BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah satunya memiliki wilayah pedukuhan yaitu Kasihan dengan gambaran wilayah dataran tinggi Dusun Gunung Sempu (RT 1-9), dataran rendah di Dusun Kasihan (RT 1-7) dan Dusun Bayaran (RT 8). Jumlah total RT di wilayah Pedukuhan Kasihan ini yaitu 24 RT. Pedukuhan Kasihan merupakan wilayah yang 3 tahun berturut-turut menduduki peringkat pertama jumlah penderita DM terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I. Pada tahun 2012 jumlahnya 29 orang kemudian meningkat 4 orang menjadi 34 orang pada tahun 2013 dan meningkat lebih dari dua kali lipat sebanyak 48 orang dengan total 82 orang pada tahun 2014. Jumlah penduduk di Dusun Kasihan yaitu 1959 jiwa, Dusun Gunung Sempu yaitu 1203 jiwa, dan Dusun Bayaran yaitu 31 jiwa sehingga total penduduk yaitu 3203 jiwa. Oleh karena itu jumlah warga yang termasuk dalam kelompok sehat dengan kriteria umur 17-45 tahun yaitu suatu kondisi tanpa DM dan risikonya berjumlah 1520 orang. 71
72 Pendidikan kesehatan terstruktur dari puskesmas atau petugas kesehatan tentang dasar-dasar penyakit DM dan pencegahannya belum pernah diberikan kepada warga Pedukuhan Kasihan. Informasi masih terbatas kepada warga yang menderita DM. Selain itu, meski menjadi peringkat pertama jumlah penderita DM terbanyak, di wilayah Pedukuhan Kasihan belum ada perkumpulan ataupun kegiatan terkait sosialisasi maupun tindakan pencegahan DM. Oleh karena itu, warga yang mendapatkan informasi adalah mereka yang menderita DM dan rutin memeriksakan serta mengkonsultasikan kesehatannya dengan dokter di puskesmas. Edukasi terstruktur belum pernah diberikan namun warga bisa saja mendapatkan informasi melalui media sosial baik elektronik maupun cetak seperti televisi, koran, majalah, dan internet. 2. Gambaran Karakteristik Demografi Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 responden yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil karakteristik responden dan penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan pernah diberikan edukasi sebelumnya. Tabel 10 Distribusi Usia Responden Penelitian di Pedukuhan Kasihan Bantul (N=50) Min Max Mean SD p Usia Kelompok kontrol 18 45 32,28 8,83 0,24 Kelompok eksperimen 18 44 33,76 7,08
73 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian di Pedukuhan Kasihan Bantul (N=50) Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Karakteristik Jumlah Persentase Jumlah Persentase p (n) % (n) % Jenis Kelamin Laki-laki 10 40 3 12 0,02 Perempuan 15 60 22 88 Total 25 100 25 100 Pendidikan Terakhir SD - - 6 24 0,47 SMP 6 24 1 4 SMA 11 44 11 44 Perguruan Tinggi 8 32 7 28 Total 25 100 25 100 Pekerjaan Tidak bekerja 4 16 3 12 1,00 Bekerja 21 84 22 88 Total 13 52 11 44 Pendapatan > Rp1.163.800,00 < Rp1.163.800,00 6 19 24 76 8 17 32 68 0,74 Total 25 100 25 100 Pernah diberikan edukasi Ya 3 12 2 8 0,67 Tidak 22 88 23 92 Total 25 100 25 100 Berdasarkan tabel 10 dan 11, hanya karakteristik jenis kelamin yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Selain itu, didapatkan nilai signifikansi >0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol maupun eksperimen pada semua karakteristik responden. Pada tabel 10, rata-rata umur pada kelompok kontrol yaitu 32 tahun dan pada kelompok eksperimen yaitu 33 tahun. Pada tabel 11, kelompok kontrol
74 maupun eksperimen didominasi oleh responden berjenis kelamin perempuan yaitu 15 orang atau 60% pada kelompok kontrol dan 22 orang atau 88% pada kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol maupun eksperimen, pendidikan responden didominasi oleh responden berpendidikan SMA dengan jumlah 11 orang (44%) dan pekerjaan didominasi mereka yang bekerja yaitu 21 orang (84%) kelompok kontrol dan 22 orang (88%) kelompok eksperimen serta pendapatan didominasi oleh responden dengan pendapatan kurang dari UMR yaitu kurang dari Rp1.163.800,00 yaitu 19 orang (76%) kelompok kontrol dan 17 orang (68%) kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol yaitu 22 orang (88%) dan pada kelompok eksperimen yaitu 23 orang (93%) adalah jumlah responden yang belum pernah diberikan edukasi DM sebelumnya. 3. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi pada Masing-Masing Kelompok Kontrol dan Eksperimen a. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi Pada Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 12, pada kelompok kontrol didapatkan nilai signifikansi 0,00 untuk tingkat pengetahuan yang artinya terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan sebelum dan setelah intervensi dan nilai signifikansi untuk sikap pada kelompok kontrol yaitu 0,40, artinya tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan sebelum dan setelah intervensi.
75 Tabel 12. Hasil Analisa Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi dengan Uji Wilcoxon (N=50) n Median (minimummaksimum) Rerata±s.b p Pengetahuan pre-test 25 9 (3-13) 9,12±2,40 post-test 25 11 (6-14) 11,28±1,86 0,00 Sikap pre-test 25 27 (21-42) 28,48±5,02 post-test 25 29 (21-44) 29,08±5,85 0,40 Sumber: data primer b. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok Eksperimen Tabel 13. Hasil Analisa Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Intervensi dengan Uji Paired T-test (N=50) N Rerata±s.b Perbedaan Rerata±s.b IK95% p Pengetahuan pre-test 25 8,92±2,985 2.720±2,37 0,35-2,67 post-test 25 11,64±1,89 0,00 Sikap pre-test 25 27,52±3,36 1,160±3,67 1,74-3,69 0,13 post-test 25 28,68±3,05 Sumber: data primer Berdasarkan tabel 13, pada kelompok eksperimen didapatkan nilai signifikansi 0,00 untuk tingkat pengetahuan yang artinya terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan sebelum dan setelah intervensi dan nilai signifikansi untuk sikap pada kelompok eksperimen yaitu 0,13, artinya tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan sebelum dan setelah intervensi
76 4. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen Setelah Intervensi Tabel 14. Hasil Analisa Perbedaan Pengetahuan dan Sikap antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen Setelah Intervensi dengan Uji Mann Whitney (N=50) n Median (minimum-maksimum) Pengetahuan Kontrol 25 11 (6-14) Eksperimental 25 12 (6-14) Sikap Kontrol 25 29 (21-44) Eksperimental 25 29 (23-36) Sumber: data primer p 0,39 0,62 Berdasarkan tabel 16, didapatkan nilai signifikansi 0,39 untuk tingkat pengetahuan yang artinya tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan intervensi. Nilai signifikansi untuk sikap yaitu 0,62 yang artinya tidak terdapat perbedaan sikap antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan intervensi. B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden a. Umur Berdasarkan tabel 10, hasil penelitian menunjukkan tidak ada beda umur responden kelompok kontrol maupun eksperimen. Rata-rata umur pada kelompok kontrol yaitu 31 tahun dan pada kelompok eksperimen yaitu 33 tahun. Pada kelompok umur tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden termasuk dalam kelompok usia dewasa muda (DEPKES RI,
77 2009) yang merupakan populasi penduduk dominan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta [BPS DIY], 2014). Pada umur dewasa muda, seseorang telah menunjukkan kematangan dalam segi pemikiran seperti halnya seseorang akan mampu memecahkan masalah dengan cukup baik. Selain itu, pada umur ini seseorang menunjukkan kematangan secara emosional maupun tindakan (Laksono, 2012). b. Jenis Kelamin Hasil uji statistik pada jenis kelamin responden menunjukkan ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Adaya perbedaan antara jumlah laki-laki dan perempuan terlihat berbeda secara signifikan. Laki-laki kelompok eksperimen berjumlah 3 orang dan laki-laki kelompok kontrol berjumlah 10 orang. Sedangkan, jenis kelamin perempuan lebih besar dari pada jenis kelamin laki-laki pada kelompok kontrol maupun eksperimen yang dapat dilihat pada tabel 11. Pada kelompok kontrol, perempuan berjumlah 15 orang (60%) dan pada kelompok eksperimen berjumlah 22 orang (88%). Data tingginya jumlah responden perempuan tersebut ternyata sesuai dengan data tingginya jumlah perempuan di Provinsi DIY (KEMENKES RI, 2015). Jumlah perempuan yang lebih banyak disebabkan oleh angka harapan hidup perempuan relatif lebih tinggi daripada laki-laki dan pekerjaan perempuan
78 cenderung lebih ringan, tidak berisiko tinggi, serta tingkat stress yang rendah (BPS DIY, 2014). c. Pendidikan Berdasarkan tabel 11, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan pendidikan yang signifikan antara kelompok kontrol maupun eksperimen. Pada kelompok kontrol maupun eksperimen, pendidikan responden didominasi oleh responden berpendidikan SMA dengan jumlah 11 orang (44%). Pendidikan tertinggi SMA ini sesuai dengan data pendidikan terakhir terbanyak penduduk Provinsi DIY yang didominasi lulusan SMA. Semakin tingginya status pendidikan seseorang dapat mempengaruhi cara berpikir hingga kesempatan untuk mendapat pekerjaan. Data Badan Pusat Statistik DIY tahun 2014 mengungkapkan bahwa jumlah pekerja terbanyak yaitu pada warga yang lulusan terakhir SMA. Masyarakat yang hanya menyelesaikan jenjang pendidikan SMA ini cenderung berasal dari latar belakang sosial-ekonomi yang kurang beruntung (World Bank, 2011). d. Pekerjaan Uji statistik karakteristik pekerjaan pada tabel 11 menunjukkan tidak ada beda yang signifikan. Pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen didominasi oleh responden yang bekerja. Dominasi responden yang bekerja ini dideskripsikan pada data BPS DIY yang menunjukkan banyaknya warga DIY termasuk Bantul yang bekerja (BPS DIY, 2014).
79 e. Pendapatan Pada tabel 11, hasil uji statistik pendapatan responden menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada pendapatan responden kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Data tingkat pendapatan responden didominasi oleh responden dengan pendapatan kurang dari standar upah minimum regional (UMR) Bantul atau kurang dari Rp1.163.800,00. Pada kelompok kontrol terdapat 19 orang (76%) dan 17 orang (68%) pada kelompok eksperimen. Data BPS tahun 2014 juga menyatakan bahwa pendapatan masyarakat yang kurang dari UMR masih tinggi. Hal ini terlihat dari masih tingginya garis kemiskinan (BPS DIY, 2014). Kondisi kurangnya pendapatan responden dari kriteria UMR Bantul, menandakan masih kurangnya kemampuan daya beli masyarakat (DEPKES RI, 2009). Akibatnya, pemenuhan kehidupan sehari-hari seperti pendidikan, nutrisi, maupun hal lainnya tidak optimal. Para pekerja yang mendapatkan penghasilan dibawah standar minimum upah provinsi yaitu didominasi oleh mereka yang lulusan SMA (Internasional Labour Organization [ILO], 2015). f. Pernah Diberikan Edukasi Sebelumnya Berdasarkan tabel 11, hasil uji statistik pengalaman responden yang pernah diberikan edukasi sebelumnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Data jumlah responden yang belum pernah diberikan edukasi
80 DM sebelumnya yaitu respoden kelompok kontrol berjumlah 22 orang (88%) dan pada kelompok eksperimen yaitu 23 orang (93%). Peran Puskesmas sangat menentukan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Akan tetapi, pada wilayah Pedukuhan Kasihan belum pernah diberikan edukasi terstruktur tentang DM sebelumnya. Tingginya jumlah responden yang belum pernah diberikan pendidikan, berhubungan juga dengan kurangnya kesadaran dan tingkat pendidikan seseorang (Soewandono dkk., 2013). Kesadaran masyarakat Indonesia tentang kesehatan masih minim dilihat dari masih rendahnya tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang suatu penyakit (KEMENKES RI, 2011). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mendorong keingintahuannya dalam mengetahui suatu penyakit sehingga dapat mengambil tindakan secepatnya (Juwaningtyas, 2014). 2. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sebelum & Setelah Intervensi a. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi pada Masing-Masing Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan secara signifikan setelah diberikan promosi kesehatan berupa leaflet. Peningkatan pengetahuan secara signifikan ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu media edukasi leaflet itu sendiri dan informasi yang ada di dalamnya. Menurut Saraswati (2011) media leaflet adalah bentuk
81 penyampaian informasi atau pesan pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. Meski edukasi dasar-dasar penyakit DM dan pencegahannya merupakan informasi baru bagi responden, namun leaflet dapat beberapa kali dibaca secara ulang. Oleh karena itu, media leaflet tersebut efektif karena memberikan informasi yang masih dapat diingat secara baik. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Kawuriansari, Fajarsari, dan Mulidah (2010) tentang Studi Efektivitas Leaflet terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorea di SMP Kristen 01 Purwokerto yang menunjukkan pengetahuan lebih baik setelah menerima leaflet. Hasil penelitian ini juga memperkuat penelitian Muslikha dan Purwanti (2011) tentang Peran Leaflet ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dan Motivasi Untuk Menyususi secara Eksklusif di BPS NY. Djuwedah Kebasen Kabupaten Banyumas yang menunjukkan bahwa leaflet memiliki peran dalam peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan motivasi ibu untuk menyusui secara eksklusif. Pada kelompok eksperimen, edukasi diberikan dengan media audio visual yaitu video dan didapatkan hasil peningkatan signifikan setelah diberikan promosi kesehatan. Adanya peningkatan pengetahuan secara signifikan setelah diberikan video, dipengaruhi oleh beberapa
82 faktor seperti media video itu sendiri dan informasi yang terkandung di dalamnya. Media video adalah perpaduan antara audio dan visual yang menyediakan atau menampilkan suatu tindakan, warna dan bunyi yang serasi dan visual-aids (Agustin, 2014). Video menambah pengetahuan, menarik baik tampilan maupun suara, mudah dipahami, dan tidak membosankan (Agustin, 2014). Selain itu, video dapat menyajikan informasi berupa animasi dan memaparkan proses terjadinya DM dengan lebih mudah. Informasi yang dipaparkan mudah dimengerti dan dapat diringkas dalam waktu yang singkat namun tetap sarat informasi. Pada akhirnya informasi ini memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut dan ditandai dengan hasil penelitian yang mengalami peningkatan pengetahuan pada masing-masing kelompok setelah diberikan intervensi. Meningkatnya pengetahuan setelah diberikan edukasi video didukung oleh beberapa penelitian yaitu penelitian Abdullah (2007), Pandiangan (2005), Nugraheni (2012), Sandhi (2011), dan Sulistyowati (2011). Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan secara bermakna setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media audio visual.
83 b. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen Setelah Intervensi Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan leaflet maupun video tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tidak adanya perbedaan secara signifikan pada pengetahuan antar kelompok tersebut antara lain edukasi dan media. Edukasi dasar-dasar penyakit DM dan pencegahannya diberikan meski dengan media yang berbeda. Baik leaflet maupun video sama-sama mengandung informasi edukatif sehingga responden memperoleh pengetahuan (Tjahyono, 2013). Responden yang diberikan leaflet ataupun video menunjukkan peningkatan pengetahuan akan tetapi tidak menunjukkan beda yang signifikan antar kelompok. Dari hasil tersebut, pemberian edukasi menggunakan media leaflet ataupun video memberikan informasi dan edukasi yang pernah diberikan edukasi DM sebelumnya. Tidak ada bedanya peningkatan pengetahuan antara kelompok kontrol dan eksperimen secara signifikan dikarenakan edukasi yang hanya diberikan sekali saja namun dengan isi materi yang cukup banyak. Oleh karena itu, jika merupakan informasi baru dan materi yang cukup banyak, maka perlu pemaparan ulang leaflet ataupun video secara terus menerus sehingga ilmu tersebut akan melekat pada ingatan diri responden.
84 Pengetahuan responden pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Penelitian ini didukung oleh penelitian Fast (2012) meneliti tentang pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang diet kalsium dan osteoporosis, yaitu didapatkan hasil tidak ada perbedaan secara signifikan terhadap pengetahuan remaja laki-laki setelah diberikan intervensi. Pada penelitian tersebut dijelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang menjelaskan mengapa hasil penelitian pengetahuan tidak meningkat pada laki-laki antara lain responden laki-laki tidak pernah terpapar informasi sebelumnya dan faktor personal responden laki-laki seperti kebiasaan kesehataan, kesiapan kognitif, dan pengalaman sebelumnya. Pada penelitian ini, intervensi pemberian leaflet maupun video tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Adanya hasil tidak signifikan tersebut dapat diduga dapat dipengaruhi oleh variabel pengganggu yang dalam penelitian ini tidak diteliti. Karakteristik responden menjadi salah satu pertimbangan yang dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Berdasarkan uji regresi linier dengan metode backward untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden terhadap pengetahuan, didapatkan hasil analisis bivariat yaitu p<0,25 yaitu pendidikan,
85 pekerjaan, dan pendapatan. Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi pengetahuan adalah pendidikan dengan korelasi sebesar 0,408. Persamaan didapatkan adalah pengetahuan = 9,196 + 0,781 (pendidikan). Persamaan tersebut dikatakan layak karena hasil analisis uji anova menunjukkan p<0,05 dan nilai adjusted R square yang mempunyai arti bahwa persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan pengetahuan sebesar 14,9%. Hasil yang masih jauh dari nilai 100% diduga karena dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. 3. Perbedaan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi Hasil penelitian menunjukkan sikap responden baik pada masingmasing kelompok dan antara kelompok tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan setelah diberikan promosi kesehatan leaflet maupun video. Adanya hasil tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti informasi dan pengalaman edukasi sebelumnya. Pada penelitian ini responden belum pernah terpapar edukasi DM sebelumnya dan informasi pada edukasi ini merupakan hal baru bagi responden. Suatu sikap akan terbentuk ketika seseorang telah terpapar informasi berulang sehingga tercipta pemahaman dan kemudian akan terbentuk sikap (Fibriana, 2011). Hal ini dikarenakan sikap adalah suatu bentuk reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan sebuah bentuk evaluasi terhadap suatu aspek di
86 sekitarnya maka pengalaman sebelumnya adalah faktor penentu perubahan sikap seseorang (Notoatmojo, 2007 dan Saifudin, 2005). Pengalaman harus meninggalkan kesan yang kuat untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional karena akan lebih mendapatkan penghayatan (Fibriana, 2011). Pengalaman responden pada penelitian ini yaitu belum pernah diberikan edukasi terstruktur tentang dasar-dasar penyakit DM dan pencegahannya sebelumnya sehingga menyebabkan kurangnya kesan yang kuat sebagai dasar pembentukan sikap. Ketika seseorang pernah mendapatkan edukasi sebelumnya, maka akan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaannya (Hasibuan, 2014). Tidak adanya perbedaan secara signifikan pada sikap responden penelitian setelah diberikan intevensi didukung oleh penelitian Kanicka dkk (2013) tentang pengaruh edukasi program anti-tobacco terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku menghargai nikotinisme antara laki-laki dan perempuan. Pada penelitian tersebut, sikap tidak mengalami peningkatan pada responden laki-laki. Sikap yang tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan tersebut, dikarenakan adanya ketidakadekuatan proses pemberian edukasi dengan pertimbangan gender seperti metode, teknik, instrumen. Hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya perbedaan sikap secara signifikan setelah diberikan promosi kesehatan leaflet maupun video, diduga dapat dipengaruhi oleh variabel pengganggu yang tidak diteliti.
87 Karakteristik responden dapat menjadi salah satu pertimbangan yang dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Berdasarkan uji regresi linier dengan metode backward untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden terhadap sikap, didapatkan hasil analisis bivariat yaitu p<0,25 yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi sikap adalah pekerjaan dengan korelasi sebesar 0,355. Persamaan didapatkan adalah sikap = 20,179 + 4,678 (pekerjaan). Persamaan tersebut dikatakan layak karena hasil analisis uji anova menunjukkan p<0,05 dan nilai adjusted R square yang mempunyai arti bahwa persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan sikap sebesar 10,8%. Hasil yang masih jauh dari nilai 100% diduga karena dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. B. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan penelitian a. Penelitian ini tidak hanya berisi data deskriptif, tetapi juga berisi analisa pengaruh pemberian intervensi antara dua variabel b. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah valid dan reliabel untuk digunakan. 2. Kelemahan penelitian a. Variabel penganggu tidak dapat sepenuhnya dikontrol sehingga hasil data masih dipengaruhi oleh variabel lainnya
88 b. Hasil dari kuesioner bergantung kepada kejujuran responden karena penelitian ini dilakukan dengan mengisi kuesioer