BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai disiplin ilmu dan mampu mengembangkan daya pikir. informasi dan komunikasi dilandasi oleh perkembangan matematika.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan proses globalisasi, terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang ini kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Menurut NCTM (2000: 60) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Ketika siswa ditantang untuk berpikir dan bernalar tentang matematika dan untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan maupun tertulis, mereka belajar untuk menjadi jelas dan meyakinkan. Standar komunikasi matematis di dalam NCTM (2000: 268) yaitu mengorganisasikan dan mengkonsolidasi berpikir matematis mereka melalui komunikasi, mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka secara koheren dan jelas kepada teman-teman, guru dan orang lain, menganalisis dan mengevaluasi berfikir matematis dan strategi yang lain, menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide matematis secara benar. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk memberikan penjelasan terhadap setiap jawabannya serta memberikan respon atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. 7

8 Mardiyah (2014: 12) mengemukakan bahwa melalui kemampuan komunikasi, gagasan atau ide dapat dieksploitasi, memudahkan siswa dalam membangun pemahaman yang diperolehnya, serta siswa ditantang untuk berpikir tentang matematika, dan siswa diharapkan mampu mengkomunikasikan hasilhasil pemikiran mereka secara lisan ataupun tulisan. Proses komunikasi yang baik berpotensi dalam memicu ide-ide dan membangun pengetahuan matematikanya. Dengan cara yang demikian, siswa akan menjadi lebih kompeten dalam memahami konsep-konsep matematis. Menurut Izzati dan Suryadi (2010: 728) menyatakan bahwa komunikasi matematis dipahami sebagai alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Mengingat komunikasi matematis mempunyai peranan penting dalam setiap proses matematis maka dari itu komunikasi matematis sudah seharusnya menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika saat ini. Menurut Sumarno (2006: 3-4) komunikasi matematis meliputi kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematis, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang

9 matematika, membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan, membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi. Menurut Kennedyet al (2008: 21) komunikasi matematis merupakan dasar untukbelajar matematikayaitu untukmembacadan bahasaseni. Padasetiap pelajaran, anak-anakberbagipemikiran merekadan meningkatkanpenalaranmerekamelalui diskusilisan, deskripsi tertulis, jurnal, dan grafik. Polaberkomunikasinya yaitu merekamelambangkandengan gambar dansimbol. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematis yang dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat berupa gambar, simbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan disertai dengan penjelasan untuk memperjelas ide-ide matematis mereka. b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi matematis secara tertulis yaitu sebagai berikut: 1). Dapat mengekspresikan ide-ide matematis secara tertulis. 2). Dapat mengubah bentuk uraian ke dalam model matematis.

10 3). Dapat memberikan respon/jawaban yang lengkap, penjelasan yang jelas dan pembahasan tidak membingungkan. 2. Self-Efficacy Menurut Ubaedy (2007: 10) self-efficacy yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan atas kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus. Menurut Lenz dan Shortridge-baggett (2002: 13) menyatakan selfefficacymerupakan sesuatu yang penting, self-efficacymerupakan keyakinan seseorang bahwa seseorang dapat melakukan tingkah laku khusus yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bandura (1997: 3) mendefinisikan bahwa self-efficacysebagai keyakinanseseorang atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Self-efficacy dapat mempengaruhi tindakan mereka dalam mencapai sesuatu, berapa banyak usaha yang diupayakan, berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketahanan mereka terhadap kesulitan. Self-efficacy merupakan faktor kunci sumber tindakan manusia (human egency),apa yang orang pikirkan, percaya, dan rasakan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak. Jadi, self-efficacy merupakan keyakinan atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu agar berhasil di dalam tugas serta dapat mengarahkan ke dalam pemilihan perilaku seseorang.

11 Faktor-faktor (sumber) yang mempengaruhi self-efficacymenurut Bandura (1997: 79) yaituenactive mastery experiences, vicarious experiences,verbal persuasion and physiological and affective statesyang dijabarkan sebagai berikut: a. Pengalaman tuntas (enactive mastery experiences) Pengalaman tuntas merupakan sumber yang palingberpengaruhdari self-efficacy, yang menyebabkan perasaan kuat. Keberhasilan membangun keyakinan yang kuat dalam keberhasilan seseorang, kegagalan menghambat keyakinan seseorang, terutama apabila kegagalan terjadi sebelum keyakinan itu terbentuk secara kuat. Jika seseorang mengalami keberhasilan yang mudah dicapai, mereka akan mengharapkan hasil yang cepat dan mudah menyerah jika menghadapi kegagalan. Keyakinan yang kuat memerlukan pengalaman dan usaha yang gigih dalam menghadapi suatu rintangan. Dengan kata lain keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self-efficacyyang dimiliki seseorang, sedangkan kegagalan akan menurunkan self-efficacy-nya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan self-efficacy. Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada

12 peningkatan self-efficacy-nya. Ketika kegagalan kecil yang dihadapi, individu memiliki kesempatan untuk melakukan penyesuaian tindakan yang diambil dan melakukan kontrol yang lebih baik atas apa yang sedang terjadi. b. Pengalaman orang lain (vicarious experiences) Sumber self-efficacy yang kedua yaitu vicarious experiencesmerupakan pengalaman yang mengacu pada pengalaman orang lain yang digunakan sebagai model. Pencapaian orang lain yang mirip dengan diri sendiri dinilai sebagai diagnostik kemampuan sendiri.dengan demikian, dengan melihat atau membayangkan orang yang mirip dengan diri sendiri berhasil, biasanya menimbulkan keyakinan keberhasilan bahwa mereka sendiri memiliki kemampuan untuk menguasai kegiatan yang sebanding. Mereka membujuk diri mereka sendiri bahwa jika orang lain bisa melakukannya, mereka juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja mereka. Pengalaman orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self-efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Semakin besar kesamaan, maka semakin besar pula pengaruh keberhasilan dan kegagalan. Jika orang-orang memandang model-model sebagai sesuatu yang sangat berbeda dari dirinya, maka self-efficacy pada mereka tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh tingkah laku dan pencapaian model-model tersebut.

13 c. Persuasi verbal (verbalpersuasion) Persuasi sosial berfungsi sebagai sarana lanjut untuk memperkuat keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang mereka cari. Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. Persuasi verbal berfungsi untuk memperkuat perasaan keberhasilan ketika menghadapi kegagalan kecil.orang yang dibujuk secara verbal, mereka memiliki kemampuan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan, dan cenderung melakukan upaya yang lebih besar dan mempertahankannya daripada mereka memikirkan kekurangan ketika kesulitan muncul. d. Keadaan fisiologis dan afektif (physiological and affective states) Sebagian orang bergantung pada keadaan fisik dan keadaan emosional mereka dalam menilai kemampuan diri sendiri. Dalam aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dan stamina, orangorang menilai kelelahan mereka, rasa sakit dan rasa nyeri sebagai tanda penurunan fisik. Suasana hati juga mempengaruhi penilaian seseorang terhadap self-efficacy-nya. Mood positif memperkuat selfefficacy belief, mood negatif menurunkan self-efficacy belief. Bandura (1997: 4) menyebutkan beberapa manfaat dari selfefficacy yaitu sebagai berikut:

14 a. Pilihan perilaku Dengan adanya self-efficacy yang dimiliki, seseorang akan menetapkan tindakan apa yang akan ia lakukan dalam menghadapi suatu tugas untuk mencapai tujuan yang diiinginkannya. b. Pilihan karir Self-efficacy merupakan peran kunci dalam pengembangan dan pilihan karir seseorang. Bila seseorang merasa mampu melaksanakan tugas-tugas dalam karir tertentu maka biasanya ia akan memilih karir tesebut. c. Kuantitas usaha dan keinginan untuk bertahan pada suatu tugas Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi biasanya akan berusaha keras untuk menghadapi kesulitan dan bertahan dalam mengerjakan suatu tugas bila mereka telah mempunyai keterampilan prasyarat. Sedangkan individu yang mempunyai self-efficacy yang rendah akan terganggu oleh keraguan terhadap kemampuan diri dan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas. d. Kualitas usaha Penggunaan strategi dalam memproses suatu tugas secara lebih mendalam dan keterlibatan kognitif dalam belajar memiliki hubungan yang erat dengan self-efficacy yang tinggi.

15 MenurutLenz dan Shortridge-baggett (2002: 32) bahwa selfefficacy yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pilihan yang mereka buat, aspirasi mereka, banyaknya usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan, pola pikir mereka. Tiga dimensi self-efficacy menurut Bandura (1997: 42) yaitu sebagai berikut: a. Level/Magnitude Level/Magnitudeberkaitan dengan derajat/level kesulitan tugas yang dihadapi, di mana seseorang merasa mampu atau tidak untuk melakukannya. Penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Keyakinan seseorang berimplikasi pada pemilihan tingkah laku sesuai dengan tingkat kesulitan suatu tugas. Seseorang terlebih dahulu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuannya. b. Strenght Strenght merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahanya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Pengalaman

16 memiliki pengaruh terhadap self-efficacyyang diyakini seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi. c. Generality Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuannya melaksanakan tugas diberbagai aktivitas dan situasi tertentu. Aktivitas dan situasi yang bervariasi menuntut apakah seseorang merasa yakin atau tidak yakin atas kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Tiga dimensi self-efficacy menurut Zimmerman dan Cleary(2006: 47) yaitu sebagai berikut: a. Level Level berkaitan dengan tingkatan dari suatu tugas tertentu, seperti kesulitan yang bertambah pada soal-soal penjumlahan matematika. b. Strenght Strenght merupakan kekuatan keyakinan seseorang dalam mengerjakan tugas tertentu. c. Generality

17 Generality merupakan penilaian mengenai kemampuan seseorang dalam beberapa tugas atau aktivitas seperti mata pelajaran yang berbeda. Ciri ciri seseorang yang memiliki self-efficacy menurut Rahyubi (2012: 111): a. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi kemungkinan besar akan lebih bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai. b. Semakin sulit suatu tugas, maka keberhasilan dalam meraih selfefficacy tinggi akan tercapai. c. Self-efficacy akan semakin tinggi ketika mengamati keberhasilan orang lain. d. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggicenderung percaya dengan kemampuan dirinya sendiri. Ciri ciri seseorang yang memiliki self-efficacy menurut Omrod (2008: 22): a. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi lebih mungkin mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas baru dan gigih tidak mudah menyerah. b. Seseorang yang memiliki self-efficacy rendah akan lebih mungkin bersikap setengah hati dan begitu cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan.

18 c. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung lebih mungkin banyak belajar dan berprestasi dari pada seseorang yang memiliki selfefficacy rendah. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa ciri ciri seseorang yang memiliki self-efficacy yaitu sebagai berikut: a. Seseorang yang memiliki self-efficacy rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal. b. Seseorang yang memiliki self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit. c. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung mau mengerjakan tugas-tugas yang banyak, khususnya menantang dan sulit. d. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran dari pada seseorang yang memiliki self-efficacy rendah. Indikator self-efficacy pada penelitian ini dikembangkan dari dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Bandura (1997: 42), Zimmerman dan Cleary (2006: 47). Dimensi tersebut yaitu Magnitude/Level (Derajat kesulitan tugas yang dihadapi, dimana seseorang mampu atau tidak untuk melakukannya), Strenght (Kuatnya keyakinan

19 seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki), dan Generality (Keyakinan sesorang akan kemampuannya melaksanakan tugas diberbagai aktivitas atau situasi tertentu). Tabel 2.1 Indikator yang digunakan dalam penelitian Dimensi / Komponen Indikator Magnitude/Level (Derajat kesulitan tugas yang dihadapi, dimana seseorang mampu atau tidak untuk melakukannya) Strenght (Kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki) Generality (Keyakinan sesorang akan kemampuannya melaksanakan tugas di berbagai aktivitas atau situasi tertentu) 1. Mampu menyelesaikan tugas matematika. 2. Mampu menghadapi tugas matematika diluar kemampuan. 1. Bertahan dan ulet dalam mengerjakan soal matematika. 2. Kegigihan dalam menghadapi tugas matematika. 3. Pengaruh pengalaman pribadi. 1. Konsisten pada tugas matematika dan aktivitas. 2. Kesiapan menghadapi situasi. 3. Mengarahkan perilaku. 3. Materi Segitiga dan Segiempat SK : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya. KD : 6. 3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. (BSNP, 2006:148)

20 Indikator : 6.3.1 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan segitiga. 6.3.2 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persegi panjang. 6.3.3 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persegi. 6.3.4 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan jajargenjang. 6.3.5 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan belah ketupat. 6.3.6 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan layanglayang. 6.3.7 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan trapesium. B. Penelitian Relevan 1. Dewanto (2008: 129) menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy mahasiswa makin tinggi pula kemampuan representasi multiple matematisnya, yang artinya keyakinan diri berkorelasi positif dengan kemampuan matematis. 2. Kurniawati (2014: 1) menunjukkan bahwa kecemasan dan self-efficacy siswa secara bersama-sama berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah dengan nilai koefisien determinasi sebesar 31,15%. Ini berarti bahwa, self-efficacyberpengaruh terhadap kemampuan matematis siswa.

21 3. Nugrahwaty dan Utomo (2012: 7) menunjukkan bahwa komunikasi matematis siswa berkemampuan tinggi sangat baik karena memenuhi empat indikator komunikasi matematis, subjek berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah sangat teliti dan dapat menggunakan lebih dari satu cara untuk menyelesaikan masalah matematis, dalam menggunakan bahasa dan simbol secara baik atau tepat, dalam kemampuan komunikasi matematis menyelesaikan masalah sistem persaman linier dua variabel sangat baik. Kemampuan komunikasi matematis siswa berkemampuan sedang cukup baik karena dapat memenuhi tiga indikator komunikasi matematis, subjek berkemampuan sedang dalam menyelesaikan masalah matematis cukup teliti karena subjek berkemampuan sedang selalu membaca soal lebih dari satu kali untuk memastikan soal tersebut dan hanya dapat menggunakan satu cara untuk menyelesaikan masalah matematis tetapi subjek berkemampuan sedang tidak pernah memeriksa ulang jawaban yang dihitungnya, dalam menggunakan bahasa dan simbol cukup baik, dalam kemampuan komunikasi matematis menyelesaikan masalah sistem persamaan linier dua variabel cukup baik. Serta kemampuan siswa berkemampuan rendah kurang baik karena hanya bisa memenuhi dua indikator komunikasi matematis, subjek berkemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah matematis kurang teliti karena subjek berkemampuan rendah hanya membaca soal satu kali dan hanya dapat menggunakan satu cara untuk menyelesaikan masalah matematis tetapi subjek berkemampuan rendah

22 selalu memeriksa ulang jawaban yang dihitungnya, dalam menggunakan bahasa dan simbol kurang begitu baik, dalam kemampuan komunikasi matematis menyelesaikan maslah sistem persaman linier duan variabel kurang begitu baik. Berdasarkan uraian di atas, perbedaan dengan penelitian ini yaitu akan dideskripsikan mengenai gambaran kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy serta keterkaitan antara kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa dengan materi segitiga dan segiempat. Peneliti memilih materi segitiga dan segiempat dikarenakan peneliti menduga bahwa dengan materi tersebut dapat memunculkan soal-soal yang sesuai dengan indikator-indikator kemampuan komunikasi pada penelitian ini. C. Kerangka Pikir Komunikasi matematis adalah suatu cara untuk menyampaikan ide-ide permasalahan, strategi maupun solusi matematika. Komunikasi matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Sehingga komunikasi di dalam matematika merupakan hal yang penting sebagai usaha siswa untuk mengembangkan kemampuan matematika mereka. Tanpa adanya komunikasi, kita mempunyai sedikit keterangan (bukti), data dan faktatentang pemahaman siswa dalam melakukan penerapan dari proses-proses matematis. Ini berarti, dengan adanya komunikasi kita menjadi lebih berhati-hati untuk tidak berasumsi bahwa siswa memahami

23 konsep/proses didalam matematika ketika mereka tidak mengekspresikan ideide mereka secara jelas pada mata pelajaran tersebut. Selain kemampuan komunikasi matematis, hal yang tidak kalah penting yaitu mengenai self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan menentukan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku. Self-efficacypada akhirnya mempengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka, pilihan aktivitas, tujuan, dan usaha. Self-efficacyterkait dengan penilaian seseorang akan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Individu yang mempunyai self-efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha, sedangkan individu yang memiliki self-efficacy rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya kemampuan. Dimensi dari self-efficacy adalah magnitude/level, strenght dan generality, dimensi-dimensi tersebut yang akan dijadikan acuan untuk menggambarkan self-efficacy seseorang. Self-Efficacy merupakan percaya diri yang berbasis potensi, seseorang bisa berkomunikasi itupun harus mempunyai kompetensi, tanpa kompetensi sulit untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Individu dengan self-efficacy yang tinggi dimungkinkan akan mampu mengkomunikasikan gagasan dengan tindakan yang bijak dan dapat berlangsung efektif. Self-efficacy yang tinggi dimungkinkan akan mempunyai hubungan dengan kemampuan komunikasi matematis yang tinggi yang selanjutnya berpengaruh terhadap kemampuan memahami konsep matematika, demikian juga apabila seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi matematis

24 yang tinggi juga diduga akan menumbuhkan self-efficacy dalam diri siswa. Self-efficacy yang rendah dimungkinkan kemampuan komunikasi matematis juga rendah. Oleh karena itu, diduga bahwa terdapat adanya keterkaitan antara self-efficacy dan kemampuan komunikasi matematis. A. Tempat Dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Jatilawang, terletak di Jalan Pramuka No. 03 Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, kode pos 53174 dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena data yang terkumpul berbentuk tulisan, kata-kata, atau gambar. Selain itu dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada gambaran tentang kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dan self-efficacy siswa, kemudian data yang diperoleh dipaparkan dalam rangkaian kalimat.penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (verification/conclusion drawing).(sugiyono, 2014: 334) C. Desain Penelitian Penelitian iniakan menggambarkan tentang kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dan self-efficacy siswa, data yang diperoleh dipaparkan dalam rangkaian kalimat.