BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

HUBUNGAN LAMA MENJALI HEMODIALISA DENGAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD PROF. Dr. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan


BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel. Ginjal berfungsi sebagai. kerusakan pada sistem endokrin akan menyebabkan terganggunya

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. secara progresif dan ireversibel, saat ini angka kejadian gagal ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya polusi lingkungan, tanpa disadari dapat mempengaruhi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gagal ginjal kronik adalah penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit taktus urinarius dan ginjal. Awitan gagal ginjal dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang sangat cepat, terjadi dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta bersifat persisten dan irreversibel (Siswadi Y, dkk. 2009). Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri, 2009) terdapat 18 juta orang di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik, data Indonesia Renal Regestry tahun 2007 jumlah pasien hemodialisa 2148 penduduk sedangkan tahun 2008 jumlah pasien hemodialisa mengalami peningkatan yaitu 2260 penduduk. Di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo berdasarkan rekam medic jumlah pasien menderita gagal ginjal kronik sebanyak 163 pasien tahun 2011. Pada tahun 2012 angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila melihat data tersebut tingkat prevelensi gagal ginjal kronik setiap tahunnya meningkat rata-rata 30-35% (Data rekam medik RSAS, 2014). Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti yang menggantikan sebagian kerja dari fungsi ginjal dalam mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh melalui difusi hemofiltrasi (O callaghan, 2009). Tindakan hemodialisis ini digunakan untuk 1

pasien gagal ginjal kronik tahap akhir dalam jangka panjang secara permanen dan gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis dalam waktu singkat yaitu dalam beberapa hari ataupun beberapa minggu saja. Walaupun hemodialisis dapat memperpanjang usia pasien, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan tidak akan mengendalikan seluruh fungsi ginjal (Suharyanto & Madjid, 2009). Gagal Ginjal Kronik masih menjadi masalah besar di dunia. Selain ulit disembuhkan, biaya perawatan dan pengobatannya sangat mahal. Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami Gagal Ginjal Kronis. Pada tahun 2005 prevalensi gagal ginjal kronik di Amerika Serikat terdapat 485.012 jumlah penduduk. Hal ini diikuti dengan jumlah penduduk (Chen et al, 2009 dalam Suprayadi, 2011). Penyakit ginjal kronik adalah masalah besar di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tindakan hemodialisa yang dilakukan di rumah sakit milik Depkes dan Pemerintah daerah sepanjang tahun 2005 sebanyak 125.441. data semester I tahun 2006 PT Akses menyebutkan bahwa hemodialisis adalah tindakan rawat jalan yang paling banyak dibiayai dengan besaran dana 4.372.168.679 rupiah (Depkes R.I, 2008). Pada awal menjalani hemodialisa respon pasien seolah-olah tidak menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan kejadian ada dan merasa sedih dengan kejadian yang dialami sehingga memerlukan penyesuaian diri yang lama terhadap lingkungan yang baru dan menjalani hemodialisa dua kali seminggu. Waktu yang diperlukan untuk beradaptasi masing-masing pasien berbeda lamanya, semakin lama pasien menjalani hemodialisa adaptasi pasien semakin 2

baik karena pasien telah mendapat pendidikan kesehatan atau informasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan (Sapri, 2008). Terapi hemodialisa sangat mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Pasien akan mengalami gangguan proses berpikir dan konsentrasi serta gangguan dalam berhubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya pola pikir seperti stres pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa (Aguswina, 2012). Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik, tetapi lebih karena masalah kejiwaan seseorang (Mumpuni & Wulandari, 2010). Pasien yang mengalami gagal ginjal otomatis mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan pasien dalam kehidupan sehari-harinya terganggu sehingga masalah tersebut menyebabkan pasien merasa tidak berguna yang secara emosional mempengaruhi proses interaksi dengan keluarga, kerabat, dan orang lain. Hal ini peran pasien menjadi terganggu, pasien menjadi cepat marah dan sering menutup diri di dalam interaksi. Kondisi di atas menunjukan bahwa pasien mengalami stres. Menurut penelitian yuni tentang hubungan tingkat stres dan strategi koping pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa, diketahui bahwa tingkat stres pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa berada dalam kategori ringan sebanyak 9 orang (81,8%) menggunakan strategi koping yang adaptif, dan 2 orang (18,2%) menggunakan strategi koping yang maladaptif, sedangkan kategori berat sebanyak 6 orang (31,6%) menggunakan strategi koping yang adaptif, dan 13 orang (64,4%) 3

menggunakan strategi koping yang dari uji chy square, diperoleh p 0,023 < alpha 0,05. Diperoleh kesimpulan terdapat hubungan yang bermaknsa antara tingkat stres dan strategi koping pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa, dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini, sehingga dapat dianalsa oleh peneliti, bahwa semakin adaptif koping seseorang maka semakin ringan tingkat stres yang dimilikinya, dan begitu jiga sebaliknya maladaptif. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di RS. Aloe Saboe Kota Gorontalo didapatkan kurang lebih 10 pasien perharinya yang menjalani hemodialisa. Ratarata pasien yang mengalami stres adalah pasien yang baru menjalani hemodialisa 3 bulan terakhir. Sedangkan pada pasien yang menjalani hemodialisa lebih dari 3 bulan, stres yang dialami pasien bisa meningkat dan bisa menurun. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik meneliti tentang Hubungan lama menjalani hemodialisa dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD Prof. DR.Aloe Saboe Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan hemodialisa di RSAS Kota Gorontalo ditemukan banyak pasien gagal ginjal kronik memiliki berbagai reaksi stres akibat penyakit gagal ginjal kronik. 2. Beberapa pasien gagal ginjal kronis yang melakukan hemodialisa di RSAS Kota Gorontalo sulit melakukan penyesuaian terhadap penyakit gagal ginjal kronik. 3. jumlah pasien menderita gagal ginjal kronik sebanyak 163 pasien tahun 2011. 4

jumlah pasien menderita gagal ginjal kronik sebanyak 163 pasien tahun 2011. Pada tahun 2012 angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila melihat data tersebut tingkat prevelensi gagal ginjal kronik setiap tahunnya meningkat rata-rata 30-35%. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut dapat disimpukan masalahnya Apakah terdapat hubungan lama menjalani hemodialisa dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik di RSAS Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan lama menjalani hemodialisa dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik di RSAS Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengidentifikasi lama menjalani hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik di RSAS Kota Gorontalo. 2. Untuk mengidentifikasi stres pada pasien gagal ginjal kronik di RSAS Kota Gorontalo. 3. Untuk menganalisa hubungan lama menjalani terapi hemodialisa dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik di RSAS Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat penelitian 1. Manfaat bagi pelayanan kesehatan penelitian ini sebagai masukan bagi praktisi keperawatan tentang hubungan 5

lama menjalani hemodialisa dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Aloei Saboe Kota Gorontalo, dan acuan bagi perawat supaya meningkatkan pola pikir pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. 2. Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan Penelitian ini dapat menambah data kepustakaan yang berkaitan dengan hubungan lama menjalani hemodialisa dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Aloei Saboe Kota Gorontalo dan sebagai masukan bagi institusi pendidikan keperawatan untuk membekali dan menyiapkan peserta didiknya agar memiliki kemampuan yang adekuat dalam upaya meningkatkan pola pikir pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. 3. Manfaat Bagi Penelitian Berikutnya Hasil penelitian ini juga menjadi masukan atau acuan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. 4. Manfaat Bagi Keluarga Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi keluarga yang anggota keluarganya sedang menjalani terapi hemodialisa. 6