BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 1, Februari 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Ada banyak penyebab dari terganggunya kesehatan

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, Bronkhitis bisa bersifat serius. Bronkitis merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang ditandai dengan kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial. Peradangan tidak meluas sampai alveoli. Bronkitis bisa bersifat akut dan kronis, dan dapat terjadi pada semua usia. Bronkitis akut disebabkan 95% infeksi virus dan bronkitis kronis sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Klebsiella pneumoniae merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan bronkitis kronik (Ikawati, 2011). Berdasarkan hasil survey data yang di dapatkan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto diperoleh data pada tahun 2015 yaitu sebanyak 80 pasien

dengan riwayat penyakit bronkhitis. Adapun jumlah keseluruhan pasien yang terkena bronkhitis yaitu dewasa. Pengobatan klinis untuk menangani penyakit infeksi yaitu dengan penggunaan antibiotik. Banyaknya jenis pembagian, klasifikasi, pola kepekaan kuman, dan penemuan antibiotika baru seringkali menyulitkan klinisi dalam menentukan pilihan antibiotika yang tepat ketika menangani suatu kasus penyakit infeksi. Efek samping penggunaan antibiotik dapat berupa reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi reaksi toksik, serta perubahan biologik dan metabolik pada hospes (Setiabudy, 2007). Penyebab bronkhitis juga di sebabkan oleh asap rokok. Asap rokok dapat mengakibatkan iritasi pada saluran bronkhial dan dapat menyebabkan penumpukan lendir di dalam saluran paru- paru. Rokok dan merokok merupakan masalah yang masih sulit di selesaikan hingga saat ini. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah di publikasikan kepada masyarakat, namun kebiasaan merokok masyarakat masih sulit untuk di hentikan. Dalam rokok terkandung tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun. Ironisnya para perokok sebenarnya sudah mengetahui akan dampak dan bahaya dari merokok, namun masih saja melakukan aktifitas tersebut. Berbagai pihak sudah sering mengeluhkan ketidaknyamanan mereka ketika berdekatan dengan orang yang merokok. Terbukti bahaya merokok bukan saja milik perokok namun juga berdampak pada orang- orang di sekelilingnya (Imasar, 2008). Analisis WHO (World Health Organization), menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif.

Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang diisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, amonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar asap utama (WHO,2006). Sekitar 4,9 juta orang di negara berkembang meninggal dunia karena rokok pada tahun 2003. Bahkan di seluruh dunia, tinggkat kematian akibat rokok justru lebih besar ketimbang kematian karena malaria, kematian maternal, penyakitpenyakit yang sering menyerang anak- anak dan tuberculosis. Maka dari itu para ahli kesehatan dunia memperkirakan tahun 2030 sekitar 10 juta orang mati akibat rokok dan 70 persen terjadi di negara berkembang. Di indonesia sendiri, Indonesia termasuk 5 negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia (Nawi cit Ramadhan, 2007). Indonesia merupakan Negara yang memiliki jumlah perokok dengan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menunjukkan perokok usia di atas 15 tahun sebanyak 36,3 persen. Sebagian besar dari mereka ialah perokok laki-laki dengan prevalensi 64,9 persen dan jumlah ini merupakan yang terbesar di dunia.remaja terbanyak di dunia.

Penanggulangan masalah rokok di Indonesia memang sangat dilematis. Di satu sisi, industri rokok di anggap sebagai penghasil pajak paling besar di bandingkan dengan sektor lain. Misalnya, dapat memberikan kontribusi terhadap pemasukan keuangan negara berupa pembayaran cukai. Industri rokok adalah industri padat karya dan memberikan sumbangan yang cukup besar dalam perekonomian bangsa. Meski keberadaannya memegang penting bagi kehidupan masyarakat, tetapi banyak penyakit yang ditimbulkan dari perokok aktif dan perokok pasif. Penyakit tersebut merupakan penyakit kematian utama. Beberapa penyakit yang berisiko tinggi yaitu kanker paru- paru, jantung koroner dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ( Aditama cit Caroline, 2008). B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan tentang merokok dapat beresiko tinggi terhadap penyakit maka dirumusan masalah, apakah ada hubungan jenis, lama dan jumlah batang rokok dengan kejadian bronkhitis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan jenis, lama dan jumlah batang rokok dengan kejadian bronkhitis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui gambaran jenis, lama dan jumlah batang rokok.

b. Mengetahui hubungan jenis, lama dan jumlah batang rokok dengan kejadian bronkhitis. 3. Bagi peneliti Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengaplikasian ilmu pengetahuan tentang adanya pengaruh hubungan jenis, lama dan jumlah batang rokok dengan kejadian bronkhitis, selain itu juga dapat di pergunakan sebagai sarana komunikasi dan acuan untuk penelitian berikutnya. D. Manfaat penelitian Manfaat penelitian untuk dapat di rasakan oleh semua pihak yang dapat memakainya. 1. Bagi masyarakat Diharapkan dapat menjadi informasi dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi keluarga yang terkena penyakit bronkhitis. 2. Bagi pelayanan kesehatan Diharapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya untuk pasien bronkhitis. 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitianpenelitian yang berikutnya berkaitan dengan penyakit bronkhitis.

4. Bagi penelitan Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengaplikasian ilmu pengetahuan tentang penyakit bronkhitis, selain itu juga dapat di pergunakan sebagai sarana komunikasi dan acuan untuk penelitian berikutnya. E. Penelitian terkait Eka Novi Astuti, Sri Sugiarsi dan Riyoko melakukan penelitian dengan judul analisis trend pasien rawat inap bronchitis di rsud dr.soediran mangun sumarso kabupaten wonogiri periode tahun 2011 Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif yaitu metode penelitian yang hasilnya berupa diskripsi(penggambaran) keadaan objek penelitia tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku umum (Arief M, 2009). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Jumlah pasien rawat inap kasus bronkhitis di Rumah Sakit dr.soediran Mangun Sumarso selama tahun 2011 sebanyak 263 pasien. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah tempat penelitian, waktu penelitian dan metode yang digunakan dalam penelitian. Winarni, Basirun al ummah dan Safrudin agus nur salim melakukan penelitian dengan judul hubungan antara prilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen 2009 penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross

sectional. Dari hasil penelitian ini didapatkan Terdapat hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sempor II. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan metode penelitian. Metode penelitian sebelumnya adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional sedangkan pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriftif analitik dengan metode survey dan menggunakan desain case control. Ade Kumanda, Wahyu Ratna dan Maryana melakukan penelitian dengan judul Hubungan merokok dengan kejadian hipersekresi mucus intra anestesi pada pasien yang dilakukan tindakan anestesi umum inhalasi di instalasi bedah sentral rumah sakit umum daerah cilacap. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain observasional cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu mayoritas pasien yang mengalami hipersekresi terjadi pada umur >50 tahun dan berpendidikan SD/sederajat. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sama- samavariabel terikatnya merokok. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan dan metode penelitian pada penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangan pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif.

Arina Uswatun Hasanah dan Sulastri melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara dukungan orang tua, teman sebaya dan iklan rokok dengan prilaku merokok pada siswa laki- laki Madrasah Aliyah Negri 02 Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan pendekatan Cross Sectional di mana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmadjo, 2002). Hasil penelitian membuktikan terdapat hubungan yang signifikan dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali dengan kategori hubungan kurang kuat.terdapat hubungan yang signifikan dukungan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali dengan kategori hubungan kuat.terdapat hubungan yang signifikan iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali dengan kategori hubungan cukup kuat. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah responden, tempat penelitian, waktu penelitian dan metode penelitian pada penelitian sebelumnya merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan pendekatan Cross Sectional sedangkan pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriftif analitik dengan metode survey. Siti Chotidjah melakukan penelitian dengan judul Pengetahuan tentang rokok, pusat kendali kesehatan eksternal dan perilaku merokok. Penelitian ini

adalah penelitian non eksperimental dengan menggunakan pendekatan korelasi dan paradigma model deduktif yang menekankan hipotesis yang telah dirumuskan sejak awal. Simpulan dari penelitian ini adalah perokok remaja pada penelitian ini memiliki pengetahuan tentang rokok yang tergolong tinggi sehingga pengetahuan tentang rokok bukanlah variabel yang memediasi pusat kendali kesehatan eksternal dan perilaku merokok. Hasil penelitian ini pun hanya berlaku untuk sampel perokok dalam penelitian ini karena menggunakan teknik asidental sampling sehingga tidak memenuhi persyaratan statistik. Persamaan penelitian ini dan penelitian sbelumnya yaitu penelitian non eksperimental. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah responden, tempat penelitian, waktu penelitian dan metode penelitian pada penelitian sebelumnya merupakan penelitian dengan pendekatan korelasi sedangkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan case control.