BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 25 auditor forensik atau auditor investigasi yang bekerja di Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat dan didukung oleh teori-teori yang melandasi dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka untuk menjawab identifikasi masalah, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap auditor forensik atau auditor investigasi yang bekerja di Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa auditor forensik/investigasi memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap akuntansi forensik dan telah menggunakan metode-metode akuntansi forensik dalam menjalankan tugasnya untuk mengungkapkan kecurangan yang terjadi. Kesimpulan ini didapat dari hasil jawaban 25 responden atas 20 item pernyataan mengenai akuntansi forensik sebagai metode dalam pengungkapan kecurangan, dimana dari hasil jawaban responden tersebut didapat rata-rata skor jawaban sebesar 81.88 dari skor tertinggi 100. Karena digunakannya metode-metode akuntansi forensik dalam pengungkapan kecurangan di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat maka dapat ditarik kesimpulan terdapat peranan akuntansi forensik dalam pengungkapan kecurangan. 5.2 Saran Setelah melakukan penelitian dan pembahasan penulis akan mencoba memberikan beberapa saran perbaikan yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan.
5.2.1 Saran untuk Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) mempunyai peran dan fungsi yang begitu penting salah satunya adalah sebagai badan/lembaga yang berperan dalam pengungkapan-pengungkapan kecurangan yang terjadi di sektor pemerintahan, khususnya kecurangan dalam bentuk korupsi melalui keahlian audit forensik atau audit investigatif sebagai gugus tugas anti korupsinya. Dari indikator-indikator metodologi akuntansi forensik untuk pengungkapan kecurangan, auditor forensik atau auditor investigasi BPKP sebagian besar telah menggunakannya. Untuk itu pelatihan dan pemahaman tentang akuntansi forensik hendaknya lebih ditingkatkan lagi, walaupun sebagian besar auditor forensik atau auditor investigasi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat pemahaman yang cukup tinggi karena dalam menjalankan tugasnya untuk mengungkapkan kecurangan khususnya korupsi mereka telah menggunakan akuntansi forensik. Akan tetapi karena akuntansi forensik merupakan teori yang relatif baru maka sebagian auditor forensik atau auditor investigasi merasa tidak sadar bahwa apa yang telah dilakukannya sudah termasuk kedalam cakupan ilmu akuntansi forensik. Menunjuk pada problematika Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) serta memperhatikan tugas, fungsi, dan peran Deputi Bidang Investigasi yang salah satunya adalan sebagai pilar strategi edukatif dengan melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kepedulian publik terhadap problematika KKN. Dimana, kegiatan tersebut antara lain berupa sosialisasi dan penyuluhan anti korupsi dalam rangka memberikan pemahaman dan cara memerangi KKN kepada kelompok masyarakat tertentu secara sistematis harus lebih ditingkatkan lagi intensitasnya, terutama di Perguruan Tinggi karena perguruan tinggi merupakan lembaga yang mencetak atau menyediakan calon-calon tenaga kerja yang akan terjun langsung ke dunia kerja.
