PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA FLIP CHART DAPAT MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN PADA ANAK TK

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA WAYANG KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK KELOMPOK A

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK KELOMPOK A1

PENERAPAN PERMAINAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANAK KELOMPOK A1 TK NEGERI PEMBINA DENPASAR

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B TK KUMARA ADI 1 DENPASAR

PENERAPAN MODEL PAKEM BERBANTUAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PLASTISIN UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI MODEL TIME TOKEN BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA ANAK

PENERAPAN METODE TEBAK KATA BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA LISAN ANAK KELOMPOK A TK KUMARA JAYA DENPASAR

PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA PUZZLE ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM PENGENALAN BILANGAN

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL PADA ANAK

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MELALUI PERCOBAAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 3, Nomor 3, Juli 2014 ISSN

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Media Gelang Karet Pada Anak Kelompok A

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

TAHUN AJARAN 2015/2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN IPA

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI BERMAIN BALOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUKURAN MELALUI BERMAIN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK B TK KEMALA BHAYANGKARI 1 DENPASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE

PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA LOTTO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK KELOMPOK B1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A

PENERAPAN METODE BERMAIN MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK KELOMPOK A

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

Layil Safitri PGSD Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

PENERAPAN MODEL GI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA X2 SMA NEGERI 4 SINGARAJA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MENULIS BAHASA INDONESIA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN KOLASE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B1 PAUD KUSUMA 2 DENPASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB BERBANTUAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B TK PUTRA SESANA ANTIGA, KARANGASEM

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS MELALUI EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK TK DWI RAHAYU KUMARA DENPASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA KELOMPOK A

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA WADAH TELUR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF KONSEP BILANGAN PADA ANAK

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA HAND PUPPET UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING BOLA VOLI

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK KELOMPOK B

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI USAHA MEMPERTAHANKAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING


e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN SATUA BALI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PENILAIAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KETERAMPILAN MENULIS PADA BAHASA INDONESIA

PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI BACAAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA BAHASA INGGRIS MELALUI BERNYANYI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK. Abstrak

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA POSTER DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM BAHASA INDONESIA TEMA CITA-CITAKU

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

IMPLEMENTASI METODE BERCERITA BONEKA JARI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA KELOMPOK B2 DI TK NEGERI BANGLI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEREMAS KERTAS PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI BERMAIN OUTDOOR PADA ANAK KELOMPOK B

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No.1, Tahun 2014 Elisa Rahma Saputri 25-35

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana

PENERAPAN METODE BERMAIN DENGAN MEDIA MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BICARA ANAK

PENERAPAN MODEL CRH BERBANTUAN MEDIA VISUAL 3D UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MATERI IPA SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN METODE MIND MAP DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN PATEMON GOMBONG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN MENCETAK PADA ANAK USIA 3 4 TAHUN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 TINGGARSARI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH IPA KELAS V

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

Andrefi Purjiningrum 1, Siti Wahyuningsih 2, Rukayah 2

UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA PENGOLAHAN BAHAN BEKAS PADA ANAK KELOMPOK A TK MUTIARA SURAKARTA AJARAN 2013/2014.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VB SD NO. 2 DALUNG

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

Upaya Meningkatkan Perilaku Empati Anak Melalui Teknik Two Stay Two Stray pada Anak Kelompok B Tk Islam Bakti IX Kerten Tahun Pelajaran 2013/2014

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA JARI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK USIA DINI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

Kata kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), Aktivitas, dan Hasil Belajar Siswa ABSTRACT

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE BERMAIN ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH PUNGGAWAN TAHUN 2016/2017

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN ANAK Ni Md Desy Pratiwi Handaryani 1, Ni Wyn Suniasih 2, I Kt Adnyana Putra 3 1 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2,3 Jurusan Pendiidkan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail: desiipratiwi94@gmail.com 1, wyn_suniasih@yahoo.com 2, adnyana.putra54@gmail.com 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan setelah diterapkan model pembelajaaran talking stick pada anak Kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar yang berjumlah 29 orang, yang terdiri dari 16 orang anak perempuan dan 13 orang anak laki-laki. Objek penelitian adalah kemampuan bahasa lisan anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata persentase kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 sebesar 19%. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan bahasa lisan anak pada siklus I sebesar 66,12% dengan kriteria sedang menjadi 85,12% pada siklus II dengan kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak Kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata-kata kunci: model pembelajaran, talking stick, kemampuan bahasa lisan ABSTRACT This research aimed to increase the implementation of oral language skill after the implementation of talking stick learning model on group B2 TK Negeri Pembina Denpasar in school year of 2015/2016. This type of research was a classroom action research (CAR) conducted using two cycles. The subject in this study was the group B2 children TK Negeri Pembina Denpasar amounting 29 children, consisting of 16 famale children and 13 male children. The object of this research was children oral language skill. The collection of data on oral language skill used an instrument was observation. The data method analysis used descriptive statistical analysis method and quantitative descriptive analysis method. The results showed that an increase in oral language skill children of group B2 of 19%. It is know from in crease in the average percentage oral language skill of children in the first cycle of 66,12% with moderate criteria amounted to 85,12% in the second cycle which was on high criteria. It can be concluded that the implementation of talking stick learning model can improve oral language skill on group B2 children at tk Negeri Pembina Denpasar school year 2015/2016. Keywords: learning model, talking stick, oral language skill

PENDAHULUAN Anak usia dini ialah anak pada kisaran usia 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan luar biasa sehingga memunculkan keunikan pada dirinya (Fadlillah, 2012:19). Pada usia ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Semakin sering anak diberikan suatu rangsangan ataupun latihanlatihan maka akan menjadi suatu kebiasaan. Menanamkan nilai-nilai kebaikan yang nantinya dapat membentuk kepribadian anak sangat tepat dilakukan pada usia ini. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki dalam setiap tahapan perkembangan anak. Stimulasi yang diberikan pada setiap tahap perkembangan akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Mulyasa, 2012:48). Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman belajar dari lingkungan melalui pengamatan, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Menurut Fadlillah (2012:73) pendidikan bagi anak usia dini berfungsi untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, mengenalkan anak dengan dunia sekitar, serta memberikan kesempatan pada anak menikmati masa bermainnya. Pada usia ini berbagai pertumbuhan serta perkembangan mulai dan sedang berlangsung, seperti perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kognitif, bahasa, sosioemosinal serta nilai agama dan moral. Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini dilaksanakan melalui bermain. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak yang bersifat aktif dalam mengeksplorasi lingkungannya. Bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran pada anak usia dini. Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak diarahkan pada pengembangan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran pada anak usia dini harus dirancang agar anak tidak merasa dibebani. Perkembangan anak usia dini merupakan masa saat semua aspek dalam dirinya sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian stimulasi, rangsangan atau pengalaman kepada anak juga dapat menjadi pemicu keberhasilan dalam perkembangan anak. Menurut Mustofa (2015:43), perkembangan adalah proses atau tahapan proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Perkembangan sebagai perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih sempurna. Perkembangan akan berlanjut terus menerus hingga akhir hayat. Salah satu aspek perkembangan yang dikembangkan pada anak usia dini di taman kanak-kanak adalah perkembangan bahasa. Bahasa bagi seorang anak sangatlah penting. Menurut Mulyasa (2012:116), bahasa adalah suatu kemampuan untuk mengekpresikan suatu yang dialami dan dipikirkan oleh anak dan kemampuan untuk menangkap pesan dari lawan bicara. Melalui bahasa anak dapat mengembangkan kemampuan kreativitasnya melalui kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah diperdengarkan, berbagi pengalaman, sosiodrama atau mengarang cerita. Menurut Susanto (2011:36), bahasa yang dimiliki oleh anak adalah bahasa dari hasil pengolahan dan telah berkembang. Ketika masih bayi anak menggunakan bahasa isyarat yang ditunjukkan melalui ekspresi wajah. Seiring dengan bertambahnya usia anak, maka akan terlihat kemajuan dalam berkomunikasi yang diucapkan secara lisan mulai dari kata per kata hingga lebih kompleks. Kemampuan seorang anak dalam berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak. Melalui bahasa anak dapat mengungkapkan keinginan dan pemikirannya mengenai suatu hal kepada orang lain. Menurut Damayanti dan Indrayanti (2015:15) ragam bahasa adalah variasi

bahasa menurut pemakaian yang berbedabeda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa Indonesia dibagi menjadi tiga jenis yaitu berdasarkan media, berdasarkan cara pandang penutur dan berdasarkan topik pembicaraan. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media atau sarana yang digunakan dbagi menjadi dua yaitu ragam bahasa lisan dan tulis. Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech). Setiap hari anak berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan keluarga di rumah. Menurut Dhieni (2011:4.5), ragam bahasa lisan terdiri dari menyimak dan berbicara, sedangkan yang termasuk ragam bahasa tulis adalah membaca dan menulis. Dalam penelitian ini difokuskan pada ragam bahasa lisan yang terdiri dari menyimak dan berbicara. Pada komunikasi lisan ini ketrampilan mendengarkan dan berbicara digunakan secara terpadu dan diharapkan kedua ketrampilan ini dapat berkembang secara bersama-sama. Menyimak merupakan salah satu ketrampilan dalam berkomunikasi. Menurut Nurjamal, dkk. (2011:2), menyimak merupakan ketrampilan yang pertama kali dipelajari dan dikuasai. Sejak bayi bahkan sejak dalam kandungan, anak sudah belajar menyimak. Dilanjutkan ketika lahir, proses menyimak secara terus menerus dilakukan dengan mendengarkan serta merekam setiap kata yang didengarkan. Sampai akhirnya, anak untuk pertama kali berbicara mengulang ucapan sebuah kata bermakna yang sederhana. Berbicara bukan sekedar pengucapan kata atau bunyi. Menurut Djiwandono (2008:118), berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan, sehingga lawan bicara dapat mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Agar dapat berkomunikasi dengan orang lain, individu harus memahami pemikiran orang lain serta memiliki kemampuan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan pada orang lain. Pada kehidupan sehari-hari anak akan senantiasa terlibat dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan bahasa lisan merupakan salah satu aspek dari tahap perkembangan anak usia dini yang hendak diperhatikan oleh pendidik di taman kanak-kanak. Dalam penelitian ini difokuskan pada ragam bahasa lisan yang terdiri dari menyimak dan berbicara. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Negeri Pembina Denpasar pada anak kelompok B2 yang berjumlah 29 orang, kemampuan bahasa lisan pada 18 orang anak belum berkembang dengan optimal. Hal tersebut disebabkan oleh 2 permasalahan yang ditemui saat melakukan observasi. Pertama, ketika guru meminta anak untuk mengemukakan pendapatnya, 7 orang anak menolak untuk maju ke depan kelas dan mengemukakan pendapatnya. Kedua, ketika guru bertanya, 12 orang anak hanya menggelengkan kepala. Jika anak mau menjawab, suara anak sangat kecil sehingga sulit untuk guru memahami ucapan anak. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan metode maupun model pembelajaran yang akan digunakan dan disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan serta kemampuan anak. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran talking stick. Pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada anak usia dini dapat menentukan keberhasilan dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak. Menurut Kurniasih dan Sani (2015:18), model pembelajaran merupakan sebuah prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan menarik untuk anak serta menerapkan pembelajaran yang berpusat pada anak dan dilaksanakan secara menyenangkan, menantang, sehingga dapat mendorong kreatifitas anak dalam merangkai kata-kata kemudian mengungkapkannya di depan kelas. Menurut Shoimin (2014:198), model pembelajaran talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Anak yang memegang tongkat wajib untuk mengemukakan pendapatnya.

Penerapan model pembelajaran talking stick dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan. Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan suatu model pembelajaran tertentu di dalam kelas hendaknya memperhatikan setiap langkah demi langkah dalam penerapannya agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Demikian pula dengan langkah-langkah melaksanakan model pembelajaran talking stick dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Menurut Aqib (2013:26) sintak pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut. (1) Guru menyiapkan sebuah tongkat. (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari. (3) Guru mengambil tongkat kemudian memberikan tongkat kepada anak dan anak yang mendapat tongkat menjawab pertanyaan dari guru. (4) Tongkat kemudian diberikan kepada anak lain dan guru memberikan pertanyaan lagi. (5) Guru membimbing serta memberikan kesimpulan. (6) Evaluasi. Penerapan model pembelajaran talking stick di Taman Kanakkanak dilakukan dengan memberikan sebuah tongkat pada anak secara bergantian sambil bernyanyi. Ketika lagu habis, anak yang memegang tongkat harus maju ke depan kelas. Anak kemudian diminta untuk mengemukakan pendapatnya berdasarkan tema pada hari itu. Pemilihan suatu model pembelajaran hendaknya memperhatikan kelebihankelebihan dari berbagai macam model pembelajaran yang akan diterapkan di dalam kelas. Demikian pula dengan model pembelajaran talking stick. Menurut Huda (2013: 225) model talking stick mampu menguji kesiapan anak, melatih ketrampilan dalam membaca dan memahami materi pembelajaran dengan cepat dan mengajak anak untuk selalu siap dalam situasi apapun. Pada anak usia dini kelebihan dari model pembelajaran talking stick adalah dengan model pembelajaran ini dapat menguji kesiapan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, memahami materi yang diberikan oleh guru, serta anak berani mengemukakan pendapat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilaksanakan suatu penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak. Oleh karena itu dirancang sebuah penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan Pada Anak Kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan setelah diterapkan model pembelajaran talking stick pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar yang terletak di jalan Daha Lumintang, Denpasar Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II di TK Negeri Pembina Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 Semester II TK Negeri Pembina Denpasar, dengan jumlah anak 29 orang, yang terdiri dari 16 orang anak perempuan dan 13 orang anak laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan bahasa lisan terkait penerapan model pembelajaran talking stick pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, menurut Sanjaya (2011:26), penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata. Menurut Trianto (2011:16), penelitian tidakan kelas merupakan suatu penelitian dengan mencermati kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Menurut Arikunto, dkk. (2015:1) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru untuk mengkaji masalah pembelajaran melalui refleksi diri, memperbaiki strategi dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan memberikan sebuah tindakan. Adapun tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam siklus tindakan. Setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Apabila penelitian tindakan kelas ini disajikan dalam bentuk gambar akan tampak sebagai berikut. Refleksi Refleksi? Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaa n Pelaksanaan Gambar 01. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto, dkk. 2015:42) (1) Perencanaan Tindakan. Pada tahap perencanaan tindakan ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyususn perencanaan ini ditentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati. Menentukan tingkat capaian perkembangan anak, menyusun peta konsep, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM), menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH), serta instrumen penilaian. (2) Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenai tindakan di kelas. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah dirumuskan dalam rancangan tindakan. (3) Pengamatan. Kegiatan pengamatan yang dilakukan pada saat tindakan sedang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pengamatan ini adalah mengamati kemampuan bahasa lisan anak setelah diterapkannya model pembelajaran talking stick. Pengamatan dilakukan secara langsung saat melaksanakan kegiatan pembelajaran agar memperoleh data yang akurat. (4) Refleksi. Kegiatan refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran talking stick. Kemudian merangkum kendala-kendala selama melakukan tindakan dan mencari solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode untuk memperoleh data yang akurat. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Menurut Hasan (2003:17) pengamatan atau observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun langsung dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti. Sedangkan menurut Sukardi (2012:78) observasi adalah instrumen yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Metode observasi merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek. Dalam penelitian ini, metode observasi

digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan bahasa lisan pada anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan anak dalam menerapkan model pembelajaran talking stick. Menurut Dimyati (2013:96) setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai dengan kemampuan anak yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu («), anak mulai berkembang dengan tanda bintang dua (««), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga («««), anak mampu lebih dari harapan dengan tanda bintang empat (««««). Pedoman observasi adalah alat yang digunakan untuk acuan pengamatan, untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan bahasa lisan anak. Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode Analisis Statistik Deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata atau mean (M), menghitung modus (Mo), menghitung median (Me), menyajikan ke dalam grafik. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang di lakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data kemampuan bahasa lisan yang ditentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkat kemampuan bahasa lisan yang diperoleh anak hasilnya dikonversikan dengan cara, membandingkan angka ratarata persen dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 sebagai berikut. Tabel 01. Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkat Kemampuan Bahasa Lisan Persentase Kemampuan Bahasa Lisan 90 100 80 89 65 79 55 64 0 54 Kriteria Kemampuan Bahasa Lisan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Sumber: Agung, 2014:145) Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II dan jika dikonversikan pada pedoman PAP Skala lima tentang tingkat kemampuan bahasa lisan anak berada pada rentang 80-89 dengan kriteria tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah subjek sebanyak 29 anak yang terdiri dari 16 orang anak perempuan dan 13 orang anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam II siklus. Tema yang digunakan pada saat penelitian ini berlangsung, mengikuti tema yang diterapkan oleh sekolah yaitu tema alat komunikasi. Data yang dikumpulkan adalah data tentang kemampuan bahasa lisan anak seletah diterapkan model pembelajaran talking stick. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016.

Pada siklus I dilaksanakan mulai dari tanggal 04 April sampai 09 April 2016 yang dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan untuk melaksanakan penerapan dan 1 kali untuk melaksanakan evaluasi. Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan berdasarkan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Peta Konsep, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (terlampir). Adapun tema pada siklus I ini adalah Tema Alat Komunikasi. Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan dalam grafik polygon pada gambar 2 menunjukkan bahwa Mo = 9 < Me = 10 < M = 10,58, sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data-data kemampuan bahasa lisan pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Denpasar cenderung rendah. Apabila digambarkan dalam bentuk grafik polygon akan tampak sebagai berikut. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 8 9 10 11 12 13 14 M=10,58 Me= 10 Mo= 9 Gambar 02. Grafik polygon kemampuan bahasa lisan siklus I Sedangkan untuk menghitung tingkat kemampuan bahasa lisan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persentase (M%) dengan Kriteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M%=66,12% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65-79 yang berarti bahwa tingkat kemampuan bahasa lisan anak pada siklus I berada pada kriteria sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan bahasa lisan pada siklus satu masih berada pada kriteria sedang. Adapun kendala-kendala dan kekurangan penerapan model pembelajaran talking stick pada siklus I adalah sebagai berikut. (1) Anak masih bingung dan tidak mentaati aturan yang telah disampaikan dalam menerapan model pembelajaran talking stick. (2) Ketika mendapat giliran bercerita, 7 orang anak hanya diam. Hal yang diucapkan anak masih sangat sedikit. (3) Anak yang tidak mendapat giliran bercerita tidak memperhatikan temannya yang ada di depan kelas. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, dalam melaksanakan siklus II dilakukan hal-hal sebagai berikut. (1) Menjelaskan kembali penerapan model pembelajaran talking stick pada anak dengan menyampaikan setiap langkah yang harus diikuti secara berurutan. (2) Membimbing dan memotivasi anak untuk bercerita dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana pada anak terkait hal yang akan diceritakan. (3) Memberikan arahan pada anak agar memperhatikan anak yang sedang bercerita di depan kelas. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan ke siklus II untuk peningkatan dan penyempurnaan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Denpasar. Pada siklus II dilaksanakan mulai dari tanggal 11 April sampai 16 April 2016 yang dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan untuk melaksanakan penerapan dan 1 kali untuk melaksanakan evaluasi. Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan berdasarkan hasil dari refleksi sikus I. Peta Konsep, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (terlampir). Adapun tema pada siklus II ini adalah Tema Alat Komunikasi. Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan dalam grafik polygon pada gambar

3 menunjukkan bahwa M = 13,62 < Me = 14 < Mo = 15, sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data-data kemampuan bahasa lisan pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Denpasar cenderung tinggi. Apabila disajikan dalam bentuk grafik polygon akan tampak sebagai berikut. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 11 12 13 14 15 16 17 Me = 14 M = 13,62 Mo=15 Gambar 03. Grafik polygon kemampuan bahasa lisan siklus II Sedangkan untuk menghitung tingkat kemampuan bahasa lisan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persentase (M%) dengan Kriteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M%=85,12% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89 yang berarti bahwa tingkat kemampuan bahasa lisan anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Setelah dilaksanakan perbaikan dari proses pembelajaran sikus I, dalam pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan yang dapat dilihat pada kemampuan bahasa lisan anak yang sebelumnya berada pada kriteria sedang meningkat menjadi kriteria tinggi. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. (1) Anak yang awalnya masih bingung dengan penerapan model pembelajaran talking stick sudah dapat mengikuti setiap langkah penerapannya secara berurutan. (2) Anak yang awalnya kurang berkonsentrasi dalam melaksanakan kegiatan sudah dapat memusatkan perhatiannya. (3) Anak yang mendapat giliran mengemukakan pendapat sudah dapat mengemukakan pendapatnya dengan baik. (4) Bimbingan serta motivasi tetap diberikan pada anak. Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak kelompok B2 berlangsung sesuai dengan perencanaan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase dari sikus I ke siklus II, sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan bahasa lisan anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar dengan menerapkan model pembelajaran talking stick. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I diperoleh rata-rata persentase yaitu 66,12% pada kategori sedang menjadi 85,12% pada siklus II dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan bahasa lisan anak dari siklus I ke siklus II mencapai 19%. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran talking stick sehingga terjadi peningkatan kemampuan bahasa lisan. Hasil ini didukung oleh pendapat Shoimin (2014:199) kelebihan dari model pembelajaran talking stick adalah menguji kesiapan anak dalam pembelajaran, melatih anak memahami materi dengan cepat, memacu agar anak lebih giat belajar, serta melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Martha (2015) menunjukkan bahwa rata-rata persentase kemampuan berbahasa lisan anak pada kelompok B3 semester II PAUD Kusuma 2 Denpasar meningkat setelah diterapkan

model pembelajaran talking stick sebesar 18.55%. Hal ini diketahui dari rata-rata persentase kemampuan berbahasa lisan anak siklus I yaitu 65.72% menjadi 84.27% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B3 semester II PAUD Kusuma 2 Denpasar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Denpasar. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase rata-rata kemampuan bahasa lisan pada siklus I, M% = 66,12% yang berada pada kategori sedang menjadi M% = 85,12% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.. Berdasarkan simpulan tersebut, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Kepada guru, agar dapat semakin kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang akan digunakan untuk dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak. (2) Kepada Kepala TK, agar dapat mengambil kebijakan yang paling tepat untuk membina guru-guru disekolah yang dipimpinnya dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan anak. (3) Kepada penelitian lain, yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait perkembangan bahasa dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian penelitian yang relevan. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publish. Arikunto, S. dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Damayanti dan Indrayanti. 2015. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Victory Inti Cipta Djiwandono, S. 2008. Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT Indeks. Dimyanti, J. 2013.Metodelogi Penelitian Pendidikan Dan Aplikasinya Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dhieni, N. dkk. 2011. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Fadlillah, M. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: AR-Ruzz Media. Hasan, I. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kurniasih, I dan Berlin S. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogjakarta: Kata Pena. Martha, Ni Made Ayu Julia. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Media Flip Chart Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Kelompok B3 PAUD Kusuma 2 Denpasar. E-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015). Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakara. Mustofa, B. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Parama Ilmu Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Nurjamal, D. dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Jogjakarta: AR-Ruzz. Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas Teori & Praktik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Yusuf, S. dan Nani S. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers.