dan kegiatan manajemen posko remaja. G.SIMPULAN DAN SARAN Kegiatan penerapan IbM pembentukan POLRES dan POSJAS di ranting Nasyiatul Aisyiyah Kedungpatangewu berjalan dengan baik. Remaja antusias dan merasa puas dengan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Diperlukan kegiatan lanjutan yang dapat meningkatkan kemampuan remaja nasyiatul aisyiyah dalam mengelola posko kesehatan remaja. Saran bagi institusi pendidikan, khususnya pendidikan Muhammadiyah/Aisyiyah hendaknya dapat melibatkan organisasi otonom dalam setiap kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satu organisasi otonom yang dapat dilibatkan dalam mengatasi persoalan kesehatan reproduksi adalah nasyiatul aisyiyah, ikatan pelajar muhammadiyah dan pemuda muhammadiyah. H. PERSANTUNAN Tulisan PEMITRA ini merupakan hasil kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas biaya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Untuk itu disampaikan ucapan terimakasih kepada Ketua STIKES Muhammadiyah Pekajangan, cq. Kepada Nuniek Nizmah Fajriyah, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Muhammadiyah Pekajangan. Terimakasih juga disampaikan kepada ketua Nasyiatul Aisyiyah Ranting Kedungpatangewu dan Ketua Nasyiatul Aisyiyah Cabang Kedungwuni yang telah mempermudah proses perijinan dan membantu kelancaran kegiatan ini. Semoga terwujud remaja yang sehat dan memberi andil dalam kemajuan agama dan bangsa. pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji. LAporan Hasil Karya Tulis Ilmiah, Universitas Diponegoro, Semarang, diakses pada 21 Juni 2017 Fransisca, Iriani, dkk. 2006. Jurnal psikologi vol. 4 Perbedaan Sikap Terhadap Hubungan Seks Pranikah Antara Remaja Yang Diberikan Penyuluhan Dan Yang Tidak Diberikan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja. Universitas Tarumanagara Jakarta Khuzaiyah, Siti, 2015. The Secret of Teens: Mengatasi Masa Pubertas, Seksualitas dan Pergaulan, Yogyakarta: Andi Massolo, Ardin Prima.,dkk. 2011. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seksual Pranikah. Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar Savitri, Dian; Kirnantoro; Nurunniyah, Siti; 2008, Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas pada Remaja Kelas X dan XI di SMK Muhammadiyah II Bantul. Journal ners and Midwifery, 2013 Wardani, Rachma. 2011. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan SMP Muhammadiyah 7 Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta I. DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati, 2016, Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama Benita, Nydia Rena, 2012, Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi 615