BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 perlu menambah struktur organisasi baru Pengawas Tempat Pemungutan Suara; b. bahwa dengan bertambahnya struktur organisasi pengawas tempat pemunguta

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2010 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Kepala Daerah disebagian daerah telah selesai dilaksanakan, ada banyak kerumitan dalam penyelenggaraan Pemilihan tersebut yang mana sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan Pemilu dan sisi lain masih menggunakan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan adanya Pemilu tersebut hendaknya dapat dijadikan sebagai penyaluran aspirasi rakyat yang ingin memilih Kepala Daerah sesuai dengan yang ingin disuarakanya selama ini. Dalam kurun waktu 5 Tahun terakhir pemerintah di Negara Indonesia telah mengeluarkan 3 Undang-Undang yang berkaitan dengan Pemilihan Kepala Daerah dan tugas KPU, antara lain UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Banyaknya Undang-Undang tersebut dikeluarkan karena situasi politik di Negara Indonesia selalu berbeda di setiap tahunnya, contohnya ketika dikeluarkan UU No. 12 Tahun 2003 namun ternyata setelah dikaji KPUD dalam UU tersebut berjenjang hirarki dengan KPU sehingga pemerintah mengeluarkan UU No. 32 Tahun 2004, tetapi ketentuan didalam pasal 57 ayat 1 UU tersebut dicabut oleh Mahkamah Konstitusi sehingga pemerintah mengeluarkan UU No. 22 Tahun 2007 untuk menyempurnakan Undang-Undang yang telah ada.

2 Namun demikian masih tetap berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, sehingga rakyat dapat bebas memilih kepala daerah sesuai dengan visi dan misinya. Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung, umum, bebas dan rahasia setiap 5 tahun sekali. Melalui Pemilu tersebut akan hadir suatu pemerintahan yang demokratis dan transparan yang sesuai dengan yang telah dicita-citakan rakyat selama ini. Dalam Negara Republik Indonesia yang majemuk yang berwawasan kebangsaan, partai politik adalah saluran utama untuk memperjuangkan kehendak masyarakat, bangsa dan negara sekaligus sebagai sarana kaderisasi dan rekruitmen kepemimpinan nasional dan penyelenggara negara. Oleh karena itu, peserta Pemilu memilih Kepala Daerah yang biasanya adalah orang-orang yang didukung oleh partai politik, namun demikian tidak menutup kemungkinan seseorang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah secara independen. Sesuai dengan amanat reformasi, penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebih menjamin derajad kompetisi yang sehat, partisipatif, mempunyai derajad keterwakilan yang lebih tinggi dan memiliki mekanisme pertanggung jawaban yang jelas. Karena itu diperlukan Undang-Undang yang yang baru untuk mengganti UU No. 3 Tahun 1999 tentang pemilu sebagaimana telah diubah dengan UU No. 4 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu dan telah diubah kembali

3 dengan UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu dan telah disempurnakan kembali dengan dikeluarkanya UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu. Dalam pasal 8 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2007 disebutkan bahwa Pilkada dalam hal ini masuk didalam bagian Pemilu, namun ini berlainan dengan ketentuan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mana dalam UU tersebut Pilkada bukan termasuk bagian dari sebuah Pemilu, namun demikian kedua peraturan tersebut masih digunakan dalam suatu pemilihan Kepala Daerah dan dengan adanya UU No. 22 / 2007 saat ini maka Pilkada telah menjadi suatu ketetapan dari bagian sebuah Pemilu. Dalam rapat paripurna DPRD setiap fraksi atau beberapa fraksi memberikan penjelasan mengenai bakal calonnya yang kemudian oleh pimpinan DPRD bakal calon akan diundang untuk menjelaskan visi, misi serta rencanarencana kebijakan apabila bakal calon dimaksud terpilh sebagai Kepala Daerah. Anggota DPRD melakukan tanya jawab dan melakukan penilaian atas kemampuan dan kepribadian para bakal calon, dan melalui musyawarah / pemungutan suara sekurang-kurangnya dua pasang calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah yang akan dipilih satu pasang oleh DPRD. Nama-nama calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang telah ditetapkan oleh pimpinan DPRD dikonsultasikan dengan Presiden, dan nama-nama calon Bupati dan Wakil Bupati serta calon Walikota dan Wakil Walikota akan dipilih oleh DPRD dan selanjutnya ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD. Sehingga dalam peraturan perudang-undangan UU No. 5 Tahun 1974 rakyat memilih Kepala Daerah hanya melalui wakil-wakilnya diparlemen.

