BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perhatian masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR...ii. DAFTAR ISI...v. DAFTAR BAGAN...ix. DAFTAR LAMPIRAN...x Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan yang telah diperoleh

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang baik maka tidak tersedia modal untuk melangkah ke depan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting untuk meningkatkan

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Studi Mengenai Self Regulator pada Mahasiswa Underachiever di Fakultas Psikologi Unisba

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai self-regulation

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu syarat untuk bisa melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah salah satu usaha dari sekelompok orang yang bekerja

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan bangsanya untuk menjadi bangsa yang berwawasan luas agar

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

MODEL VOCABULARY SELF-COLLECTION STRATEGY (VSS) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan sebagai sebuah genre atau jenis permainan, sebuah mekanisme

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca merupakan kegiatan yang akrab dengan manusia. Kegiatan membaca berlangsung terus menerus selama manusia hidup. Mulai dari membaca merk makanan, judul buku, hingga memilih saluran televisi, semuanya menuntut kemampuan membaca. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa membaca merupakan kegiatan orang terpelajar, bahkan ada pemahaman yang keliru bahwa anak yang suka membaca justru dianggap aneh, kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002). Selain itu, saat ini informasi dan teknologi berkembang pesat dan membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut memberikan dua dampak, yaitu perkembangan pesat dalam semua bidang kehidupan dan perlunya kesadaran tentang pentingnya memiliki berbagai sudut pandang terhadap perkembangan tersebut. Membaca merupakan salah satu sarana yang berperan untuk menyiasati perkembangan tersebut (Paul dalam Caverly & Flippo, 2000). Kemampuan membaca memungkinkan individu untuk berinteraksi dan mengeksplorasi dunia sesuai dengan keinginan, hobi atau bidang kehidupannya tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.informasi-informasi tersebut akan memperkaya wawasan dan sudut pandang individu terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. 1

2 Masa sekolah adalah masa yang paling berkaitan dengan kegiatan membaca. Hampir seluruh proses belajar saat bersekolah erat dengan membaca. Di kelas, siswa dan mahasiswa biasanya membaca catatan atau diktat dan mengerjakan latihan atau studi kasus. Di luar kelas, tugas akademis juga menuntut kegiatan membaca misalnya saat belajar atau mengerjakan latihan (yang harus dibaca agar dapat dikerjakan). Meskipun demikian, jenis dan jumlah kegiatan membaca dalam lingkungan akademis mengalami perubahan sesuai dengan jenjang pendidikan. Hingga jenjang SMA, hampir seluruh bahan pelajaran sudah tersedia dalam buku paket dan catatan yang diberikan guru. Bahkan seringkali catatan yang diberikan oleh guru dianggap sudah cukup lengkap sehingga siswa seolah-olah tidak perlu lagi membaca buku paket. Selain itu, umumnya pekerjaan rumah dan ulangan merupakan pengulangan dari materi yang telah diterangkan atau soal-soal yang sebelumnya sudah dilatih di kelas. Keadaan tersebut berubah saat siswa memasuki jenjang perguruan tinggi. Dalam proses perkuliahan, mahasiswa diharapkan untuk lebih aktif mencari informasi yang lengkap dan aktual, setidaknya mengenai hal yang berkaitan dengan bidang studinya. Informasi tersebut misalnya dapat diperoleh melalui membaca buku teks, jurnal, majalah ilmiah atau internet. Begitu juga dengan tugas dan ujian di perguruan tinggi yang mencakup penerapan, analisis sintesis dan bahkan evaluasi terhadap materi yang telah dipelajari. Salah satu tugas kuliah yang paling sering diberikan dan memerlukan kegiatan membaca adalah tugas presentasi. Melalui tugas ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami isi buku teks dan mampu menjelaskannya kepada orang lain. Artinya, mahasiswa juga harus mengetahui

