BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi sejumlah 66 siswa di SMK Yadika 4 berusia tahun. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Widiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB IV ANALISA DATA. A. Efektivitas Guru PAI Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebab melalui sektor pendidikan akan dihasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Shinta Rizki N, 2013

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008). Menurut Yusuf (2009), motivasi berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Menurut Santrock (2009), motivasi adalah proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan dapat dipertahankan. Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Pembelajaran adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam proses pembelajaran, jika seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka tidak akan mungkin aktivitas belajar terlaksana dengan baik (Iskandar, 2012). 14

Menurut Dalyono (2007) motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau dorongan yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu belajar. Iskandar (2012) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Sardiman (2007) menjelaskan, motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang yang memiliki tingkat inteligensi cukup tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Mengenai hal ini, tidak saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu memberikan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Dengan demikian, tugas guru adalah bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi (Sardiman, 2007). Berdasarkan pengertian motivasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Peranannya adalah dapat menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. 15

2.1.2 Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan dorongan individu untuk mencapai tujuan yang berasal dari dalam diri individu, misalnya karena ketertarikan atau interest. Sehingga, ketika diberikan tantangan, individu dengan motivasi intrinsik semakin berkembang dengan baik dibandingkan individu-individu dengan motivasi ekstrinsik. Misalnya, siswa belajar menghadapi ujian karena ia senang pada pelajaran yang diujikan tersebut. Siswa termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa (Santrock, 2009). Motivasi ekstrinsik dipengaruhi oleh dorongan dari luar diri individu, seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, siswa belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian. Motivasi ekstrinsik juga dipengaruhi oleh hubungan sosial dan lingkungan sekitar (Santrock, 2009). 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Yusuf (2009) menyatakan, terdapat dua faktor yang memengaruhi motivasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 16

17 1. Faktor internal (yang berasal dari diri siswa sendiri), yaitu : a. Faktor fisik, meliputi nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi fisik (terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar makanan akan mengakibatkan kelesuan, cepat mengantuk, atau cepat lelah. Kondisi fisik yang seperti itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa di sekolah. Dengan kekurangan gizi, siswa akan rentan terhadap penyakit, yang menyebabkan menurunnya kemampuan belajar, berfikir atau berkonsentrasi. Keadaan fungsi jasmani seperti panca indera (mata dan telinga) dipandang sebagai faktor yang memengaruhi proses belajar. Panca indera yang baik akan mempermudah siswa dalam mengikuti proses belajar di sekolah; b. Faktor psikologis, berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada siswa. Faktor yang mendorong aktivitas belajar menurut Arden N. Frandsen (dikutip dalam Yusuf, 2009) adalah sebagai berikut: rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang lebih luas, sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju, keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru, dan teman teman, keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru, keinginan untuk mendapat rasa aman apabila menguasai pelajaran, adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar. Sedangkan faktor psikis yang menghambat adalah sebagai berikut: tingkat kecerdasan yang lemah, gangguan emosional, seperti merasa tidak aman, tercekam rasa takut, cemas dan gelisah, sikap dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti tidak menyukai pelajaran tertentu, malas belajar, tidak memiliki waktu belajar yang teratur, dan kurang terbiasa membaca buku pelajaran. Faktor

faktor tersebut merupakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat memengaruhi motivasi belajar (Yusuf, 2009). 2. Faktor eksternal (yang berasal dari lingkungan), yaitu : a. Faktor non-sosial, seperti keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar. Ketika semua faktor dapat saling mendukung maka proses belajar akan berjalan dengan baik. b. Faktor sosial, yaitu faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung. Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara yang menyenangkan, seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat dirumah, siswa tetap mendapat perhatian dari orang tua, baik perhatian material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah (Yusuf, 2009). 2.1.4 Peranan Motivasi dalam Proses Pembelajaran Menurut Iskandar (2012), motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, tidak ada kegiatan pembelajaran tanpa motivasi, oleh karena itu motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil dari pembelajaran. Adapun peranan motivasi dalam pembelajaran, sebagai berikut : 1. Peran motivasi sebagai motor penggerak atau pendorong kegiatan pembelajaran. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor penggerak 18

utama bagi siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan proses pembelajaran. 2. Peran motivasi meperjelaskan tujuan pembelajaran. Motivasi bertalian dengan suatu tujuan, tanpa ada tujuan maka tidak akan ada motivasi seseorang. Oleh sebab itu, motivasi sangat berperan penting dalam mencapai hasil pembelajaran siswa (peserta didik) menjadi optimal. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi siswa yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan tersebut. 3. Peran motivasi menyeleksi arah perbuatan. Motivasi dapat berperan menyeleksi arah perbuatan bagi siswa apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan. 4. Peran motivasi internal dan eksternal dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi internal biasanya muncul dari dalam diri siswa sedangkan motivasi eksternal siswa dalam pembelajaran umumnya didapat dari guru. Jadi dua motivasi ini harus disinergikan dalam kegiatan pembelajaran apabila siswa ingin meraih hasil yang baik. 5. Peran motivasi menentukan ketekunan dalam pembelajaran. Seorang siswa yang telah termotivasi untuk belajar, tentu dia akan berusaha seoptimal mungkin untuk belajar dengan tekun. Dengan harapan mendapat hasil yang baik dan lulus. 6. Peran motivasi melahirkan prestasi. Motivasi sangat berperan dalam pembelajaran siswa dalam meraih prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi seseorang siswa selalu dihubungkan pada tinggi rendahnya motivasi pembelajaran siswa tersebut 19

2.2 Penjelasan Teoretis mengenai Partisipan 2.2.1 Definisi Remaja Karena siswa-siswa tersebut termasuk dalam kategorisasi remaja. Papalia, Olds, dan Feldman (2009), menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar fisik, kognitif, dan psikososial. Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia 20, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam semua ranah perkembangan. (Papalia et al., 2009). 2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Piaget (dikutip dalam Papalia et al., 2009), remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif, yaitu tahap operasional formal. Ketika mereka mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Perkembangan ini, yang biasanya terjadi pada usia 11 tahun, memberikan cara baru yang lebih fleksibel kepada mereka untuk mengolah informasi. Tidak lagi terbatas oleh di sini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa. Mereka dapat menggunakan simbol untuk menyimbol (misalnya menjadikan huruf X sebagai angka yang tidak diketahui). Mereka dapat menghargai lebih baik metafora dan alegori sehingga bisa menemukan makna yang lebih kaya dalam literatur. Mereka dapat berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. Mereka dapat membayangkan kemungkinan dan dapat menyusun dan menguji hipotesis. Orang-orang di tahap operasional formal dapat 20

mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di masa mendatang dan membuat rencana untuk masa datang (Papalia et al., 2009). Penalaran hipotetis-deduktif adalah kemampuan yang dipercaya oleh Piaget menyertai tahap operasional formal, untuk mengembangkan, mempertimbangkan, dan menguji hipotesis. Seseorang dengan penalaran tersebut mempertimbangkan semua hubungan yang dapat dibayangkan dan meneliti itu semua secara sistematis, satu persatu, untuk menghilangkan yang salah dan mendapatkan yang benar (Papalia et al., 2009). 2.2.3 Perkembangan Psikososial Remaja Menurut Erikson (dikutip dalam Papalia et al., 2009), remaja berada pada tahap identity versus identity confusion dalam perkembangan psikososialnya, di mana seorang remaja mencari untuk mengembangkan perasaan yang berkaitan secara logis dalam diri, meliputi peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Juga disebut dengan identity vs role confusion. Tugas utama dari remaja adalah untuk memecahkan krisis dari identity versus identity confusion (atau identity versus role confusion), sehingga menjadi seorang dewasa yang unik dengan perasaan yang berkaitan secara logis dalam diri dan peranan yang berguna dalam masyarakat. Remaja berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren, termasuk peran yang dimainkannya dalam masyarakat (Papalia et al., 2009). Selama tahap ini, remaja harus berhadapan dengan keputusan siapa diri mereka, apa diri mereka, dan kemana mereka akan melangkah dalam hidup (Santrock, 2009). Remaja tidak membentuk identitas mereka dengan meniru orang lain. Untuk membentuk identitas, seorang remaja harus memastikan dan 21

