PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

TAHUN 2002 NOMOR 03 SERI D BUPATI BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 03 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 04 TAHUN 2000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2001 PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

1 of 5 02/09/09 11:52

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

B A B I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 33 TAHUN 2002 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 2 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 18 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2001 PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA ( BPD ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

K E P E N D U D U K A N

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA NOGOSARI KECAMATAN PACET, KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: 07 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 04 TAHUN 2000 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERATIN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 26 TAHUN 2004 T E N T A N G

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk melaksanakan ketentuan Pasal 106 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tenang Pemerintahan daerah, perlu diatur lebih lanjut mengenai Pemberdayaan, pelestarian Pengembangan Adat Istiadat dan Kedamangan; b. bahwa, berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pemberdayaan, pelestarian Pengembangan Adat Istiadat dan Kedamangan Kabupaten Kotawaringin Barat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839); 3. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ; 4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan dan Penyesuaian Peristilahan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa; 6. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2002 tentang Usaha Pemanfaatan Hutan dan Kawasan Hutan; - 148 -

- 149-7. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 13 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 05, Seri : D); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2000 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 06, Seri : D); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 15 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 07, Seri : D); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 20 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Desa (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 10, Seri : D); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 22 Tahun 2000 tentang Lembaga Kemasyarakatan di Desa (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 12, Seri : D); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D) ; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 23 Seri : D); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

- 150 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat ; b. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ; c. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat ; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah : e. Pemerintahan Desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa; f. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa; g. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan Perwakilan Desa yang terdiri dari atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa dan berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan atau menyalurkan aspirasi masyarakat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa; h. Kedamangan adalah Kesatuan masyarakat adat dalam Kabupaten Kotawaringin Barat yang terdiri dari himpunan beberapa desa/ yang mempunyai wilayah tertentu yang tidak dapat dipisahkan; i. Adat adalah satuan budaya tempat adat istiadat yang tumbuh dan berkembang sehingga menjadi penyangga keberadaan adat istiadat yang bersangkutan; j. Majelis Adat adalah Dewan Adat yang mengemban tugas tertentu dibidang pemberdayaan dan pelestarian serta pengembangan adat istiadat, kebiasaankebiasaan masyarakat, lembaga adat dan hukum adat di daerah; k. Adat Istiadat adalah serangkaian nilai/ sikap tingkah laku dan perbuatan terpuji yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Desa/ Kelurahan dan atau satuan masyarakat lainnya yang masih dihayati, dipertahankan dan dipelihara sebagai norma kehidupan masyarakat setempat; l. Lembaga Adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang dibentuk baik secara wajar telah tumbuh dan berkembang didalam masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam wilayah hukum adat tersebut serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan

- 151 - menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku; m. Hukum Adat adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah adat yang mengatur tata kehidupan dari suatu masyarakat hukum adat dan atau masyarakat lainnya diwilayah hukum adat; n. Hak Adat adalah hak yang dimiliki/ dikuasa oleh seseorang/ sekelompok orang/ milik Desa/ Kelurahan secara turun temurun dan hokum diakui oleh masyarakat berdasarkan bukti-bukti menurut hokum adat yang berlaku dimasyarakat atau persekutuan hukum adat; o. Damang Kepala Adat adalah Pimpinan Adat dari suatu Kedamangan yang diangkat/ beradasarkan hasil pemilihan oleh masyarakat dan Tokoh masyarakat yang berada dalam wilayah Kedamangan tersebut; p. Mantir Adat adalah perangkat adat atau gelar bagi seseorang yang duduk di Majelis Adat; q. Tanah Adat adalah tanah beserta isinya yang berada diwilayah Kedamangan yang dikuasai secara adat, baik milik perorangan maupun milik bersama; r. Pemberdayaan adalah rangkaian upaya akhir agar kondisi dan keberadaan adat istiadat, kebiasaan masyarakat dan lembaga adat kuat sekali dan makin kokoh, sehingga hal itu berperan positif dalam pembangunan nasional dan berguna bagi masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan tingkat kemajuan dan perkembangan jaman; s. Pelestarian adalah upaya untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai etika kebiasaan-kebiasaan dalam lembaga adat agar keberadaannya tetap terjaga dan berlanjut; t. Pengembangan adalah upaya yang terencana, terpadu dan terarah, agar adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat dan lembaga adat dapat berkembang sehingga mampu meningkatkan peranannya dalam pembangunan sesuai dengan perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang sedang berlaku. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud dilakukan pemberdayaan dan pelestarian serta pengembangan adat istiadat dan lembaga adat dalam masyarakat di daerah adalah untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan peningkatan ketahanan Nasional serta untuk mendorong upaya mensejahterakan warga.