5.2.2 Saran untuk Perguruan Tinggi dan Akademisi Akuntansi sebagai ilmu yang dekat dengan keuangan jika tidak digunakan sesuai dengan fungsinya maka akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif, seperti memanipulasi atau merekayasa laporan keuangan. Spesialisasi bidang akuntansi ilmu auditing merupakan solusi dari masalah tersebut, akan tetapi masih dirasa kurang karena di jaman sekarang makin beragamnya jenis-jenis, motif, dan modus operandi kecurangan yang terjadi. Akuntan sebagai profesi yang mempunyai peranan dalam memberikan keyakinan atau pendapatnya terhadap laporan keuangan sudah saatnya mengambil peran sebagai profesi yang mampu membantu mengatasi masalah negara yaitu kecurangan-kecurangan khusunya korupsi yang terjadi di sektor pemerintah maupun swasta. Akan tetapi susahnya menjadikan fungsi akuntan sebagai profesi yang dapat mengatasi korupsi lewat ilmu akuntansi forensik adalah minimnya pemahaman mereka terhadap ilmu tersebut. Dunia pendidikan khususnya Perguruan Tinggi terutama program studi akuntansi hendaknya sudah mulai memprioritaskan pemberian materi-materi perkuliahan dengan ilmu akuntansi forensik, karena ilmu akuntansi yang sudah diberikan dirasa masih belum lengkap. Prioritas pemberian maeri-materi tentang ilmu akuntnsi forensik ini dengan cara memasukkan ilmu akuntansi forensik sebagai mata kuliah, adapun sistem kredit semester dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masingmasing perguruan tinggi. 5.2.3 Saran untuk Negara Indonesia Dengan terpuruknya keadaan Indonesia sekarang ini, bahkan dikenalnya indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi tinggi sangat memprihatinkan, hal ini terjadi karena lemahnya sistem-sistem pengawasan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga/instansi pemerintah sehingga memudahkan berbagai pihak yang ingin melakukan kecurangan. Dari hasil pemetaan yang dilakukan oleh BPKP terhadap berbagai modus operandi yang dilakukan para pelaku tindak pidana korupsi, penyebab terjadinya
korupsi, pelaku korupsi dan tempat terjadinya korupsi serta penyelesaian kasus korupsi yang terjadi, maka saran perbaikannya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman tentang berbagai bentuk penyimpangan yang berindikasi tindak pidana korupsi antara lain melalui sosialisasi dan asistensi, sehingga para pejabat dan staf di pemerintah daerah BUMN/BUMD dapat menghindari tindak pidana korupsi. 2. Setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) menerapkan sistem pengendalian manjemen yang mengandung muatan anti fraud/kecurangan sehingga setiap kecurangan dapat dicegah dan atau dideteksi secara dini, melalui implementasi Fraud Control Plan (FCP). 3. Meningkatkan kemampuan dan profesionalitas auditor Bawasda (Badan Pengawas Daerah) terutama yang berkaitan dengan akuntansi forensik dan audit investigatif sehingga Bawasda dapat lebih berperan serta dalam upaya pemberantasan korupsi. 4. Meningkatkan intensitas sosialisasi anti korupsi kepada berbagai lapisan seperti masyarakat, pegawai, dan pelajar. 5. Memberikan sanksi pidana dan hukuman yang lebih berat dari yang sudah ada agar menimbulkan efek jera bagi para pelaku kecurangan (fraud) khususnya korupsi. 5.2.4 Saran untuk Peneliti Selanjutnya Bagi pihak-pihak lain yang tertarik untuk mengkaji dan meneliti topik ini secara lebih mendalam, maka penulis akan menyarankan beberapa hal berikut: 1. Memperluas objek penelitian mengingat banyaknya Aparat Pengawas Instansi Pemerintah dan tidak hanya pada lembaga/instansi pemerintah saja tetapi di sektor swasta juga, agar dapat diketahui perbedaan praktik akuntansi forensik disektor pemerintah dan disektor swasta. 2. Mengevaluasi pernyataan-pernyataan dalam kuesioner agar pernyataan-pernyataan tersebut dapat mewakili secara tepat variabel yang hendak diukur. Penulis juga menyarankan untuk mencari
indikator lain yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditetapkan. 3. Melakukan wawancara lebih mendalam kepada auditor forensik atau investigasi untuk mengetahui praktik penerapannya karena hasilnya dapat lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya. 4. Menambahkan variabel lain atau dengan lebih menspesifikasikan variabel akuntansi forensik karena cakupan dari akuntansi forensik luas yaitu menyangkut akuntansi, audit, dan hukum sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk membahas atau melakukan penelitian terhadap ketiga unsur tersebut. Karena akuntansi forensik biasanya tidak pernah lepas dari masalah hukum sebaiknya pembahasan lebih menekankan pada masalah hukum dengan tidak mengesampingkan masalah akuntansi dan auditing. 5. Karena ilmu akuntansi forensik merupakan ilmu yang relatif baru, maka sebelum melakukan penelitian hendaknya pahami teori akuntansi forensik secara mendalam terlebih dahulu agar di ketahui perbedaanya dengan praktik di lapangan.