4 Namun hal ini berbeda dengan pemilihan Kepala Daerah ditahun 1999 ke atas, dimana rakyat dapat / bisa memilih calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung. Sehingga bisa dihipotesiskan bahwa status Gubernur dimasa lalu yang mana ia dipilih oleh parlemen bergeser status hukumnya dengan adanya UU yang baru yang diperkuat oleh UU No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu. Sehingga ini dapat ketahui bahwa Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah dirasa kurang pas karena pada Undang-Undang tersebut rakyat tidak dapat memilih secara langsung calon Kepala Daerahnya melainkan rakyat hanya dapat menerima ketetapan kepala daerahnya melalui dewan perwakilan yang ada diparlemen. Ini dapat kita simpulkan bahwa ketetapan megenai pemilihan Kepala Daerah melalui UU No. 5 Tahun 1974 dirasa kurang memperhatikan apa yang ingin diaspirasikan rakyat, yang mana dalam hal ini mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan jika dilihat melalui sudut pandang sebagai warga negara hendaknya rakyat dilibatkan secara langsung dalam pemilihan tersebut. Dengan adanya UU No. 22 Tahun 2007 ini hendaknya menjadi sebuah gambaran yang menggembirakan bagi rakyat dalam suatu daerah pemilihan. Karena dalam UU No. 22 Tahun 2007 tersebut sistem pemilihanya rakyat dapat secara langsung memilih bakal calon Kepala Daerahnya sesuai dengan yang telah diaspirasikanya selama ini.

5 Dalam pasal 132 UU No. 22 Tahun 2007 disebutkan bahwa pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, ketentuan-ketentuan dalam: a. UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4277); b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 43110); dan c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaga Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaga Negara Nomor 4437); yang mengatur lembaga penyelenggara dan pengawas Pemilu sepanjang telah diatur dalam Undang-Undang ini akan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Oleh karena itu dengan adanya Undang-Undang yang baru saat ini yaitu UU No. 22 tahun 2007 hendaknya pemerintah pusat maupun daerah lebih bisa memperhatikan aspirasi yang diinginkan rakyat yang mana dalam hal ini yaitu mengenai penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan dengan adanya Undang- Undang yang baru inilah mungkin apa yang dicita-citakan rakyat selama ini dapat terpenuhi. Didalam UU No. 3 Tahun 1999 pasal 39 ayat 3 dan 4 disebutkan bahwa seseorang yang akan mencalonkan diri sebagai bakal calon Kepala Daerah, hendaknya harus ikut serta dalam partai politik terlebih dahulu dan nantinya