- 152 - (2) Tujuan adalah untuk mendorong menunjang dan meningkatkan partisipasi masyarakat guna kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat di daerah, terutama di Desa/ Kelurahan, sehingga warga masyarakat setempat merasa terpanggil untuk turut serta bertanggung jawab atas kesejahteraan hidup masyarakat dan lingkungan. BAB III PEMBENTUKAN WILAYAH KEDAMANGAN Bagian Pertama Pembentukan Wilayah Kedamangan Pasal 3 Dalam rangka pemberdayaan adat istiadat masyarakat dan Lembaga dibentuk Wilayah Kedamangan. Adat perlu Pasal 4 (1) Kedamangan yang sudah ada tetap berlaku. (2) Dalam satu Kecamatan dapat dibentuk lebih dari satu Kedamangan. (3) Wilayah Kedamangan tidak terikat dengan wilayah administrasi Pemerintahan Kecamatan. Bagian Kedua Tujuan dan Tatacara Pembentukan Wilayah Kedamangan Pasal 5 Tujuan Pembentukan Wilayah Kedamangan adalah untuk meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan Hukum Adat kepada masyarakat secara bedayaguna dan berhasilguna berdasarkan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan. Pasal 6 (1) Wilayah Kedamangan dapat dibentuk atas prakarsa masyarakat, tokoh adat dengan memperhatikan persyaratan yang ditentukan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

- 153 - (2) Pembentukan Kedamangan sebagaimana dimaksud ayat (1) terjadi karena pembentukan Kedamangan baru di luar Kedamangan yang telah ada atau sebagai akibat pemecahan wilayah Kedamangan. (3) Pembentukan Kedamangan ditetapkan oleh Majelis Adat Kabupaten dan disahkan oleh Kepala Daerah. Pasal 7 Pembentukan Wilayah Kedamangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Terdapat kesamaan hukum adat, adat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. b. Luas wilayah Kedamangan minimal mencakup 5 (lima) Desa/ Kelurahan. c. Mempunyai tanah adat dan hak adat. BAB IV KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA ADAT Pasal 8 (1) Fungsi Lembaga Adat dilaksanakan oleh Damang Kepala Adat. (2) Untuk kelancaran pelayanan kepada masyarakat ditingkat Desa, Damang Kepala Adat sebagaimana ayat (1) dibantu oleh Perangkat Adat. (3) Damang Kepala Adat berkedudukan sebagai mitra Camat dalam bidang pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat, dalam masyarakat dan lembaga adat serta hukum adat di wilayahnya. Pasal 9 Damang Kepala Adat mempunyai tugas melaksanakan pemberdayaan, mengembangkan dan melestarikan hukum adat serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga adat di wilayahnya masing-masing. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugasnya, Damang kepala Adat mempunyai fungsi : a. Mengawasi berlakunya hukum adat serta memelihara lembaga-lembaga adat; b. Membantu kelancaran pelaksanaan eksekusi dalam perkara perdata yang mempunyai kekuatan hukum tetap apabila diminta oleh pejabat yang berwenang; c. Menyelesaikan perselisihan adat; d. Berusaha untuk menyelesaikan dengan cara damai jika terdapat perselisihan intern suku dan antar suku dengan suku lain yang berada di wilayahnya sepanjang

- 154 - tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku; e. Melaporkan dengan segera kepada yang berwenang jika tempat gangguan keamanan dan atau gejala-gejala yang tidak baik jika timbul dikalangan masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku; f. Memberikan pertimbangan baik diminta maupun tidak diminta kepada Pemerintah Daerah tentang masalah yang berhubungan dengan tugasnya; g. Memelihara, mengembangkan dan menggali kesenian dan kebudayaan asli daerah serta memelihara benda-benda dan tempat-tempat bersejarah; h. Membantu Pemerintah Daerah dalam mengusahakan kelancaran pelaksanaan pembangunan di segala bidang terutama di bidang kemasyarakatan dan budaya; i. Jika diminta memberi kedudukan hukum menurut hukum adat terhadap hal-hal yang menyangkut adanya persengketaan atau perkara sesuai hukum adat; j. Menetapkan besarnya uang sidang, uang meja, uang jalan berdasarkan hasil musyawarah Majelis Adat; k. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional pada umumnya dan kebudayaan Daerah pada khususnya; l. Mengelola hak-hak adat, harta kekayaan adat, harta kekayaan kedamangan untuk meningkatkan kemajuan dan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik dan layak. BAB V KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN Pasal 11 (1) Damang Kepala Adat mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. Mewakili masyarakat adat keluar, yakni dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan-kepentingan adat; b. mengelola hal-hal dan atau harta kekayaan adat untuk meningkatkan kemajuan dan taraf hidup masyarakat yang lebih baik; c. Menyelesaikan perselisihan yang menyangkut perkara adat, istiadat dan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat sepanjang penyelesaian itu tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku; d. Membuat surat-surat perjanjian perkawinan adat yang diketahui oleh Kepala Desa/ Kelurahan.

- 155 - (2) Damang Kepala Adat berkewajiban untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan terutama dalam pemanfaatan hak-hak adat dan harta kekayaan adat/ Kedamangan dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat adat; b. Memelihara stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis serta dapat memberikan peluang kepada aparat pemerintah, terutama Pemerintahan Desa/ Kelurahan dalam pelaksanaan pembangunan yang lebih berkualitas dan pembinaan kemasyarakatan yang adil dan demokratis; c. Menciptakan suasana yang dapat menjamin tetap terpeliharanya kebhinekaan masyarakat adat dalam rangka persatuan dan kesatuan. BAB VI PEMILIHAN DAMANG KEPALA ADAT Pasal 12 (1) Majelis Adat Kecamatan membentuk Panitia Pemilihan yang ditetapkan dengan Keputusan Majelis Adat Kecamatan. (2) Bagi Kecamatan yang belum ada Majelis Adat Kecamatan, maka Panitia Pemilihan Damang Kepala Adat ditetapkan oleh Majelis Adat Kabupaten. (3) Panitia Pemilihan Damang Kepala Adat terdiri dari Tokoh-tokoh masyarakat dengan susunan sebagai berikut : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris; 5. Bendahara; 6. Anggota-anggota. (4) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (3) mempunyai tugas : a. Melakukan penjaringan dan menerima pendaftaran; b. Meneliti persyaratan administrasi/ penjaringan terhadap calon berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan; c. Mengadakan pendaftaran pemilihan; d. Menentukan rencana, tempat dan waktu pelaksanaan; e. Mengumumkan nama-nama calon Damang Kepala Adat yang telah ditetapkan;

- 156 - f. Menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan papun; g. Mengadakan persiapan untuk menjamin agar pelaksanaan pemilihan berjalan dengan tertib, aman dan lancar; h. Melaksanakan pemilihan Damang Kepala Adat; i. Membuat Berita Acara jalannya pemilihan dan penghitungan suara. Pasal 13 Para calon Damang Kepala Adat diwajibkan berada ditempat yang ditentukan untuk mengikuti pelaksanaan pemungutan suara. BAB VII HAK MEMILIH DAN DIPILIH Pasal 14 Damang Kepala Adat dipilih oleh Kepala Desa / Lurah dan Mantir Adat/ Kepala Adat yang berada dalam wilayah Kedamangan. Pasal 15 Yang dapat dipilih menjadi Damang Kepala Adat adalah penduduk Warga Negara Indonesia di wilayah Kedamangan tersebut dengan ketentuan : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945; c. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup luas mengenai hukum adat wilayah yang bersangkutan; d. Cakap membaca dan menulis; e. Umur sekurang-kurangnya 35 Tahun dan setinggi-tingginya 60 tahun; f. Sehat jasmani dan rohani; g. Sudah kawin atau pernah kawin; h. Tidak sedang menjalani pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; i. Berkelakuan baik, jujur, adil dan cerdas, mampu dan berwibawa; j. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di Kedamangan yang bersangkutan; k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di wilayah Kedamangan; l. Tidak pernah dihukum karena melakukan pelanggaran/ larangan adat.