3 penerapan isi buku teks, misalnya dengan menyampaikan contoh dalam konteks tertentu. Tugas-tugas seperti itu menuntut inisiatif mahasiswa untuk memiliki wawasan yang lebih luas mengenai materi dengan membaca sumber referensi lain seperti buku teks maupun jurnal; dan berarti diperlukan kegiatan membaca yang lebih banyak. Padahal sebuah penelitian mengenai kegiatan membaca di kalangan mahasiswa Indonesia menemukan bahwa mahasiswa Indonesia hanya membaca kurang dari satu jam setiap hari, lebih rendah dua jam daripada menonton televisi. Dalam sebuah wawancara, petugas pelayanan perpustakaan di dua universitas di Jakarta mengungkapkan bahwa jarang sekali mahasiswa meminjam buku atau berkunjung ke perpustakaan bila tidak ada ujian atau tugas kuliah. Dampaknya seperti data terakhir yang dimuat oleh Asia Week, kemampuan menguasai bacaan pada mahasiswa di empat universitas terbaik di Indonesia hanya menduduki peringkat ke 61, 68, 73 dan 75 dari 77 universitas di kawasan Asia Pasifik (Media Indonesia, 5 Oktober 2001). Rendahnya kegiatan membaca di kalangan mahasiswa Indonesia ini dipengaruhi pula oleh rendahnya minat dan budaya membaca di kalangan masyarakat. Saat ini semakin banyak orangtua yang bekerja dari pagi hari hingga larut malam sehingga tidak lagi memiliki waktu untuk memperkenalkan kebiasaan membaca pada anaknya. Di sisi lain kurikulum dan tugas akademis juga menuntut peningkatan kegiatan membaca, padahal dalam situasi seperti ini seringkali pendidik tidak memiliki kesempatan untuk memperkenalkan beragam bahan bacaan lain yang dapat mendukung kurikulum tersebut. Keadaan ini diperkuat

4 media massa yang mampu memberikan berbagai informasi dalam waktu yang bersamaan sehingga sebagian besar masyarakat termasuk mahasiswa, lebih suka menonton televisi daripada membaca. Media massa, termasuk televisi menyediakan berbagai informasi aktual namun tidak mendalam dan individu bersifat pasif menerima informasi yang disampaikan. Sebaliknya, saat membaca individu dapat memilih jenis informasi dan menentukan keluasan atau kedalaman informasi yang ingin diketahui. Situasi di atas bertolak belakang dengan yang dinyatakan oleh Kibby (dalam Caverly & Flippo, 2000), bahwa seorang mahasiswa yang ingin sukses harus memahami ilmu yang dipelajari secara spesifik. Hal ini mencakup pemahaman mengenai informasi umum dan kata-kata tertentu saat membaca teks, mendengar kuliah maupun dalam diskusi. Sayangnya sebagian besar mahasiswa terutama mahasiswa tahun pertama membaca buku teks secara terbatas dan dengan pemahaman yang terbatas pula, padahal telah ditemukan adanya korelasi positif antara kegiatan membaca dan prestasi akademik (Greaney & Hegarty dalam Barr, 1996). Di berbagai negara, penelitian dan perhatian mengenai membaca sebagai pendukung keberhasilan studi mahasiswa sudah banyak dilakukan dan melalui hal ini pihak universitas dapat melakukan antisipasi terhadap metoda pengajaran dan memberikan intervensi pada kelompok mahasiswa dengan keterampilan dan kegiatan membaca sangat rendah. Misalnya di Amerika Serikat, penelitian The National Center for Education Statistics (NCES) pada tahun 2001 menemukan bahwa 80% universitas memberikan

5 program perbaikan kegiatan membaca bagi mahasiswa tahun kedua yang memiliki indeks prestasi rendah (Young & Ley, 2005). Bahan bacaan yang digunakan dalam lingkungan akademis seringkali memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan bacaan lain. Williams (dalam Gavin T.L Brown, 2002) mengungkapkan bahwa bahan bacaan dalam lingkungan akademis dapat dikelompokkan sebagai teks informasi, yaitu teks yang memuat isi yang tidak umum serta menggunakan pola tertentu (perbandingan, sebab-akibat dan perbedaan). Karakteristik tersebut menjadikan teks informasi lebih sulit dipahami daripada teks narasi (artikel atau cerita). Buku teks Psikologi sebagai teks informasi memiliki pemaparan materi dalam bentuk tulisan dan disertai gambar ilustrasi, bagan atau skema yang menjelaskan kerangka materi serta memuat artikel tertentu yang terkait dengan materi. Mahasiswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber namun buku teks mengandung informasi yang komprehensif sehingga memberikan pengetahuan yang mendasar mengenai bidang studi. Melalui hal ini mahasiswa dapat membangun konsep berpikir mengenai bidang tersebut dan dapat dimanfaatkan untuk memahami materi lain yang lebih khusus misalnya mata kuliah lanjutan, studi kasus bahkan jurnal. Menghadapi hal tersebut, mahasiswa Fakultas Psikologi juga perlu memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri agar aktivitas yang dilakukannya dalam membaca dapat mendukung proses belajar dan memberikan hasil belajar yang optimal. Misalnya dengan menggunakan strategi khusus saat membaca buku teks, yang tidak perlu digunakan saat membaca buku-buku lain. Contoh strategi yang seringkali digunakan adalah memberi tanda atau garis bawah pada kalimat

