TEKNOLOGI TEPAT GUNA WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUT DI JARING APUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUT DI JARING APUNG

BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer, Bloch) DI KERAMBA JARING APUNG

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Taksonomi Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

1 Pendahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) ISSN X

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

MAKALAH BUDIDAYA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Komoditas Ikan Kerapu 2.2 Kerapu Macan dan Kerapu Bebek

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KARAMBA JARING APUNG

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

NO. 26/MPP.Booklet/2013. Penanganan Hama dan Penyakit padaa Ikan Kakap Putih PENYUSUN: FAHRUR RAZI, SST

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

PENGARUH JENIS DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KERAPU MACAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

MODUL: PENEBARAN NENER

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kerapu Macan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

BUDIDAYA LOBSTER (Panulirus sp.) DI VIETNAM DAN APLIKASINYA DI INDONESIA

PENGKAYAAN STOK TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Transkripsi:

TEKNOLOGI TEPAT GUNA WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi Alat Pengolahan Budidaya Pertanian Budidaya Perikanan Budidaya Peternakan Pengelolaan dan Sanitasi Pengolahan Pangan TTG BUDIDAYA PERIKANAN PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUT DI JARING APUNG 1. PENDAHULUAN Budidaya ikan laut di jaring apung (floating cages) di Indonesia tergolong masih baru. Perkembangan budidaya secara nyata baru terlihat pada sekitar tahun 1989 yang ditandai dengan keberhasilan UPT Perikanan melaksanakan pemijahan / pembenihan sekaligus pembesaran ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di daerah Lampung untuk tujuan komersial. Upaya pengembangan budidaa ikan laut, terutama dalam rangka menunjang pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan perikanan Pelita VI nampak cukup cerah karena disamping didukung oleh potensi sumberdaya yang cukup besar tersebar di beberapa Propinsi seperti; Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku, juga didukung oleh semakin berkembangnya pemasaran ikan laut ke luar negeri (ekspor) maupun lokal. Berkaitan dengan upaya pengembangan budidaya laut melalui pembuatan buku Petunjuk Teknis Budidaya ikan laut merupakan sebagai salah satu jalan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani nelayan. 2. PERSYARATAN LOKASI Ketepatan pemilihan lokasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan laut. Karena laut yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya merupakan wilayah yang penggunaannya melibatkan sektor lain (Common property) seperti; perhubungan, pariwisata, dan lain-lain, maka perhatian terhadap persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya melainkan juga faktor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Departemen Pertanian telah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No. 473/Kpts./Um/7/1982). Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis sekaligus terhindar dari kemingkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan akibat pemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain, maka lokasi yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria, sebagai berikut: Tabel 1. Syarat-Syarat Lokasi Budidaya NO. 1 2 FAKTOR PERSYARATAN MENURUT KOMODITAS Kerapu Kakap Putih Kakap Merah Pengaruh angin dan Kecil Kecil Kecil gelombang yang kuat Kedalaman air dari dasar kurung 5-7 m pada surut terendah 5-7 m pada surut terendah 7-10 m pada surut terendah