6 dalam pencalonanya, bakal calon akan diseleksi atau dilakukan penyaringan terlebih dahulu oleh para fraksi-fraksinya yang selanjutnya setelah penyaringan dilakukan seseorang akan ditetapkan oleh pimpinan DPRD sebagai calon Kepala Daerah. Ini tentunya dirasa kurang adil bagi seseorang yang akan mencalonkan dirinya sebagai Kepala Daerah dari luar partai politik, karena seseorang yang dirinya dirasa mampu dan telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pihak penyelenggara tidak dapat mengikuti pemilihan Kepala Daerah tersebut hanya karena seseorang tersebut tidak ikut dalam suatu partai politik. Oleh karena itu dengan adanya UU No. 22 Tahun 2007 saat ini seseorang yang berasal dari luar partai atau secara independen dapat mencalonkan dirinya sebagai Kepala Daerah selama orang yang akan mencalonkan tersebut dirasa mampu dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh para pihak penyelenggara pemilihan Kepala Daerah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaturan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004? 2. Bagaimana pengaturan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2007?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaturan penyelengaaraan Pemilihan Kepala Daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. 2. Untuk mengetahui pengaturan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2007. D. Tinjauan Pustaka Untuk melancarkan pelaksanaan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah, pemerintah membentuk suatu peraturan dalam bentuk Undang-Undang yang mana Undang Undang tersebut antara lain UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu, UU No. 32 tentang Pemerintah Daerah, dan UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 terbentuk karena didalam UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu sebagai mana telah diubah dengan UU No. 4 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 3 Tahun 1999 sudah tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dinamika dalam masyarakat. Didalam pasal 17 ayat 1 dan 4 UU No. 12 Tahun 2003 disebutkan bahwa dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tersebut, hubungan KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten / Kota bersifat struktural dan hirarkis sehingga KPU Provinsi dan KPU Kabupaten / Kota harus bertanggung jawab kepada KPU. Konsekuensi dari kedudukan struktural tersebut baik KPUD Kabupaten / Kota maupun KPUD Provinsi melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap seluruh fungsi dalam proses Pilkada langsung, yakni pembuatan aturan pemilihan

8 (electoral regulation), proses pemilihan (electoral process). Dan penegakan hukum pemilihan (electoral law enforcement) sebagaimana dilaksanakan dalam Pemilu Tahun 2004. Dalam fungsi electoral regulation, KPUD berwenang membuat berbagai peraturan dan keputusan mengenai pelaksanaan Pilkada langsung yang kekuatan hukumnya mengikat dan sejalan dengan ketentuan perundangan diatasnya (UU No. 32 dan PP No. 6 / 2005). Dalam fungsi electoral process, KPUD berkewajiban menangani persoalan-persoalan teknis, administratif dan logistik sehingga penyelenggaraan Pilkada langsung berjalan lancar. Dalam fungsi electoral law enforcement, KPUD berwenang melakukan tindakan-tindakan hukum yang berfungsi memaksimalkan pelaksanaan tahapan-tahapan Pilkada langsung. 1 Namun dirasa kurang tepat karena KPU dan KPUD berjenjang hirarki, maka pemerintah mengeluarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah untuk melengkapi peraturan penyelenggaraan Pemilu yang telah ada. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dibentuk guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sesuai dengan amanat UUD 1945 Pemerintahan Daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 J Joko Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, ctk pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 187

9 Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terdapat lembaga KPUD yang bertugas untuk menyelenggarakan Pemilhan Kepala Daerah, namun didalam pasal 57 ayat 1 UU tersebut dikatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya KPUD bertanggung jawab kepada DPRD. Tetapi Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan judicial review yang diajukan 5 (lima) LSM dan 16 (enam belas) KPUD Provinsi sehingga pasal 57 ayat 1 tersebut dicabut. Konsekuensinya, dalam penyelenggaraan Pilkada langsung KPUD bersifat independen dan mandiri. 2 Karena adanya pencabutan tersebut pemerintah mengeluarkan Undang- Undang No. 22 Tahun 2007 guna menyempurnakan ketentuan peraturan Perundangan-Undangan yang mengatur tentang Penyelenggaraan Pemilu, dimaksudkan untuk lebih meningkatkan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam suatu pemilihan. Dalam pasal 10 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2007 dikatakan bahwa KPUD menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada KPU melalui KPU Provinsi, karena KPU mempunyai tugas sehingga KPUD tidak perlu lagi bertanggung jawab kepada DPRD namun langsung kepada KPU. Dalam sistem kenegaraan, keberadaan lembaga-lembaga independen tersebut kelembagaanya harus disertai dengan kedudukan dan mekanisme yang jelas. Menurut Purnadi, perlu adanya status atau kedudukan yang menjadi subjek dalam negara mencakup lembaga atau badan atau organisasi, pejabat, dan warga 2 Ibid. hlm. 186

10 negara. Sementara itu, peranan mencakup kekuasaan, kebebasan / hak-hak asasi, dan kewajiban terhadap kepentingan umum 3. Berdasarkan pasal 22 ayat 1 UUD Tahun 1945, pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pengertian asas pemilu adalah: a. Langsung Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara. b. Umum Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Undang-Undang ini berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial. c. Bebas Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun, didalam setiap melaksanakan haknya setiap warga negara dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai dengan hati nurani dan kepentinganya. d. Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihanya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan 3 3 Purnadi Purbacaraka, Menelusuri Sosiologi Hukum Negara ( Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm. 38

11 suranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya diberikan. e. Jujur Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan paraturan perundang- undangan. f. Adil Dalam penyelenggeraan pemilu, setiap pemilh dan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Didalam sebuah pemilu harus ada suatu lembaga yang bertugas untuk mengawasi jalannya pemilu yang mana sesuai dengan amanat Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 22 E ayat 5 pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri: a. Sifat Nasional dimaksudkan bahwa KPU sebagai penyelenggara mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Sifat Tetap dimaksudkan bahwa KPU sebagai lembaga yang menjalankan tugasnya secara berkesinambungan, meskipun keanggotaannya dibatasi oleh masa jabatan tertetu. c. Sifat Mandiri dimaksudkan bahwa dalam menyelenggarakan dan melaksanakan pemilu, KPU bersikap mandiri dan bebas dari pengaruh

12 pihak manapun, disertai dengan transparansi dan pertanggungjawaban yang jelas dan disertai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin tercapainya penyelenggaraan pemilu yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini, maka diperlukan pengawas pemilu dengan kewenangan yang jelas sehingga fungsi pengawasannya dapat berjalan efektif. Menurut Moehammad Kusnardi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia 4. Pemilihan umum harus dilaksanakan agar: 1. Terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib. 2. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat 3. Dalam rangka melaksanakan hak-hak asasi negara. Didalam pemilihan Kepala Daerah untuk menjadi Kepala Daerah tidaklah mudah banyak syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan peraturan perundang-undangan No. 32 di BAB IV tentang Kepala Daerah dipasal 33 yang mana antara lain syarat-syarat untuk menjadi Kepala Daerah adalah sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia; b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4 Mohammad Kusnardi, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Ctk ketujuh, Pusat Studi Hukum Tata Negara dan CV Sinar Bakti Jakarta Selatan, 1988, hlm. 330

13 d. Tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang dinyatakan dengan surat keterangan ketua Pengadilan Negeri; e. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan / atau sederajad; f. Berumur sekursang-kurangnya 30 tahun; g. Sehat jasmani dan rohani; h. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa / ingatanya; i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana; j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri; k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat didaerahnya; l. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi, dan; m. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Daerah. Hukum Tata Negara adalah salah satu bagian dari ruang lingkup hukum itu sendiri, yang mana hal ini amat diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mana di dalamnya terdapat berbagai perturan-peraturan hukum yang telah menjadi suatu kesatuan yang disebut dengan sistem hukum. Sistem hukum itu sendiri adalah kesatuan utuh dari satu tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan erat dan berdasarkan suatu rencana dan pola-pola tertentu. Suatu sistem juga tersusun dari beberapa sistem yang disebut subsistem, seperti sistem tatanan

14 hukum positif Indonesia, yang terdiri atas subsistem hukum pidana, subsistem hukum perdata, subsistem hukum tata negara yang satu sama lain saling berbeda. Ciri khas dari demokrasi konstitusional adalah gagasan bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasanya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Kekuasaan negara dibagi sedemikian rupa sehingga kesempatan penyalahgunaan diperkecil, yaitu dengan cara menyerahkanya kepada beberapa orang atau badan dan tidak memusatkan kekuasaan pemerintah dalam satu tangan atau satu badan. Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip ini terkenal dengan rechtsstaat (Negara Hukum) dan Rule of law 5. Didalam buku yang ditulis oleh C. S. T. Kansil yang berjudul Pemerintahan Daerah di Indonesia ada tiga jenis asas tentang penyelenggaraan pemerintahan antara lain asas desentralisasi, asas deskontrensasi, asas tugas perbantuan. 6 Asas Desentralisasi adalah asas yang menyatakan pemerintahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. Asas Deskontresasi adalah asas yang menyatakan perlimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertical tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya di daerah. Sedangkan asas tugas perbantuan adalah asas yang menyatakan tugas turut serta dalam 5 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Ctk 13 Gramedia, Jakarta, 1991, hlm. 54 6 C.S.T Kansil, Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Ctk pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 3

