BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki luas wilayah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan zaman serta bertambahnya jumlah penduduk dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di zona khatulistiwa hal tersebut menyebabkan adanya

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

Kecamatan Nanggulan secara administratif terbagi 6 (enam) desa yang

I.PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat kota bandar lampung tidak akan aman dan sejahtera kalau sumbersumber

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. banyak PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai beberapa Instalasi Pengolahan Air bersih (

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

KAJIAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT KOTA LUBUK BASUNG DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN AIR BERSIH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang dapat memajukan kesejahteraan umum yang. kebutuhan hidup manusia sehari hari terhadap air berbeda beda untuk

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PDAM Tirtawening Kota Bandung Sumber :Pambdg.co.id (di akses pada tanggal 21 Agustus 2015)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap instalasi pengolahan air tersebut memiliki zona distribusi pengairannya masing-masing, yaitu:

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dari

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

1.1 Latar Belakang 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengembang, Kontraktor), maka diperoleh rating keseluruhan infrastruktur yang

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Penelitian 1.3 Batasan Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

I. PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Anakanak

I. PENDAHULUAN. meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta penggunaan sumber daya air.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan hidup sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mandi, kesehatan karena menimbulkan penyakit seperti diare, muntaber, dan

I- 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan air tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan manusia. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa hidup tanpa air, sehingga permintaan air jumlahnya tidak terbatas. Air merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas pula karena air merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui melalui suatu siklus yang disebut siklus hidrologi. Akan tetapi manusia tidak hanya membutuhkan air dari segi kuantitas atau jumlahnya saja, akan tetapi manusia juga membutuhkan air dari segi kualitasnya, sedangkan semakin lama kualitas air bersih semakin menurun akibat kurangnya kepedulian manusia terhadap lingkungan. Hal itulah yang menyebabkan persediaan air bersih kini jumlahnya semakin berkurang sehingga jumlah air bersih menjadi terbatas. Pada tahun 2003, Kementrian Pekerjaan Umum pernah memperhitungkan kebutuhan air bersih untuk Pulau Jawa yang diperkirakan mencapai 38 miliar meter kubik per tahun. Namun, ketersediaan air bersih hanya sekitar 25 miliar meter kubik. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah permintaan air bersih lebih banyak dari jumlah persediaan air bersih itu sendiri.

2 Masayarakat seharusnya dapat lebih bijak dalam merawat dan menggunakan air agar dapat dioptimalkan untuk kebutuhan bersama. Untuk itu seharusnya manusia lebih menjaga kelestarian air, mulai dari menjaga penggunaan air agar tidak berlebihan, serta menjaga kebersihan lingkungan sungai dan tanah dengan tidak membuang sampah maupun limbah di sungai atau sembarang tempat agar kualitas air tetap terjaga. Selain itu masyarakat juga seharusnya lebih bijak dalam menggunakan air bersih agar pemakaian tidak berlebihan sehingga penggunaan air dapat lebih dihemat sehingga jumlah air sebisa mungkin tidak berkurang setiap tahunnya serta ketersediaan air bersih dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia dari tahun ke tahun. (Prastiyowati, 2011) Kehidupan masyarakat tidak akan aman dan sejahtera jika sumbersumber air semakin merosot adanya. Tanah akan gersang tanpa air. Air pun tidak akan tertapung dengan baik tanpa tumbuh-tumbuhan. Untuk melindungi air agar tidak hanyut ke laut harus dipertahankan berbagai tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan melalui akar-akarnya berfungsi untuk melindungi air hujan agar tidak hanyut ke laut. Jadi, tumbuh-tumbuhan yang menjaga air itu senantiasa terlindung dengan baik. Sehubungan dengan itu, menjaga kelestarian hutan adalah salah satu upaya yang perlu dilakukan disamping juga sekaligus menjaga kebersihan air yang mengalir di sungai. Air sungai perlu mendapat perlindungan agar tetap bersih dari berbagai sumber pencemaran, seperti dengan

3 tidak membuang limbah rumah tangga, industri, dan sampah atau kotoran lainnya ke sungai. Selain pelestarian air bersih masalah yang perlu dilihat adalah pendistribusian air diantara pemakai menyangkut penggunaan air di tiap-tiap sektor. Misalnya disektor pertanian, sektor industri, dan sektor rumah tangga. Khusus untuk pendistribusian di sektor rumah tangga seperti pelanggan air yang bersumber dari PDAM, yang perlu mendapat penanganan adalah agar pendistribusian air ini dapat menjangkau seluruh penduduk setiap waktu dalam jumlah yang memadai dan berkualitas. Untuk itu perlu upaya yang serius dalam pemeliharaan sumber-sumber air, seperti perlindungan terhadap hutan, pembuatan waduk untuk menyimpan air pada musim hujan, dan pencegahan penguapan air. Usaha ini dimaksudkan untuk menjaga tersedianya air secara tetap pada masa-masa yang akan datang. Pembangunan sektor air bersih berhadapan dengan aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor air bersih dituntut menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam rangka memandu alokasi sumber daya air dan mendorong terselenggaranya sektor usaha selayaknya kooperatif yang professional, berperilaku efisien, dan menghasilkan manfaat bagi sektor ekonomi lainnya. Dalam aspek sosial, sektor air bersih berhadapan dengan nilai-nilai sosial yang harus diaspirasikan dalam pembangunan serta kedudukannya sebagai sektor publik yang paling mendasar.

4 Muncul kesadaran yang sama yakni sasaran menyediakan sarana dan air bersih bagi banyaknya penduduk. Sedangkan dalam aspek lingkungan, sektor air bersih berhadapan dengan implikasi yang bernuansa sosial. (Krusdiyanto, 2007). Salah satu penyedia sumber air bersih di Indonesia yang menyediakan pelayanan pendistribusian air yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang berada di hampir seluruh daerah di Indonesia. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah penyelenggara utama pelayanan air milik pemerintah Kota/Kabupaten yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum. Sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 bahwa tanggung jawab perencanaan, konstruksi, dan operasi serta pemeliharaan prasarana dan sarana air minum berada ditangan pemerintah Kota/Kabupaten. Saat ini terdapat kurang lebih 360 PDAM yang telah melayani 39% penduduk perkotaan. Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai fungsi pokok memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, disamping harus dapat membiayai perusahaan itu sendiri serta mengembangkan tingkat pelayanan dan juga memberikan sumbangan pembangunan kepada pemerintah daerah. (Dachron, 2008) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia, dimana sebagian besar suplay air bersihnya berasal dari PDAM. Provinsi DIY sendiri terdiri atas 5 (lima) kabupaten yang meliputi Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kota Yogyakarta. Dari 410 PDAM di Indonesia lima

5 diantaranya yaitu berada di Provinsi DIY, yang tersebar di masing-masing lima kabupaten tersebut. Di Kota Yogyakarta, PDAM terletak di Jl. Rudolf Wolter Monginsidi Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. PDAM Kota Yogyakarta atau disebut PDAM Tirtamarta pada tahun 2013 jumlah pelanggan telah mencapai angka 33.750 pelanggan dan pada tahun 2014 PDAM Tirtamarta menargetkan jumlah pelanggan mencapai 34ribu. Air PDAM Tirtamarta mengalir 24 jam ke seluruh wilayah di 45 kelurahan di 14 kecamatan di Yogyakarta, walaupun ada beberapa kendala yakni terkadang terdapat satu atau dua aliran yang mengalami kendala akibat adanya kemungkinan mati listrik di lokasi tersebut. Dijelaskan, bahwa pada puncak kemarau tahun ini debit air yang berkurang berasal dari sumur dangkal dan mata air sungai yang merupakan sumber mata air 30% dari keseluruhan produksi PDAM Tirtamarta.Sedangkan produksi air terbesar dihasilkan dari sumur dalam. Ada 34 unit sumur dalam dari luar Kota Yogyakarta yang 70% merupakan produksi air PDAM Tirtamarta dan debit air yang dihasilkan keseluruhannya mencapai kurang lebih 600liter per detik. Air ini diperuntukkan 34.500 pelanggan di Kota Yogyakarta dan sedikit di wilayah Bantul. (Haryadi, 2013) Perkembangan PDAM Tirtamarta di Kota Yogyakarta terbilang cukup baik, karena mengenai jumlah pelanggan sendiri PDAM Tirtamarta selalu mengalami kenaikan jumlah pelanggan. Seperti pada tahun 2012 jumlah

6 pelanggan PDAM Tirtamarta sebanyak 33.675 dan di tahun 2013 menjadi 33.790 pelanggan. Hal itu menunjukkan bahwa PDAM Tirtamarta memiliki kualitas yang cukup baik sehingga masyarakat pengguna PDAM selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya.kualitas PDAM Tirtamarta selalu mengalami peningkatan terlihat dari kondisi PDAM sendiri yang memiliki kualitas air bersih yang cukup sehingga membuat masyarakat Kota Yogyakarta mempercayakan sumber airnya berasal dari PDAM terlebih lagi PDAM Tirtamarta selalu siap dalam mengantisipasi hal-hal yang terjadi, misalnya di musim kemarau PDAM Tirtamarta telah memiliki persediaan air yang cukup untuk seluruh pengguna PDAM. (Hasto, 2013) Selain PDAM Tirtamarta, PDAM yang juga terletak di DIY yaitu PDAM Tirtadharma. PDAM Tirta Dharma terletak di Kabupaten Sleman, DIY.Keadaan PDAM Tirta Dharma tidak jauh berbeda dengan PDAM Tirtamarta dimana PDAM ini telah mampu mencukupi kebutuhan supplay air masyarakat Kabupaten Sleman dan bahkan untuk kebutuhan di musim kemarau. Di Kabupaten Kulon Progo juga terdapat PDAM yang menyediakan air bersih untuk masyarakat di perkotaan Wates dan di beberapa ibukota kecamatan (perkotaan) dilayani oleh PDAM dengan menggunakan sumber air yang berasal dari mata air Clereng (Pengasih), Waduk Sermo, Kali Progo dan sumber air dalam. Selain PDAM, di perdesaan pelayanan air bersih dikelola oleh kelompok masyarakat dengan memanfaatkan sumber air yang ada dengan cara dialirkan

7 melalui perpipaan, meskipun debitnya kecil. Adapun Mata air yang sudah dikelola oleh PDAM Kabupaten Kulon progo meliputi mata air Clereng, Mudal, Grembul, Gua Upas dan Sungai Progo. Secara umum di Kabupaten Kulonprogo kondisi air tanah dalamnya relatif baik kecuali beberapa desa diwilayah Kecamatan Panjatan. Potensi air baku di Kabupaten Kulonprogo untuk pengembangan SPAM selama 10 tahun kedepan pada umumnya tersedia. Air permukaan yang dapat dimanfaatkan adalah Sungai Progo, Sungai Serang dan Sungai Bogowonto. Yang memerlukan upaya khusus untuk air baku air minumnya adalah kota Sentolo, Pengasih, Wates dan Temon, serta 8 IKK dan 36 desa. (Hasto, 2013) Keadaan tak jauh berbeda juga terdapat di 2 kabupaten lainnya di Provinsi DIY yaitu di PDAM Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul. Di Kabupaten Gunung Kidul terdapat PDAM Tirta Handayani yang memiliki pelanggan berjumlah 36.605. Selama ini PDAM Gunungkidul melakukan pengambilan air di tiga sumber air utama selama 24 jam. Adapun tarif layanan saat ini belum mengalami kenaikan yakni dari yang termurah Rp2.700, Rp3.200, dan Rp4.200 per meter kubiknya. Sedangkan, jumlah permintaan air bersih pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terus meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut terjadi di hampir seluruh PDAM di Indonesia. Salah satu contohnya yaitu permintaan air