- 157 - BAB VIII PENCALONAN DAMANG KEPALA ADAT Pasal 16 (1) Calon Damang Kepala Adat diajukan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Damang Kepala Adat dengan melampirkan persyaratan : a. Surat pernyataan kesediaan menjadi Calon Damang Kepala Adat; b. Surat keterangan tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; c. Surat keterangan kesehatan dari dokter; d. Surat keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian; e. Surat keterangan tidak pernah dihukum karena melakukan pelanggaran/ larangan adat dari Damang Kepala Adat; f. Akte Kelahiran/ Surat Keterangan Kenal Lahir; g. Foto copy Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir. (2) Calon Damang Kepala Adat hasil penyaringan sedikit-dikitnya 2 (dua) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang yang ditetapkan dengan Berita Acara Penyaringan Calon Damang Kepala Adat. (3) Teknis pelaksanaan penjaringan dan penyaringan Calon Damang Kepala Adat ditetapkan oleh Panitia Pemilihan. Pasal 17 Calon Damang Kepala Adat sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2) Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Majelis Adat Kecamatan yang disahkan oleh Majelis Adat Kabupaten. Pasal 18 (1) Pegawai Negeri yang mencalonkan diri sebagai Calon Damang Kepala Adat selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Peraturan Daerah ini, juga harus memiliki surat persetujuan dari atasannya dan atau pejabat yang berwenang. (2) Bagi Pegawai Negeri yang terpilih ditetapkan sebagai Damang Kepala Adat dibebaskan dari tugas dan kewajiban sebagai Pegawai Negeri. (3) Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud ayat (2) diatas tetap berhak mendapatkan gaji, kenaikan pangkat reguler dan kenaikan gaji berkala sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

- 158 - BAB IX PELAKSANAAN PEMILIHAN DAMANG KEPALA ADAT Pasal 19 (1) Sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hari sebelum pemilihan dilaksanakan, Panitia Pemilihan memberitahukan kepada para Pemilih mengenai waktu dan tempat pemilihan. (2) pemilihan dilaksanakan di Ibukota Kecamatan melalui rapat Pemilihan Damang Kepala Adat yang dipimpin oleh Ketua Panitia Pemilihan dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih. (3) Pemilihan Damang Kepala Adat dinyatakan syah apabila jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih. (4) Dalam hal jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya kurang dari yang ditentukan sebagaimana dalam ayat (3), pemilihan Damang Kepala Adat dinyatakan ditunda. (5) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah penundaan sebagaimana dimaksud ayat (4) Panitia Pemilihan melaksanakan Pemilihan Damang Kepala Adat dan dinyatakan syah apabila jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih yang terdaftar. (6) Apabila dalam pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (5) jumlah pemilih yang hadir menggunakan hak pilihnya kurang dari 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih, maka ditunjuklah Pejabat Damang Kepala Adat, melalui Rapat Majelis Adat Kecamatan sampai terpilihnya Damang Kepala Adat yang definitif. Pasal 20 (1) Calon Damang Kepala Adat yang dinyatakan terpilih ialah calon yang mendapatkan suara terbanyak. (2) Apabila dalam pemungutan suara terdapat lebih dari satu orang calon mendapat suara yang sama, maka dilaksanakan pemilihan ulang. (3) Apabila dalam pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat (2) hasilnya tetap sama, maka ditunjuk Pejabat damang Kepala Adat melalui rapat Majelis Adat Kecamatan.

- 159 - Pasal 21 (1) Setelah selesai pelaksanaan pemilihan, panitia pemilihan menyampaikan Berita Acara Pemilihan dan berkas persyaratan Calon Terpilih kepada Majelis Adat Kecamatan. (2) Majelis Adat Kecamatan menyampaikan usulan pengangkatan Calon Terpilih menjadi Damang Kepala Adat kepada Majelis Adat Kabupaten. BAB X PENGANGKATAN DAN PELANTIKAN DAMANG KEPALA ADAT Pasal 22 (1) Damang Kepala Adat terpilih ditetapkan dengan Keputusan Majelis Adat Kabupaten dan disahkan oleh Kepala Daerah. (2) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah ditetapkan Keputusan Majelis Adat Kabupaten, maka yang bersangkutan dilantik oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. (3) Pada saat pelantikan Damang Kepala Adat terpilih wajib melakukan sumpah/ janji menurut Agama/ Kepercayaan yang dianutnya dihadapan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 23 Masa jabatan Damang Kepala Adat selama-lamanya 5 (lima) Tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB XI PEMBERHENTIAN DAMANG KEPALA ADAT Pasal 24 (1) Damang Kepala Adat yang diduga atau tersangka dalam suatu tindak pidana atas usul Majelis Adat Kecamatan dapat diberhentikan sementara. (2) Pemberhentian sementara dilakukan dengan Keputusan Majelis Adat Kabupaten dan disahkan oleh Kepala Daerah. (3) Selama Damang Kepala Adat diberhentikan sementara, maka pelaksanaan tugas sehari-hari dilakukan oleh Pejabat Damang Kepala Adat yang ditetapkan oleh Majelis Adat Kabupaten.

- 160 - (4) Apabila berdasarkan pemberitahuan dari Penyidik atau berdasarkan Keputusan Pengadilan Damang Kepala Adat yang bersangkutan tidak terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, maka Majelis Adat Kabupaten menetapkan kembali Damang Kepala Adat yang bersangkutan dengan Keputusan Majelis Adat Kabupaten. Pasal 25 (1) Pemberhentian dari Jabatan Damang Kepala Adat dilakukan oleh Majelis Adat Kabupaten dan disahkan oleh Kepala Daerah. (2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan karena : a. Meninggal dunia; b. Mengajukan atas permintaan sendiri; c. Tidak lagi memenuhi syarat dan atau melanggar sumpah/ janji; d. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan atau norma/ adat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pasal 26 Damang Kepala Adat yang melalaikan tugasnya sehingga merugikan Negara atau Pemerintah Daerah dan masyarakat dikenakan tindakan administrasi berupa teguran, pemberhentian sementara dan atau pemberhentian sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 27 Damang Kepala Adat yang tidak dapat menjalankan tugas wewenang dan kewajibannya karena sakit sampai dengan 6 (enam) bulan berturut-turut, maka Majelis Adat Kecamatan mengusulkan kepada Majelis Adat Kabupaten untuk memberhentikan yang bersangkutan dari Jabatannya. Pasal 28 (1) Jabatan Damang Kepala Adat yang lowong, karena berhenti dan atau diberhentikan selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan terhitung mulai lowongan jabatan Damang Kepala Adat dimaksud harus sudah diadakan pemilihan Damang Kepala Adat yang baru. (2) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan tidak dapat dilaksanakan pemilihan Damang Kepala Adat karena situasi dan kondisi belum memungkinkan dilaksanakan pemilihan, maka ditunjuk Penjabat Damang Kepala Adat.

- 161 - BAB XII PENGANGKATAN PENJABAT DAMANG KEPALA ADAT Pasal 29 (1) Pengangkatan Penjabat Damang Kepala Adat berdasarkan usulan dari Majelis Adat Kecamatan dan ditetapkan dengan Keputusan Majelis Adat Kabupaten yang disahkan oleh Bupati. (2) Penjabat Damang Kepala Adat sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Majelis Adat Kecamatan dan atau Tokoh Masyarakat Desa/ Kelurahan dalam wilayah Kedamangan yang bersangkutan. (3) Masa jabatan Penjabat Damang Kepala Adat paling lama 1 (satu) tahun. (4) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diangkat Penjabat Damang Kepala Adat, maka Majelis Adat Kecamatan segera mengadakan pemilihan Damang Kepala Adat yang definitif. BAB XIII MAJELIS ADAT Pasal 30 (1) Ditingkat Kabupaten dibentuk Majelis Adat Kabupaten dan ditingkat Kecamatan dibentuk Majelis Adat Kecamatan. (2) Majelis Adat teridri dari berbagai unsur dalam masyarakat yaitu Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat. (3) Susunan Majelis Adat terdiri dari : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris; 5. Bendahara; 6. Anggota-anggota jumlahnya ditentukan sesuai keperluan. (4) Pembentukan Majelis Adat Kecamatan diprakarsai oleh Damang Kepala Adat bersama-sama dengan Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat melalui musyawarah/ mufakat. (5) Pemilihan Ketua Majelis Adat Kabupaten dilaksanakan melalui Pemilihan oleh para Damang Kepala Adat.

- 162 - (6) Damang Kepala Adat yang terpilih menjadi Ketua Majelis Adat Kabupaten Kabupaten harus melepaskan jabatannya sebagai Majelis Adat Kecamatan. (7) Majelis Adat Kecamatan ditetapkan dengan Keputusan Majelis Adat Kabupaten dan Majelis Adat Kabupaten ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. (8) Masa jabatan Ketua Majelis Adat Kabupaten selama-lamanya 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB XIV KEDUDUKAN KEUANGAN Pasal 31 (1) Damang Kepala Adat, Majelis Adat Kecamatan dan Majelis Adat Kabupaten diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan biaya operasional. (2) Penghasilan tetap dan biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (3) Besarnya penghasilan tetap sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati dengan memperhatikan kemampuan Keuangan Daerah. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang mengatur tentang Pemberdayaan, Pelestarian, Pengembangan Adat Istiadat dan Kedamangan atau ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

- 163 - Pasal 33 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. Disahkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 25 Maret 2002 BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Cap/ttd Diundangkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 25 Maret 2002. Ir. H. ABDUL RAZAK SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, Cap/ttd Drs. J. DJUDAE ANOM NIP. 530 000 899 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2002 NOMOR : 3, SERI : D.