15 pelaksanaan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang memberi tugas. Definisi desentralisasi menurut beberapa pakar berbeda redaksionalnya, tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang sama. Menurut Joeinarto, 7 desentralisasi adalah memberikan wewenang dari pemerintah negara kepada pemerintah lokal untuk mengatur dan mengurus urusan tertentu sebagai urusan rumah tangga sendiri. Irawan Seojito, 8 mengartikan desentralisasi adalah perlimpahan kewenangan pemerintah kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Namun demikian dalam perlimpahan kewenangan tersebut, sudah diatur dimana dan kepada siapa kewenangan limpahan tersebut akan diberikan. Didalam buku yang ditulis Selo Sumardjan yang berjudul Hukum Kenegaraan Repupblik Indonesia berisi bahwa pemerintah Indonesia juga menghadapi masalah yakni bagaimana pemerintah dapat menguasai masyarakat pedesaan agar dapat terintegrasi dalam sistem ekonomi dan politik nasional. 9 Bagi masyarakat sendiri Pemilihan Kepala Daerah disamping sebagai bentuk sarana perwujudan negara demokrasi juga sebagai bentuk sarana memilih Kepala Daerah yang sesuai dengan keinginanya, sehingga masyarakat tidak lupa untuk menyuarakan keinginanya. Pemilihan umum di selenggarakan oleh KPU yang mana dalam pasal 1 ayat 8 Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 KPU kota 7 Joeinarto, Perkembangan Pemerintahan Lokal, Bina Aksara, Jakarta:, 1992, hlm. 37 8 Irwan soejito, Hubungan Pemerintah pust dan Pemerintah Daerah, : Rineka Cipta, Jakarta 1990, hlm. 29 9 Selo Sumardjan, Hukum Kenegaraan Republik Indonesia, Ctk pertama PT Grasindo, Jakarta, 1993, hlm. 57

16 membentuk PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dan untuk di desa KPU membentuk PPS (Panitia Pemungutan Suara). Sebagai penyelenggara Pemilu, wilayah kerja KPU meliputi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mana dalam penyelenggaraan Pemilu KPU bebas dari pengaruh pihak manapun berkaitan dengan tugas dan wewenang pelaksanaanya. Dalam Pemilihan Kepala Daerah berdasarkan pasal 8 ayat 3 Undang- Undang No. 22 Tahun 2007 tugas dan wewenang KPU meliputi: a. Menyusun dan menetapkan pedoman tata cara penyelenggaraan sesuai dengan tahapan yang diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan; b. Mengkoordinasikan dan memantau tahapan; c. Melakukan evaluasi tahapan penyelenggaraan Pemilu; d. Menerima laporan hasil Pemilu dari KPU Provinsi dan Kabupaten atau Kota; e. Menonaktifkan sementara dan atau mengenakan sanksi administratif kepada KPU anggota Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu yang berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan ketentuan peraturan perundang-undangan; f. Melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang. Penyelenggaraan Pemilu diseluruh kesatuan Negara Republik Indonesia diawasi oleh Bawaslu ( Badan Pengawas Pemilu ) sesuai dengan pasal 1 ayat 15 Undang-Undang No. 22 Tahun 2007.

17 Sesuai dengan Pasal 74 Undang-Undang No.22 Tahun 2007, tugas dan wewenang Bawaslu adalah: a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu; b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu; c. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU untuk ditindak lanjuti; d. Meneruskan temuan dan laporan kepada KPU untuk ditindak lanjuti; e. Menetapkan standar pengawasan tahapan penyelenggaraan Pemilu sebagai pedoman kerja bagi Pengawas Pemilu disetiap tingkatan; f. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut, rekomendasi pengenaan sanksi terhadap peserta Pemilu; g. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu;dan h. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan oleh Undang- Undang. Sedangkan wewenang Bawaslu sesuai dengan pasal 74 ayat 2 Undang- Undang No. 22 Tahun 2007 adalah: a. memberikan rekomendasi kepada KPU untuk menonaktifkan sementara dan atau mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran yang dilakukan oleh peserta Pemilu; b. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilu. Dalam pasal 24 ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa setiap daerah dipimpin oleh pemerintah

18 daerah yang disebut Kepala Daerah. Sesuai dengan pasal 25 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang yang meliputi: 1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; 2. mengajukan rancangan Peraturan Daerah; 3. menetapkan peraturan daerah yang telah mendapat persetujuan DPRD. Oleh karena itu dalam hal ini rakyat sebagai warga negara mempunyai andil atau bagian yang besar untuk menentukan pilihanya dalam suatu penyelenggaraan Pemilihan Kepala Negara ataupun Kepala Daerah, dan untuk itu dengan adanya UU No. 22 Tahun 2007 tersebut rakyat diberikan kesempatan untuk menentukan pilihanya secara bebas, langsung dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Adanya UU No. 22 Tahun 2007 tersebut telah menginspirasikan suatu Negara Demokrasi yang mana dalam pemilihan Kepala Negara maupun Kepala Daerahnya, suatu masyarakat yang tinggal atau menetap di negara atau daerah pemilihan diberikan kesempatan oleh pemerintah untuk menyuarakan aspirasinya dalam suatu pemilihan Kepala Negara atau Kepala Daerah. Dengan adanya peraturan yang baru tersebut, kita dapat memberi tanggapan bahwa seseorang tidak hanya dapat memberikan pilihanya sesuai dengan apa yang telah menjadi pedomannya, tetapi seseorang disini juga dapat mencalonkan dirinya sebagai bakal calon Kepala Daerah selama orang tersebut dirasa mampu dan telah memenuhi persyaratan yang telah ada.

19 E. Metode Penelitian 1. Fokus Penelitian: Pengaturan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 22 Tahun 2007. 2. Bahan Hukum: a. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat berkaitan objek penelitian yaitu: a) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah b) Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum c) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah. b. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai bahan-bahan hukum primer yaitu berupa rancangan perundang-undangan, literature, jurnal, buku yang menjelaskan tentang masalah yang di teliti dan hasil penelitian hukum terdahulu. 3. Cara Pengumpulan Bahan Hukum: Studi pustaka, yaitu cara pengumpulan bahan hukum dengan cara mengkaji jurnal, hasil penelitian hukum literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian. 4. Metode Pendekatan: Metode pendekatan yang digunakan untuk meneliti permasalahan tentang pengaturan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah menurut Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah dengan cara menggunakan pendekatan yuridis normatif. Yang dimaksud yuridis normatif

20 adalah menganalisis permasalahan dari sudut pandang menurut ketentuan / norma-norma yang ada, yang kemudian akan diselaraskan dengan penganalisan dari bahan bahan pustaka. 5. Analisis Bahan Hukum: Analisis data dilakukan cara deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif (content analysis) dengan langkah: a. Data hasil penelitian diklasifikasikan sesuai permasalahan penelitian. b. Hasil klasifikasi data selanjutnya disistemasikan. c. Data yang telah disistemasikan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar dalam mengambil kesimpulan.

21 F. Kerangka Skripsi Bab I : Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, kerangka skripsi. Bab II : Berisi tentang Teori Demokrasi, Teori Pemilu dan Penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah. Bab III : Berisi mengenai penelitian pustaka tentang pengaturan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 22 Tahun 2007 dan UU No. 12 Tahun 2008. Bab IV :Berisi tentang kesimpulan dan saran tentang pengaturan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah sebelum lahirnya UU No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu.