VIll. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Produksi karet alam Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik, luas areal, upah tenaga kerja dan produksi karet alam bedakala, tetapi tidak responsif (inelastis) terhadap perubahan harga dornestik, luas areal dan upah tenaga kerja di sektor perkebunan. 2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih responsif terhadap perubahan produksi dibandingkan terhadap perubahan harga ekspor, nilai tukar Rupiah terhadap US$ dan pajak ekspor. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Korea Selatan lebih responsif terhadap perubahan harga ekspor dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain itu juga responsif terhadap pajak ekspor dalam jangka panjang. 3. Penawaran ekspor karet alam Malaysia lebih responsif terhadap perubahan produksi dibanding terhadap perubahan harga ekspor dan nilai tukar. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Thailand tidak responsif terhadap harga ekspor, produksi maupun nilai tukar dalam jangka pendek. 4. Permintaan impor karet alam Singapura lebih responsif terhadap perubahan harga impor dalam jangka ~anjan~. Sedangkan permintaan impor karet alam Korea Selatan lebih responsif terhadap perubahan pendapatan dalam jangka
panjmg. Untuk permintaan karet dam Amerika Serikat dan Jepang tidak responsif terhadap perubahan harga impor, nilai tukar ataupun perubahan pendapatan per kapita. 5. Harga karet alam internasional dipengaruhi oleh rasio total permintaan impor dan total penawaran ekspor dan harga karet dam internasional beda kala. Dalam jangka pendek dan jangka panjang harga karet alam internasional sangat responsif terhadap rasio total permintaan impor dengan total penawaran ekspor karet alam intemasional. 6. Harga impor karet dam masing-masing negara importir utama dipengaruhi oleh harga karet alam internasional dan harga impor beda kala masing-masing negara. Dimana harga impor karet alam Singapura dan Jepang dalam jangka panjang lebih responsif terhadap perubahan harga karet alam internasional. 7. Harga ekspor karet dam Indonesia lebii responsif terhadap perubahan harga karet alam internasional dalam jangka panjang. 8. Harga domestik dipengaruhi oleh harga ekspor, jumlah permintaan domestik, nilai tukar dan harga domestik beda kala, diiana harga domestik sangat responsif terhadap perubahan jumlah permintaan domestik dalam jangka panjang. 9. Dampak altematif perubahan faktor internal dan eksternal terhadap produksi, ekspor, impor dm harga karet alam, menunjukkan : a. Peningkatan upah, apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, peningkatan pajak ekspor, produksi karet alam Indonesia tuntn, komhiiasi depresiasi Rupiah dan peningkatan pajak ekspor, depresiasi
nilai tukar mata uang negara pesaing, kenaikan produksi karet alam negara pesaing dan depresiasi nilai tukar mata uang negara importir berdampak terhadap penurunan produksi karet dam asd Indonesia. Sedangkan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, kombiii peningkatan upah dan depresiasi Rupiah, produksi karet darn negara pesaing turun, apresiasi nilai tukar mata uang negara importir, peningkatan pendapatan perkapita negara importir serta kombiiasi depresiasi nilai tukar mata uang negara importir dan peningkatan pendapatan perkapita negara improtir akan menyebabkan peningkatan produksi karet alam asd Indonesia. Namun altematif penurunan produksi karet darn negara pesaing memberi dampak relatif lebii besar terhadap perubahan harga internasional. b. Penawaran ekspor karet alam internasional akan meningkat apabila terjadi depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, kombiii peningkatan upah dan depresiasi Rupiah, depresiasi dai tukar mata uang negara pesaing, produksi karet alam negara pesaing naik, apresiasi nilai tukar mata uang negara importir, peningkatan pendapatan perkapita negara importir serta komb'ii depresiasi nilai tukar mata uang negara importir dan peningkatan pendapatan perkapita negara improtir. Akan tetapi dampak yang diakibatkan oleh produksi karet alam negara pesaing naik adalah relatif lebih besar. Sedangkan jika tingkat upah naik, apresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US$, pajak ekspor dinaikkan, produksi karet dam Indonesia turun, kombinasi depresiasi Rupiah dan
kenaikan pajak ekspor, produksi karet alam negara pesaing turun, dan depresiasi nilai tukar mata uang negara importir akan menyebabkan penawaran ekspor karet alam internasional turun, dimana alternatif produksi karet alam negara pesaing turun berdampak lebih besar. c. Penurunan total penawaran ekspor karet alam internasional berdampak relatif besar jika dibandingkan dengan peningkatan total permintaan impor karet alam internasional terhadap pembahan harga karet alam internasional. d. Depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, kombinasi peningkatan upah dan depresiasi Rupiah, depresiasi nilai tukar mata uang negara pesaing, kenaikan produksi karet alam negara pesaing akan berdampak yang sama yaitu naiknya permintaan impor negara-negara importir dan turunnya harga karet alam internasional. 10. Dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap perubahan tingkat kesejahteraan produsen dan konsumen, penerimaan pemerintah dari pajak ekspor dan kesejahteraan bersih serta penerimaan devisa ekspor karet alam Indonesia, menunjukkan : a. Perubahan faktor internal dan eksternal yang menguntungkan produsen adalah: (1) depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$25%, (2) produksi karet alam Indonesia turun 4%, (3) produksi karet alam Indonesia turun lo%, (4) kombinasi antara tingkat upah naik 20% dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$ 25%, (5) produksi karet alam negara pesaing turun lo%, (6) apresiasi nilai tukar mata uang negara
importir lo%, (7) pendapatan perkapita negara importir naik 5%, dan (8) kombinasi depresiasi nilai tukar mata uang negara importir 10% dan pendapatan perkapita negara importir naik 5%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi yang diiringi dengan peningkatan harga karet alam Indonesia di pasar domestik. b. Pembahan faktor internal dan eksternal yang menguntungkan konsumen adalah: (1) apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$ lo%, (2) pajak ekspor naik 5%, (3) kombinasi depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$ 25% dan pajak ekspor naik 5%, (4) depresiasi nilai tukar mata uang negara pesaing 25%, (5) produksi karet alam negara pesaing naik lo%, dan (6) depresiasi nilai tukar mata uang negara importlr 10%. Hal ini temtama disebabkan oleh penurunan harga karet alam di pasar domestik Indonesia lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pemintaan karet alam di pasar domestik. c. Penenmaan pemerintah dari pajak ekspor karet alam mulai tahun 1982 sampai sekarang adalah no1 persen (tidak ada pajak ekspor). Jika pajak ekspor karet alam naik sebesar 5% maka penerimaan pemerintah dari pajak ekspor yang terbesar adalah akibat dari perubahan alternatif simulasi: (1) kombinasi simulasi depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$25% dan pajak ekspor naik 5%, dan (2) pajak ekspor naik 5%. d. Dengan adanya perubahan faktor internal dan eksternal ini maka kesejahteraan bersih yang terbesar adalah akibat dari perubahan alternatif simulasi : (1) pajak ekspor naik 5%, (2) depresiasi nilai
tukar Rupiah terhadap US$25%, (3) kombinasi antara tingkat upah naik 20% dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$ 25%, (4) kombinasi simulasi depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$ 25% dan pajak ekspor naik 5%, (5) produksi karet alam negara pesaing turun lo%, (6) pendapatan perkapita negara importir naik 5%, (7) produksi karet alam Indonesia turun lo%, (8) ) kombinasi simulasi depresiasi nilai tukar mata uang negara importir 10% dan pendapatan perkapita negara importir naik 5%, (9) produksi karet alam Indonesia turun 4%, dan (10) apresiasi nilai tukar mata uang negara importir 10%. e. Perubahan faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan penerimaan devisa adalah: (1) depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$ 25%, dan (2) kombinasi antara tingkat upah naik 20% dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$ 25%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan volume ekspor karet alam Indonesia lebih besar dibandingkan dengan penurunan harga ekspor karet alam Indonesia.. Selain itu faktor ekonomi yang juga memberikan peningkatan pada devisa ekspor adalah simulasi: (3) produksi karet alam negara pesaing turun lo%, (4) apresiasi nilai tukar ~nata uang negara importir lo%, (5) pendapatan perkapita negara importir naik 5%, serta (6) kombinasi simulasi depresiasi nilai tukar mata uang negara importir 10% dan pendapatan perkapita negara importir naik 5%. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga ekspor karet alarn Indonesia yang diiringi dengan peningkatan volume ekspomya.
8.2. SARAN 1. Harga karet alam domestik tidak responsif terhadap perubahan harga ekspor. Hal ini berarti, perubahan harga ekspor karet alam lamban ditransrnisi ke harga domestik. Oleh karena itu, diperlukan suatu informi harga yang bail agar dapat dirnanfaatkan oleh petani karet. 2. Mengingat alternatif perubahan faktor internal dan eksternal (depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, peningkatan pajak ekspor, kombiii peningkatan upah dan depresiasi Rupiah, kombinasi depresiasi Rupiah dan peningkatan pajak ekspor, depresiasi nilai tukar mata uang negara pesaing, kenaikan produksi karet alanl negara pesaing, dan depresiasi nilai tukar mata uang negara importir) yang menyebabkan penurunan harga domestik ataupun penurunan harga ekspor ditingkat eksportir, maka beberapa alternatif upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : (I) pengdihan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke pasar domestik melalui pengembangan industri dalam negeri yang menggunakan karet alam sebagai bahan baku, dan (2) memperluas pasar ekspor karet dam Indonesia ke negara-negara importir yang potensial serta melakukan diversifikasi produk ekspor. 3. Guna pengembangan studi mengenai karet alam, beberapa saran untuk penelitian lanjutan adalah : a. Oleh karena karet alam merupakan bahan baku untuk industri ban, sepatu karet dan produk olahan karet yang lainnya maka perlu dianalisis prilaku
penawaran dan permintaan dari produk-produk karet alam seperti ban, sepatu karet dan produk olahan karet yang lainnya. b. Data permintaan impor karet alam yang ada pada setiap negara import? karet alam dilakukan secara agregat tanpa membedakannya menurut industri yang menggunakan komoditi ini sebagai bahan baku. Oleh karena itu, dalam penelitian lanjutan persamaan impor perlu disagregasi berdasarkan jenis industri.