3 Pergerakan air/arus 20-40 Cm/detik ±20-40 Cm/det ±20-40Cm/detik 4 Kadar garam 27-32 0/00 27-32 0/00 32-33 0/00 5 Suhu Air Pengaruh 28 C-30 C 28 C-30 C 28 C-30 C 6 Polusi bebas bebas bebas 7 Pelayaran tdk menghambat alur pelayaran tdk menghambat alur pelayaran tdk menghambat alur pelayaran 3. JENIS IKAN Jenis-jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan dipilih berdasarkan potensi sumber daya yang ada jenis ikan yang sudah umum dibudidayakan serta teknologinya yang sudah dikuasai/dihasilkan sendiri di Indonesia, guna untuk menghindari resiko kegagalan yang besar. Jenis-jenis ikan yang dimaksud adalah Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina), Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch), Kakap Merah (Lutjanus malabaricus, Bloch & Schaider). Berikut di bawah ini disajikan biologi beberapa jenis ikan yang dapat dibudidayakan secara praktis. Tabel 2: Biologi Jenis-Jenis Ikan yang Dibudidayakan No Uraian Kerapu Kakap Putih Kakap Merah Nama Lokal Nama Asing Silsilah: Philum Sub Philum Klas Sub Klas Ordo Famili Genus Species Ciri-ciri Morphologi Kerapu Lumpur Greasy grouper Chrodata Vertebrata Pisces Teleostei Percomorphi Sarranidae Epinephelus E. tauvina Kakap Putih Seabass Chrodata Vertebrata Pisces Teleostei Percomorphi Centropornidae Lates L. carcarifer Bloch Ikan Merah Red-Snapper Chrodata Vertebrata Pisces Teleostei Percomorphi Lutjanidae Lutjanus L. malabaricus Bloch & Scheider Badan memanjang Badan memanjang Badan memanjang gepeng. Termasuk gepeng, batang melebar, gepeng jenis Kerapu sirip ekor lebar kepala cembung besar. Burayak umur 3-5 Bag. Bawah Prapenutup insang bulan warnanya penutup insang bulat, bergerigi gelap. Glondongan ergerigi dan agak basar warnanya terang Gigi-gigi pada pada ujung bawah dg punggung rahang tersusun Gigi-gigi pada rahang berderet dalam 2 baris. Jari-jari Sirip coklat kebiruan dan berubah keabu-abuan. Sirip abu-abu dalam ban-ban, ada gigi taring pd bag. Terluar rahang atas Sirip keras, sirip dubur gelap Mata merah punggung berjarijari 3 dan 8 lemah keras 11 dan cemerlang, mulut Sirip Punggung berjari keras 11 lebar dengan gerigi halus lemah 14 Sirip dubur berjari-jari dan 15-16 lemah Bag. Atas penutup keras 3, lemah 8-9 Terdapat 3 duri insang terdapat lubang kuping bergerigig Sirip Termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan

Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina) pada penutup insang yang ditengah terbesar Termasuk ikan buas dan predator Hidup perairan pantai, lepas pantai, menyendiri Soliter Dapat mencapai panjang 15 Cm umumnya 50-7 Cm Warna dasar sawo matang, agak keputihan bagian bawahnya. Terdapat 4-6 ban warna gelap melintang badan. Totol-totol warna merah sawo di seluruh badan. punggung berjari invetebrata dasar. keras sebanyak 7- Hidup menyendiri 9 dan jari lemah di daerah pantai 10-11 Sirip dubur sampai kedalaman Gambar berjari 2. lemah Ikan 7-8 Kakap 60 Putih m. Dapat (Lates calcarifer Bloch) Sirip dubur mencapai panjang berbentuk bulat 45-6 Cm. Warna bag. Atas kemerahan/merah kuningan Bag. Bawah merah keputihan. Ban-ban kuning kecil diselingi warna merah pd Gambar 3. Ikan Tambangan (Lutjanus johni) bag. Punggung diatas garis rusuk. Gambar 4. Disain Konstruksi Kurungan Apung Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung pada Kerangka/Rakit Gambar 6. Penempatan dan Pemasangan Kurungan 4. PERSIAPAN SARANA BUDIDAYA 1. Kerangka/rakit Kerangka berfungsi sebagai tempat

peletakan kurungan, dapat terbuat dari bahab bambu, kayu, besi bercat anti karat atau paralon. Bahan yang dianjurkan adalah bahan yang relatif murah dan mudah didapati di lokasi budidaya. Bentuk dan ukuran rakit bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan. Setiap unit kerangka biasanya terdiri atas 4 (empat) buah kurungan. Lihat Gambar 4. 2. Pelampung Pelampung berfungsi untuk melampungkan seluruh saran budidaya termasuk rumah jaga dan benda atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan. Bahan pelampung dapat berupa drum plastik/besi atau styrofoam (pelampung strofoam). Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban. Sebagai contoh untuk menahan satu unit kerangka yang terdiri dari empat buah kurungan yang masing-masing berukuran (3x3x3) m³ diperlukan pelampung drum plastik/drum besi volume 200 liter sebanyak 9 buah, atau 11 buah dengan perhitungan 2 buah, untuk menahan beban lain (10/4x9) buah ditambah 2 buah untuk menahan beban tambahan. Pelampung diikat dengan tali polyethyline (PE) yang bergaris tengah 0,8-1,0 Cm. Penempatan pelampung pada kerangka dapat dilihat pada gambar 5. 3. Kurungan Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan, disarankan terbuat dari bahan polyethline (PE) karena bahan ini disamping tahan terhadap pengaruh lingkungan juga harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bentuk kurungan bujur sangkar dengan ukuran (3x3x3)m³. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan. Untuk ukuran ikan dengan panjang kurang dari 10Cm lebar mata yang digunakan adalah 8 mm (5/16 inchi). Jika panjang ikan berkisar antara 10-15 cm lebar mata jaring digunakan adalah 25 mm (1 inch), sedangkan untuk ikan dengan ukuran panjang 15-40 Cm atau lebih digunakan lebar mata jaring ukuran 25-50 mm (1-2 inch). Pemasangan kurungan pada kerangka dilakukan dengan cara mengikat ujung tali ris atas pada sudut rakit. Agar kurungan membentuk kubus/kotak digunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah. Selanjutnya pemberat diikatkan ke kerangka untuk mempermudah pekerjaan pengangkatan/penggantian kurungan (lihat gambar 4) untuk mencegah kemungkinan lolosnya ikan atau mencegah serangan hewan pemangsa, pada bagian atas kurungan sebaiknya diberi tutup dari bahan jaring. Lihat gambar 6. 4. Jangkar Agar seluruh saran budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus angin maupun gelombang, digunakan jangkar. Jangkar dapat terbuat dari beton atau besi. Setiap unit kurungan jaring apung menggunakan 4 buah jangkar dengan berat antara 25-50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi. lihat gambar 7. 5. RANCANGAN TATA LETAK KERANGKA JARING APUNG Pengaturan penempatan kerangka jaring apung harus mengacu kepada peraturan yang telah dikeluarkan, dalam hal ini Kepres No. 23 Tahun 1982 tentang Pengembangan Budidaya laut di Perairan Indonesia serta Petunjuk Pelaksanaannya yang telah dikeluarkan Departemen Pertanian melalui SK. Mentan No. 473/Kpts/7/UM/7/1982. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan tersebut, pihak yang berwenang melaksanakan pengatuaran penempatan kurungan jaring apung adalah Pemerintah Daerah setempat, dalam hal ini yang bertindak senagai Instansi Teknis adalah Dinas Perikanan setempat. Penempatan kerangka jaring apung diperairan disarankan tidak lebih dari 10 (sepuluh) buah dalam satu rangkaian. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya penumpukan/pengendapan sisa makanan atau kotoran ikan serta limbah lainnya akibat terhambatnya arus, juga untuk memudahkan pengelolaan sarana dan ikan peliharaan. Disamping itu, sedapat mungkin penempatan kerangka mengacu kepada Rancangan Tata Ruang Satuan Pemukiman (RTSP) untuk memperoleh rancangan menyeluruh yang efisien, memiliki aksessibilitas yang tinggi serta aman bagi pelaksanaan kegiatan budidaya. lihat gambar 8.

6. PENGELOLAAN KELOMPOK USAHA BERSAMA 1. Pengaturan Pola Tanam Usaha budidaya laut dengan skala besar selalu dihadapkan dengan kendala baik pada saat memuai kegiatan dan pengelolaan maupun pemanenan dan pemasaran hasil. Bentuk kendala dan permasalahan yang ditemui antara lain berupa sulitnya memenuhi kebutuhan dan penampungan benih, saprodi dan tenaga kerja serta pelemparan hasil ke pasar. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan budidaya skala besar perlu diterapkan pola tanam tertentu. Alternatif pola tanam yang akan diterapkan oleh setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit kurungan jaring apung yang terdiri dari 4 buah kurungan pada setiap minggu. 2. Pemasaran Hasil Pemasaran hasil dari usaha budidaya yang dilakukan petani/nelayan merupakan tanggung jawab Perusahaan Inti. Pelaksanaan budidaya (petani/nelayan) bersama Perusahaan Inti menentukan kesepakatan harga jual hasil panen baik untuk lokal maupun untuk ekspor. 7. PENGELOLAAN SARANA DAN IKAN PELIHARAAN 1. Pengelolaan Sarana Sarana budidaya berupa kerangka/rakit, kurungan apung, pelampung dan lain-lain harus mendapat perawatan secara berkala. Kendala yang biasa terjadi pada budidaya jaring apung ini adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel ini seperti teritip, algae, kerang-kerangan dan lain-lain dapat terjadi pada semua sarana budidaya yang terendam dalam air. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini, dilakukan pembersihan jaring secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme yang menempel. Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan algae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi. 2. Pengelolaan Ikan Kegiatan pengelolaan ikan yang dipelihara dikurungan adalah mengontrol dan mengawasi ikan peliharaan secara berkala, guna untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan itu terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan, perlu diperhatikan dan diusahakan jangan sampai terjadi stress (keteganan) dan kerusakan fisik pada ikan. 8. OPERASIONAL BUDIDAYA 1. Benih Pemenuhan kebutuhan benih apabila belum dapat dipenuhi dari hasil pembenihan yang ada, bisa dilakukan dengan cara menangkap dari perairan di sekitar lokasi budidaya dan untuk itu dapat digunakan alat tangkap seperti bubu, pukat pantai, sudu atau jala. Benih alam umumnya memiliki ukuran yang tidak seragam oleh karena itu kegiatan penggolongan ukuran (grading) perlu dilakukan. Selain itu proses aklimatisasi/penyesuaian iklim sebelum ikan dibudidayakan perlu dilakukan untuk menghindarkan kematian akibat pengaruh lingkungan/habitat yang baru. Lihat Gambar 9 2. Pendederan Yang dimaksud dengan pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih sampai uuran tertentu hingga siap untuk dipelihara dikurungan pembesaran. Lamanya pendederan tergantung dari ukuran awal, tingkat kepadatan dari benih yang dipelihara. Sebagai

contoh, untuk benih ikan Kakap putih yang berukuran kurang dari 10 Cm dengan padat penebaran 100-150 Cm diperlukan waktu satu bulan pada kurungan pendederan yang memiliki lebar mata 8 mm (5/16 inch). Selanjutnya dipindahkan ke kurungan pendederan yang memiliki lebar mata 25 mm (1 Inch) dengan kepadatan 40-60 ek/m 2 selama 2-3 bulan. 3. Pembesaran Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-75 gram/ekor dengan panjang 15 cm atau lebih dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalam kurungan pembesaran yang memiliki lebar mata jaring 25-50 mm (1-2 inchi) dengan kepadatan 15-25 ek/m3 dan waktu pemeliharaan dikurungan pembesaran berkisar antara 6-8 bulan. 4. Pakan Pakan adalah salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan moralitas ikan yang dipelihara. Oleh kjarena itu masalah kuantitas dan kualitas dari pakan yang diberikan layak dipenuhi. Ikan rucah (Trash fish) adalah jenis pakan yang biasa diberikan untuk jenis-jenis ikan laut buas (carnivora) Dalam hal ini ikan Kerapu dan ikan Kakap yang dipelihara dikurungan apung. Jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran ikan yang dibudidayakan. Pada tahap pendederan diberikan pakan sebanyak 8-10% dari total berat badan/hari, sedangkan pada saat pembesaran diberikan pakan sebanyak 3-5% dari total berat badan/hari.rasio konversi pakan (Food Convertion Ratio) yang akan diperoleh adalah 5:1 yang berarti untuk mendapatkan penambahan berat 1 kg daging ikan diperlukan pakan sebanyak 5 kg. Frekuensi pemberian pakan tergantung pada ukuran ikan. Untuk larva dan glondongan (juvenil), frekuensi pakan yang diberikan adalah 3-4 kali/hari. Waktu pemberian pakan adalah pada siang hari. 9. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Sejalan dengan perkembangan usaha budidaya ikan di laut, muncul pula beberapa masalah yang dapat menggangu bahkan menghambat perkembangan usaha tersebut misalnya hama dan penyakit ikan. 1. Hama Hama yang menyerang pada usaha budidaya ikan laut lebih banyak disebabkan oleh hewan pemangsa atau pengganggu lainnya. Hama dapat menyerang apabila kerusakan pada sistem jaring-jaring yang dipergunakan sebagai kurungan pemeliharaan ilan. Kerusakan tersebut mengakibatkan masuknya hewan penggangu atau pemangsa lainnya seperi burung dan lingsang. Walaupun akibat yang ditimbulkan sangat terbatas atau relatif kecil, namun hal tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja. Termasuk kerugian akibat adanya pencurian yang dilakukan oleh manusia. 2. Penyakit Secara umum penyakit dapat diartikan sebagai gangguan dalam fungsi atau struktur suatu organ atau bagian tubuh. Penyakit timbul dikarenakan satu atau berbagai sebab baik berasal dari lingkungan maupun dari tubuh ikan itu sendiri. o Hal-hal yang menyebabkan ikan terserang penyakit adalah: Cara perawatan yang kurang baik Makanan tidak cukup (giji dan jumlah) Kekurangan zat asam Perubahan suhu dan sifat-sifat air yang mendadak. o Gejala ikan yang terserang penyakit antara lain: kelainan tingkah laku, kurang nafsu makan, kelainan bentuk ikan, kelainan pada permukaan tubuh ikan, Penyakit insang, anus tidak normal, mata tidak normal dll. Penyakit dapat dibagi menjadi 2 golongan bila dilihat dari penyebabnya. 11 Penyakit non Parasiter: adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor kimia dan fisika air yang tida cocok bagi ikan seperti: perubahan salinitas air secara mendadak, polusi dan lain sebagainnya.

Selain dari itu bisa juga disebabkan oleh kekurangan makanan dan gizi yang buruk, serta stress akibat penanganan yang kurang baik. 11 Penyakit Parasiter: Penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya laut adalah: Golongan virus Golongan bakteri Golongan crustacea Golongan cacing Golongan Protozoa Golongan jamur 11 Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas 2 langkah yaitu: o 11 Berdasarkan teknis budidaya: Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain: menghentikan pemberian pakan terhadap ikan mengganti pakan dengan jenis yang lain memisah-misahkan ikan tersebut dalam beberapa komponen, sehingga densitasnya menjadi rendah. 11 Berdasarkan terapi kimia: Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah: memeriksa sensifitas dari masing-masing obat yang diberikan pada ikan. memperhatikan batas dari dosis masing-masing obat. Tidak memberikan obat sembarangan kepada ikan yang sakit. Cara pemberian obat: 11 Ditenggelamkan dalam tempat budidaya. 11 Disebarkan pada permukaan air 11 Dicampurkan dalam pakan 11 Dengan cara disuntikan 10. PANEN Panen dilakukan dan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dikehendaki atau permintaan pasar. Untuk mencapai ukuran 600-800 gram per ekor dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 6-8 bulan dengan survival rate 80-90%. Panen dilakukan secara total di dalam satu kurungan, bisa juga dilakukan secara persial tergantung dari ukuran panen yang dikehendaki. 11. DAFTAR PUSTAKA 1. Aji Nugroho. Murdjani M, dan Notowinarto, 1989 Budidaya Ikan Kerapu di Kurungan Apung, INFIS manual seri 104. Ditjen Perikanan dan IDRC, Jakarta. 2. Anonim, 1989. Paket Teknologi Budidaya Laut, Seri Budidaya Kakap Putih, Ditjen Perikanan, Dit Bina Produksi, Jakarta. 3. Anonim, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Dalam Jaring Terapung, Ditjen Perikanan, Jakarta. 4. Anonim, 1990/1991, Usaha Penanggulangan Serangan Penyakit Pada Usaha Budidaya Laut no. 5, BBL Lampung, Ditjen Perikanan. 5. Djamali, A Hutomo, M. Burhanuddin dan S. Martosewojo, 1986, Sumberdaya Ikan Kakap (Lates calcarifer) dan Bambangan (Lutjanus spp) di Indonesia, Seri Sumber Daya Alam No. 130. Lon LIPI. Jakarta. 12. SUMBER

Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Laut di Jaring Apung, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1994 13. KONTAK HUBUNGAN Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc=3d3 ANALISIS PRODUKSI Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas. Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan di Kabupaten Kupang ini disarankan jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam. 2.4.1. Penyebaran dan Habitat Daerah penyebaran kerapu tikus di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar. Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Parameter-parameter ekonlogis yang cocok untuk pertumbuhan ikan

kerapu yaitu temperatur antara 24 310C, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan ph antara 7,8 8. Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang. 2.4.2. Proses Budidaya Budidaya ikan kerapu tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Untuk keperluan studi ini, dipilih budidaya dengan menggunakan KJA. Budidaya ikan kerapu dalam KJA akan berhasil dengan baik (tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi) apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan kepadatan tebaran sesuai. Pemilihan Benih Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh. Penebaran Benih Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah : (a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh), (b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan (c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas. Pendederan Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5x3x3 m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3x3x3 m dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram). Pakan dan Pemberiannya Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan

lemuru. Benih kerapu yang baru ditebardapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah. Hama dan Penyakit Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah : (a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm, (b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis, (c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis, (d) penyakit akibat serangan bakteri, (e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus). Panen dan Penanganan Pasca Panen Beberapa hal yang perlu diperhatikan udanntuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik panen, serta penanganan pasca panen. Watu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi. Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual. Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan yaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar 50kg/wadah.