6 penting, membuat catatan, menentukan target halaman yang akan dibaca, bahkan mempersiapkan tempat yang nyaman untuk membaca. Tindakan-tindakan tersebut merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan usaha dan fokus dalam melakukan kegiatan membaca, atau yang dapat disebut kemampuan Self- Regulation fase Volitional Control. Tidak dapat dipungkiri bahwa buku teks Berbahasa Indonesia maupun Berbahasa Inggris merupakan sumber utama untuk memahami materi, sebagai bahan referensi penjelasan dosen, untuk mengerjakan tugas dan saat membuat laporan. Di Indonesia, hampir seluruh buku teks Psikologi merupakan cetakan dari luar negeri dan menggunakan Bahasa Inggris. Namun demikian saat ini semakin banyak buku teks Psikologi yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, terutama untuk mata kuliah pokok. Bahkan buku teks terjemahan yang diterbitkan pada beberapa tahun terakhir sudah memiliki format yang lebih menarik, misalnya menyertakan ilustrasi berwarna. Meskipun masih memiliki ciri-ciri khas teks informasi, namun buku teks Berbahasa Indonesia sebenarnya telah mengurangi kendala bahasa yang seringkali menimbulkan keengganan mahasiswa untuk membaca buku teks. Di Fakultas Psikologi Universitas X sendiri, berdasarkan observasi penulis tampaknya sebagian besar mahasiswa masih mengandalkan diktat dosen atau meminjam catatan angkatan sebelumnya meskipun dosen yang bersangkutan telah merekomendasikan berbagai judul buku yang tersedia di perpustakaan. Survei awal yang dilakukan kepada 25 orang mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X, sebanyak 67% mengatakan bahwa buku teks merupakan

7 bacaan yang paling sulit dipahami. Sebanyak 47% mengalami kesulitan untuk menerapkan arti kata ke dalam konteks yang tepat dan sisanya mengalami kesulitan untuk memahami ide utama/inti bacaan. Wawancara singkat yang dilakukan kepada 10 orang mahasiswa lain pada angkatan yang sama di Fakultas Psikologi Universitas X menemukan ternyata 8 orang atau 80% diantaranya hanya membaca buku teks ketika akan mengerjakan tugas menerjemahkan atau merangkum. Kegiatan membaca tersebut dilakukan untuk memenuhi tugas, yaitu hanya membaca bagian tertentu saja yang menjadi bagiannya tanpa strategi khusus. Wawancara juga dilakukan kepada 5 orang dosen di Fakultas Psikologi Universitas X dan diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mengikuti mata kuliah hanya dengan mencatat atau meminjam hand out dari dosen atau angkatan sebelumnya. Dalam satu mata kuliah tertentu dengan jumlah mahasiswa 50 orang, kurang dari sepuluh mahasiswa saja yang memiliki buku teks untuk mata kuliah tersebut. Padahal tampaknya hampir setiap dosen memberikan tugas mandiri yang memerlukan kegiatan membaca seperti merangkum, membuat laporan atau tugas presentasi. Dalam lingkungan akademis, Self-Regulation merujuk pada kemampuan mahasiswa untuk memahami dan mengatur proses belajarnya (Schunk & Zimmerman dalam Schraw & Brooks, 2004). Berkaitan dengan hal ini, Yang (1993) mengemukakan ciri Self-Regulation dalam proses belajar, yaitu a) mampu belajar lebih baik di bawah pemantauan diri sendiri tanpa diawasi, b) mampu memantau, mengevaluasi dan mengatur proses belajarnya secara efektif, c) mampu mengurangi waktu pendahuluan sebelum menyelesaikan tugas dan d)

8 mampu mengatur waktu belajar dengan efisien. Namun berdasarkan hasil survei awal diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk mengerahkan tingkah laku untuk membaca dan masih banyak mahasiswa yang belum menyadari peran membaca buku teks sebagai penunjang keberhasilan studi. Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks Berbahasa Indonesia pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang hendak diteliti adalah : Derajat kemampuan Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana self-regulation fase volitional control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X Kota Bandung.

9 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis (1) Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Self-Regulation dan kegiatan membaca. (2) Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi Ilmu Psikologi, khususnya bidang Psikologi Pendidikan mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan Self-Regulation dan kegiatan membaca. 1.4.2 Kegunaan Praktis (1) Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca dengan harapan informasi ini dapat dimanfaatkan untuk memahami kemampuan diri dan mendorong mahasiswa dan calon mahasiswa untuk meningkatkan kegiatan membaca. (2) Memberikan informasi bagi dosen mengenai Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa dengan harapan dapat menjadi masukan dalam kegiatan membaca pada proses perkuliahan.

10 (3) Memberikan informasi bagi pihak fakultas mengenai mengenai Self- Regulation dalam kegiatan membaca pada mahasiswa dengan harapan dapat menjadi masukan dalam usaha peningkatan kegiatan membaca di kalangan mahasiswa. 1.5 Kerangka Pemikiran Saat membaca terjadi proses interaksi antara mahasiswa sebagai pembaca dengan penulis melalui bahan bacaan. Dalam kegiatan membaca, terdapat makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dan terjadi proses pemaknaan dalam diri pembaca sehingga kegiatan membaca dapat menjadi sesuatu yang bermakna. Saat membaca, pikiran mahasiswa bekerja secara aktif untuk memahami bahan bacaan dan terjadi proses untuk menemukan hubungan atau mengkombinasikan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang terdapat dalam bahan bacaan. Departemen Pendidikan Michigan mendefinisikan kegiatan membaca sebagai proses membangun makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan yang sudah dimiliki pembaca, informasi yang terdapat dalam bacaan dan konteks saat terjadinya kegiatan membaca (Dutcher, 1990). Umumnya mahasiswa mengenal kegiatan membaca dari anggota keluarga dan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan proses belajar. Leondhardt (2001) mengungkapkan bahwa orangtua merupakan agen yang paling berperan dalam menumbuhkan minat membaca pada anak karena orangtua yang pertama kali memperkenalkan dan memfasilitasi kegiatan membaca. Meski demikian, faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar misalnya guru dan teman

11 bermain sebagai pihak yang memberikan rekomendasi mengenai buku bacaan dan secara tidak langsung menjadi model dalam kegiatan membaca (Purnawan, 2001). Seperti sudah diungkapkan bahwa keluarga memiliki pengaruh terhadap pembentukan Self-Regulation mahasiswa, namun lingkungan sekolah juga memiliki peran yang tidak kalah penting, terutama dalam pengembangan Self- Regulation akademik. Sekolah dirancang untuk menyediakan bimbingan sosial yang lebih besar pada tingkat pendidikan yang lebih rendah dan semakin berkurang pada tingkat pendidikan selanjutnya, misalnya melalui pekerjaan rumah dan ulangan. (Zimmerman, 2002). Di Taman Kanak-Kanak dan awal Sekolah Dasar, pekerjaan rumah dan ulangan yang diberikan umumnya telah diajarkan atau dilatih di kelas. Selain itu siswa seringkali memperoleh bimbingan dari orangtua atau pihak lain saat mengerjakan tugas. Bimbingan tersebut bukan hanya bertujuan menolong siswa menyelesaikan tugas sekolah, tetapi juga menolong siswa untuk memiliki model dan belajar memiliki tanggung jawab serta inisiatif personal dalam menghadapi tuntutan sekolah yang semakin besar pada jenjang pendidikan berikutnya. Memasuki jenjang yang lebih tinggi seperti SMP dan SMU, tuntutan akademik yang diberikan menjadi lebih beragam dan membutuhkan inisiatif yang lebih besar misalnya dengan meminta bantuan guru, teman atau pihak lain saat mengalami kesulitan. Mahasiswa yang memiliki model maupun yang lebih banyak terlibat dalam kegiatan membaca bersama lingkungan ternyata lebih banyak membaca berbagai jenis bahan bacaan. Melalui hal ini mahasiswa menemukan karakteristik bahan bacaan yang beragam dan pengalaman tersebut memungkinkan mahasiswa