8 bersih pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Sleman, dimana didapatkan data bahwa jumlah permintaan air bersih terus mengalami peningkatan dari tahun 2004-2013. Berikut datanya: Tabel 1.Perkembangan permintaan air pada rumah tangga di Kabupaten Sleman Tahun Jumlah Permintaan Air (m 3 ) 2004 1,688,455 2005 3,003,342 2006 3,184,586 2007 3,221,920 2008 3,270,147 2009 3,491,197 2010 3,705,677 2011 3,505,082 2012 3,872,056 2013 3,872,056 Sumber: PDAM Kabupaten Sleman Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya permintaan air pada Perusahaan Daerah Air Minum menjadi sangat dipertanyakan agar kelestarian air tetap terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan manusia sampai kapanpun dengan kuantitas dan kualitas yang memadahi. Sedangkan untuk melihat besarnya jumlah permintaan air di DIY dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah permintaan Air antara lain

9 harga air bersih, PDRB perkapita, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, serta jumlah industri di DIY. Karena analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air cukup penting maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Air Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Periode 2004-2013. 1.2 Batasan Masalah Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan maka peneliti memberikan beberapa batasan dalam ruang lingkup penelitian, sebagai berikut : 1.) Penelitian difokuskan pada pengaruh harga air, PDRB Perkapita, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan jumlah industri terhadap jumlah permintaan air pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di DIY. 2.) Obyek penelitian berada di DIY yaitu berupa data harga air, PDRB per kapita, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, jumlah industri, dan jumlah permintaan air di PDAM DIY. 3.) Dalam melakukan olah data digunakan data harga air, PDRB per kapita, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, jumlah industri, dan jumlah permintaan air di PDAM DIY pada tahun 2004-2013.

10 4.) Variabel yang akan digunakan adalah variabel harga air, PDRB per kapita, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, jumlah industri, dan jumlah permintaan air di PDAM DIY. 5.) Metode yang digunakan adalah metode OLS dengan menggunakan data kuantitatif berupa data sekunder. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang muncul yaitu: 1.) Bagaimana pengaruh harga air bersih di PDAM terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY? 2.) Bagaimana pengaruh PDRB perkapita terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY? 3.) Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY? 4.) Bagaimana pengaruh jumlah rumahtangga terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY? 5.) Bagaimana pengaruh jumlah industri terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY? 6.) Bagaimana jumlah permintaan air bersih pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di DIY?

11 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga air bersih di PDAM terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY. 2.) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB perkapita terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY. 3.) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY. 4.) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah rumahtangga terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY. 5.) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah industri terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM di lima kabupaten di DIY. 6.) Untuk mengetahui seberapa besar jumlah permintaan air bersih pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di DIY.

12 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.) Bagi penulis, manfaat dari adanya penelitian ini yaitu mengetahui seberapa besar pengaruh harga air bersih, PDRB perkapita, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan jumlah industri terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM. Selain itu, sebagai pembanding suatu teori dengan kejadian nyata di lapangan, terutama teori mikro tentang permintaan. 2.) Bagi Perusahaan Daerah Air Minum, hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu masukan agar PDAM juga mengetahui apa saja yang mempengaruhi jumlah permintaan air sehingga dapat memperkirakan jumlah permintaan air pada tahun-tahun kedepan. 3.) Bagi pemerintah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan khususnya kebijakan publik dalam bidang ekonomi.

13 1.6 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, batasan,dan rumusan masalah, serta tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II : Kajian Pustaka Bab ini berisi kajian pustaka, yaitu pengkajian hasil dari penelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama. Landasan teori, landasan teori ini berisi teori yang berhubungan dengan penelitian penulis. Serta berisi formulasi hipotesis. BAB III : Metode Penelitian Bab ini akan menguraikan secara detail tentang metode penelitian yang digunakan. Penjelasan dimulai dari variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan cara pengumpulan data, dilanjutkan dengan metode analisis data. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan analisa statistik yang meliputi permintaan air di lima kabupaten di DIY, hasil regresi, pemilihan hasil regresi, pengujian hipotesis secara statistic meliputi uji kebaikan garis regresi, uji kelayakan model (uji F), dan uji signifikansi variabel individu (uji t) serta pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan Implikasi Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dan implikasi dari analisa yang dilakukan, yang muncul dari hasil simpulan merupakan jawaban atas rumusan masalah.