mengorganisir kemampuan, kebutuhan, ketertarikan, dan hasrat mereka sehingga dapat diekspresikan dalam konteks sosial (Papalia et al., 2009). Sebagian besar remaja dan anak-anak menikmati kebersamaan bersama teman-teman sebayanya yang bukan sahabat dekat. Seiring berlalunya waktu, mereka membentuk kelompok sosial yang lebih besar, dan rutin berkumpul. Pada awalnya, kelompok-kelompok tersebut umumnya berasal dari jenis kelamin yang sama. Namun pada kaum remaja, kelompok-kelompok tersebut seringkali mencakup laki-laki dan perempuan. Saat mulai bergabung ke dalam sebuah kelompok, remaja atau anak-anak lebih menyukai kedekatan dengan anggota kelompok tersebut dibandingkan dengan individu-individu yang bukan anggota kelompok, dan mereka membentuk perasaan setia terhadap individu-individu dalam kelompok (Ormrod, 2008). 2.2.4 Remaja di Sekolah Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA umumnya menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar (Sarwono, 2008). Pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja, karena sekolah adalah lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan 22

nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya (Sarwono, 2008). 2.3 Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Jurusan teknik komputer jaringan merupakan ilmu berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkait kemampuan algoritma, dan pemrograman komputer, perakitan komputer, perakitan jaringan komputer, dan pengoperasian perangkat lunak, dan internet. Namun selain itu, jurusan TKJ juga memberikan kompetensi keahlian tambahan yaitu listrik, elektro, perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam proses pendidikan selama di SMK jurusan TKJ, siswa akan diajari dari tingkat dasar tentang perakitan, perbaikan komputer, perbaikan peripheral, web desain, jaringan, sampai dengan keamanan jaringan. Dengan semua keahlian yang diajarkan secara lengkap sejak tingkat pertama sampai dengan akhir, diharapkan siswa mampu berkompetisi sesuai dengan keahlian dalam dunia kerja yang berbasis teknologi (Bahar, 2016). Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas jurusan TKJ kelas XI di SMK Yadika 4, permasalahan belajar pada siswa TKJ adalah pada saat belajar siswa sering mengobrol dan perhatiannya mudah teralihkan dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Siswa pun jarang bertanya dan memberikan pendapat. Selain itu, ketika guru belum memasuki kelas, siswa seringkali membuat kegaduhan atau secara diam-diam siswa pergi ke kantin, dan juga masih banyak siswa TKJ yang terlambat datang ke sekolah. Pada saat ujian, siswa TKJ juga belum benar-benar siap untuk mengikuti ujian karena terlihat dari nilai ujian siswa 23

yang masih cenderung rendah. Kemudian pada saat pulang sekolah tak jarang pula siswa TKJ sering di temukan sedang merokok di sebuah warung dekat sekolah. 2.4 Jurusan Akuntansi Akuntansi adalah semua proses yang berhubungan dengan transaksi keuangan mulai dari pencatatan, mengklasifikasi jenis transaksi, meringkasnya, mengolah dan menjadikan sebuah data, tujuannya adalah untuk menjadikan sebuah laporan keuangan yang akurat. Laporan keuangan tersebut dibutuhkan oleh pihak-pihak di dalam perusahaan sebelum mereka membuat suatu keputusan atau kebijakan (Sugiyanto, 2015). Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas jurusan Akuntansi kelas XI di SMK Yadika 4, permasalahan belajar pada siswa Akuntansi adalah masih cukup banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM, karena saat mengikuti pelajaran yang cukup sulit, siswa cepat merasa bosan dan akhirnya mengobrol di kelas dan membuat keramaian. Tidak jarang pula siswa lupa mengerjakan PR dan terlambat datang ke sekolah. Selain itu, siswa jurusan Akuntansi cenderung individual, mereka hanya fokus dengan tugasnya sendiri atau dengan teman dekatnya saja. Hal ini membuat kerjasama antar siswa di kelas cenderung rendah. 24

2.5 Kerangka Berpikir Motivasi Belajar Siswa TKJ Permasalahan belajar : 1. Sering mengobrol di kelas 2. Perhatiannya mudah teralihkan 3. Jarang bertanya & memberi pendapat 4. Sering membuat kegaduhan 5. Terlambat datang ke sekolah 6. Nilai ujian rendah 7. Bolos & merokok di sekitar Siswa Akuntansi Permasalahan belajar : 1. Nilai belum mencapai KKM 2. Siswa cepat bosan 3. Lupa mengerjakan PR 4. Terlambat datang ke sekolah 5. Individual 6. Kurang bekerja sama UJI Ho : Tidak ada perbedaan motivasi belajar H1 : Ada perbedaan motivasi belajar Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik Faktor yang mempengaruhi 25