12 untuk menggunakan strategi yang beragam saat membaca untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai karakteristik bahan bacaan. Pengalaman-pengalaman tersebut memberikan model bagi mahasiswa tentang kemampuan untuk mempertahankan usaha secara terus menerus saat melakukan kegiatan membaca. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Vygostky (1978) bahwa mahasiswa yang merupakan pembaca strategis atau yang dikatakan memiliki Self-Regulation pada umumnya telah memperoleh dukungan dari rumah maupun sekolah karena dukungan dari lingkungan memperkaya kemampuan metakognisi dan meningkatkan motivasi mahasiswa saat membaca. Di perguruan tinggi, mahasiswa menghadapi tugas kuliah berupa tugas mandiri yang lebih banyak dan beragam. Hal ini juga menjadi lebih sulit karena mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai konsep ilmu tetapi juga mampu menerapkannya dalam konteks dalam situasi sehari-hari sehingga mahasiswa harus memiliki insiatif dan usaha yang lebih besar untuk memenuhi standar tugas yang diberikan. Dalam usaha memenuhi tugas-tugas tersebut, salah satu cara yang dilakukan adalah membaca beberapa buku teks. Pugh & Pawan (dalam Caverly & Flippo, 2000) mengungkapkan bahwa buku teks umumnya memiliki sebuah paragraf yang memaparkan hasil penelitian, mengandung konsep dalam jumlah besar, merupakan gabungan informasi, menggunakan istilah khusus yang umumnya merupakan materi pelajaran, berisi berbagai cara dalam memaparkan informasi yang mencakup bacaan, tabel dan grafik, foto dan ilustrasi, anekdot, tersusun dengan sangat sistematis, serta memuat kesimpulan. Tujuan utama teks informasi adalah mengkomunikasikan

13 informasi sehingga mahasiswa sebagai pembaca dapat mempelajari sesuatu melalui kegiatan membaca. Ditinjau dari perkembangan kognitif, mahasiswa angkatan 2005 umumnya berusia antara 18 21 tahun dan berada pada tahap remaja akhir. Menurut Piaget, tahap ini ditandai oleh kemampuan berpikir formal operasional, yaitu kemampuan untuk berpikir mengenai konsep abstrak dan hipotesis. Sejalan dengan hal ini, beberapa ahli juga memandang bahwa pada masa remaja terjadi peningkatan kemampuan untuk melakukan pengolahan informasi, yaitu mampu memusatkan perhatian pada tugas yang kompleks, mampu menyimpan informasi untuk sementara, kecepatan mengolah informasi semakin meningkat, mampu untuk merencanakan strategi sesuai dengan situasi yang dihadapi dan mampu mengenali pikiran yang dimilikinya. Kelima ciri ini memungkinkan mahasiswa untuk mengolah informasi dan mengerjakan tugas yang lebih kompleks, misalnya dalam kegiatan membaca (Steinberg, 2004). Hal ini misalnya berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk memantau proses membaca yang dilakukan dan melakukan perencanaan terhadap kegiatan membaca yang akan dilakukan. Kemampuan yang dituliskan diatas merupakan salah satu bagian kemampuan Self-Regulation fase Volitional Control dalam proses belajar. Zimmerman mendefinisikan Self-Regulation sebagai kemampuan mengarahkan pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang terencana dan berupa siklus dalam usaha untuk mencapai tujuan pribadi (Paris & Paris, 2004). Dalam situasi akademis, Zimmerman (1990) memberikan definisi yang lebih spesifik mengenai Self-Regulation, yaitu situasi saat seorang pelajar secara aktif dan terus menerus

14 mengarahkan pikiran, tindakan dan sikapnya untuk mencapai tujuan belajar. Dapat dikatakan bahwa Self-Regulation menolong mahasiswa untuk merencanakan dan mengatur proses internal dalam diri untuk menghadapi tuntutan lingkungan secara proaktif. Proses Self-Regulation terdiri atas tiga fase yang berupa siklus, yaitu fase Forethought, Volitional dan fase Self-Reflection. Fase Forethought mengacu kepada proses dan kepercayaan yang terjadi sebelum melakukan usaha membaca buku teks. Fase ini dilanjutkan dengan fase Volitional Control yang mengacu kepada proses selama melakukan tingkah laku membaca buku teks. Selanjutnya berlangsung fase ketiga, yaitu Fase Self-Reflection yang mengacu kepada proses yang terjadi setiap kali setelah usaha membaca buku teks berlangsung. Fase Self- Reflection akan dilanjutkan kembali dengan fase Forethought dan seterusnya sehingga senantiasa berupa siklus yang berlangsung terus menerus (Zimmerman dalam Zimmerman, 2002). Corno (1994) mendefinisikan fase Volitional Control sebagai kecenderungan untuk mempertahankan fokus dan usaha terhadap tujuan serta mengabaikan gangguan yang potensial. Fase ini terdiri atas Self-Control dan Self- Observation. Self-Control membantu mahasiswa untuk menjaga fokus pada tujuan yang telah ditetapkan dan memperbesar usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tahap ini mencakup bagaimana seorang mahasiswa melakukan proses untuk mencapai tujuan kegiatan membaca (self-instruction), kemampuan untuk membentuk gambaran mental saat membaca buku teks (imagery), kemampuan memfokuskan perhatian terhadap hal-hal yang membantu tercapainya

15 tujuan membaca dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan (attention-focusing), dan kemampuan untuk memilah bahan bacaan yang mendukung tercapainya tujuan membaca dan mengorganisasikannya secara bermakna (task-strategies). Tahap kedua, Self-Observation, adalah kemampuan pengamatan seorang mahasiswa untuk menelusuri kembali aspek-aspek khusus dan penting dalam kegiatan membaca. Hal ini mencakup kemampuan mahasiswa untuk mengamati kondisi saat melakukan kegiatan membaca dan pengaruhnya terhadap hasil membaca. Kemampuan Self-Observation memungkinkan mahasiswa untuk melakukan self-recording, yaitu kemampuan untuk melakukan pengamatan dengan segera, informatif, akurat dan bernilai terhadap kegiatan membaca yang telah dilakukannya. Self observation menolong mahasiswa untuk melakukan langkah - langkah baru yang lebih sesuai dan efektif dalam melakukan kegiatan membaca untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (self experiment). Dalam membaca buku teks Berbahasa Indonesia, mahasiswa dapat memiliki derajat Self-Regulation fase Volitional Control yang berbeda-beda. Mahasiswa yang memiliki derajat Self-Regulation fase Volitional Control tinggi, secara konsisten mampu merencanakan dan mengarahkan pikiran, tindakan dan perasaannya untuk mencapai tujuan membaca. Kemampuan tersebut misalnya berusaha memusatkan perhatian saat membaca buku dengan memadamkan televisi dan melakukan pemantauan saat membaca. Mahasiswa yang memiliki derajat sedang sudah mampu merencanakan dan mengarahkan pikiran, tindakan dan perasaannya untuk membaca meskipun hal ini mungkin belum berlangsung secara konsisten. Namun mahasiswa yang memiliki derajat Self-Regulation fase

16 Volitional Control rendah belum mampu melakukan usaha untuk mencapai tujuan membaca, bahkan tidak mengurangi atau meniadakan stimulus-stimulus lain yang dapat mengganggu konsentrasi saat membaca. Terkait dengan hal tersebut, dapat ditemukan mahasiswa angkatan 2005 yang memiliki Self-Regulation fase Volitional Control dalam derajat yang rendah, sedang dan tinggi. Kerangka Pemikiran di atas dapat digambarkan oleh bagan berikut: Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir

17 1.6 Asumsi Mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X Kota Bandung telah memiliki kemampuan kognitif untuk melakukan Self-Regulation Fase Volitional Control dalam membaca buku teks berbahasa Indonesia. 1. Self-Regulation Fase Volitional Control pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X Kota Bandung mengarahkan tingkah laku mahasiswa yang bersangkutan saat membaca buku teks berbahasa Indonesia. 2. Terdapat derajat Self-Regulation Fase Volitional Control yang beragam pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas X Kota Bandung dalam melakukan kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia.