PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas penilaian fungsi perkawinan sampai sejauh mana masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Oleh: IRSAM DIAN BACHTIAR C

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

PROSES PELAKSANAAN PERKAWINAN ANGGOTA TNI-AD DAN PERMASALAHANNYA (Studi di Wilayah KOREM 074 Warastratama)

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN PERKAWINAN BAGI ORANG YANG BERBEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

Transkripsi:

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta Oleh : RIYADI C 100 040 100 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita yang pada umumnya berasal dari lingkungan yang berbeda terutama dari lingkungan keluarga asalnya, kemudian mengikatkan diri untuk mencapai tujuan keluarga yang kekal dan bahagia. Maka dengan adanya Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan berlakunya secara efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975 yaitu sejak berlakunya Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang mana dalam pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yang berbunyi: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Kedewasaan dalam hal Fisik dan rohani dalam perkawinan adalah merupakan dasar untuk mencapai tujuan dan cita-cita dari perkawinan, walaupun demikian masih banyak juga anggota masyarakat kita yang kurang memperhatikan atau menyadarinya. Hal ini disebabkan adanya pengaruh lingkungan dan perkembangan sosial yang tidak memadai. 1 Prof.R.Subekti,S.H, Kitab Undang- undang Hukum Perdata,Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal.537.

2 Perkawinan tersebut harus ada persetujuan, dari kedua belah pihak calon mempelai secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain. Hal ini demi kebahagiaan hidup yang diinginkan dalam perkawinan tersebut. Segala sesuatu yang akan dilaksanakan perlu direncanakan dahulu agar membuahkan hasil yang baik, demikian pula dengan hidup berkeluarga (perkawinan). Salah satu yang perlu direncanakan sebelum berkeluarga atau menikah adalah berapa usia yang pantas bagi seorang pria maupun seorang wanita untuk melangsungkan pernikahan. Menurut ketentuan pasal 7 ayat (1) undang-undang no.1 tahun 1974 bahwa perkawinan itu hanya di ijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. 2 Namun dalam ketentuan ayat (2) undang-undang No.1 tahun 1974 menyatakan dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita. 3 Degan demikian perkawinan usia muda ini adalah perkawinan yang para pihaknya masih relative muda. Dengan demikian yang dimaksud dengan perkawinan usia muda dalam penelitian ini adalah sebagaimana disebut dalam pasal 7 undang- undang No. 1 tahun 1974 ayat (2),dengan demikian perkawinan usia muda ini adalah perkawinan yang para pihaknya masih sangat muda dan belum memenuhi persyaratan persyratan yang telah ditentukan dalam melakukan perkawinan. Sebagai mana telah diketahui bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang 2 Undang- undang Perkawinan, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004. hal.540. 3 Ibid, hal 540.

3 pria dengan seorang wanita yang umumnya berasal dari lingkungan yang berbeda terutama sekali dari lingkungan keluarga asalnya, kemudian mengikatkan diri untuk mencapai suatu tujuan yaitu keluarga yang kekal dan bahagia. Secara umum tidak ada seorang pun yang menginginkan perkawinannya berakhir dengan suatu perceraian, namun demikian sering kali lingkungan yang berbeda, serta perbedaan- perbedaan yang lain sifatnya pribadi mengakibatkan perkawinan tidak bisa dipertahankan keutuhanya. Dalam membina kelangsungan suatu perkawinan diperlukan kasih sayang, persesuaian pendapat dan pandangan hidup, seia dan sekata, bersatu dalam tujuan, sehinga perbedaan- perbedaan pendapat lainya sering menimbulkan kerengangan- kerengangan, kejenuhan- kejenuhan, kebosanan bahkan ketegangan- ketegangan. Disamping hal tersebut diatas sering pula tujuan perkawinan tidak dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita yang di impikan sewaktu mereka belum melangsungkan perkawinan sehinga mengakibatkan timbulnya ketegangan- ketegangan sampai pada permusuhan sehinga keutuhan rumahtangga (perkawinan) tidak dapat dipertankan lagi. Maka untuk mempertahankan suatu perkawinan agar perkawinan tersebut bisa kekal dan bahagia diperlukan persiapan- persiapan yang sangat matang dari kedua calon mempelai baik fisi maupun mental, sehingga mereka menjadi suami istri dengan mudah mendapatkan suatu bentuk persesuaian- persesuain pendapat dalam mencapai tujuan yang dicita- citakan dalam suatu perkawinan. Dengan demikian terjadinya perkawinan itu diharapkan agar didapat keturunan yang-

4 akan menjadi penerus silsilah orang tua dan kerabat, menurut garis ayah atau garis ibu atau garis orang tua. Adanya silsilah yang mengantikan kedudukan seseorang sebagai anggota kerabat adalah merupakan barometer dari asal usul keturunan seseorang yang baik dan teratur. Namun perkawinan pada usia muda sering menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan berumah tangga, ini disebabkan karena kurangnya kesiapan mental dan masih belum masak jiwa raganya untuk membina rumah tangga sehingga tidak jarang terjadi pertengkaran, kesalah pahaman atau selisih pendapat antara keduanya sehinga menimbulkan perceraian. Dan juga penyakit yang lain misalnya kecemburuan yang berlebihan, tidak adanya komunikasi yang baik, serta masalah ekonomi {selama menikah masih dalam penganguran}tidak bekerja, hal itu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hidup berumah tangga karena semua ini disebabkan pada waktu menikah usianya masih relatife muda. Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka penulis menyusun skripsi dengan judul perkawinan usia muda dan pengaruhnya terhadap tingkat perceraian di wilayah hukum Pengadilan agama Sukoharjo B. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan mendapatkan gambaran yang sesuai dengan tujuan permasalahan yang sedang diteliti maka perlu diberi batasan, batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: Tentang lokasi penelitian

5 didaerah wilayah hukum Pengadilan agama Sukoharjo,yang menjadi pertimbangan hakim dalam pemberian ijin dispensasi perkawinan usia muda. C. Rumusan Masalah Masalah yang dikaji dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh perkawinan usia muda terhadap tingkat perceraian diwilayah hukum Pengadilan agama Sukoharjo? 2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memberikan ijin dispensasi perkawinan usia muda diwilayah hukum Pengadilan agama Sukoharjo? 3. Bagaimana pengaruh dispensasi Pengadilan Agama terhadap perceraian usia muda? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh perkawinan usia muda terhadap tingkat perceraian diwilayah hukum pengadilan agama Sukoharjo 2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memberikan ijin dispensasi perkawinan usia muda diwilayah hukum pengadilan agama Sukoharjo. 3. untuk mengetahui pengaruh ijin dispensasi Pengadilan Agama terhadap perceraian usia muda. E. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan menyusun skripsi dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6 2. Sebagai sumbangan dan masukan dalam pengembangan ilmu hukum di Fakultas Hukum, serta pihak lain yang berkepentingan, serta masyarakat yang belum mengetahui tentang arti pentingnya sebuah perkawinan. F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau sistem untuk mengerjakan sesuatu secara sistematik dan metodelogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses berfikir, analis berfikir serta mengambil kesimpulan yang tepat dalam suatu penelitian. 4 Jadi metode ini merupakan langkah- langkah dan cara yang sistematis, yang akan ditempuh oleh seseorang dalam suatu penelitian dari awal hingga pengambilan kesimpulan. 1. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Metode penelitian hukum deskriptip karena dalam penelitian ini diharapkan akan diperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis tentang fakta yang berhubungan dengan permasalahan tentang pengaruh perkawinan usia muda terhadap pemberian ijin dispensasi oleh Pengadilan. Setelah gambaran dan fakta- fakta itu diperoleh kemudian akan dianalisa secara kualitatif karena data tersebut akan dianalisa yang didasarkan pada disiplin ilmu hukum yang berkaitan dengan obyek permasalahan. 2. Metode Pendekatan Penulisan skripsi ini mempergunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, Menurut harfiahnya yuridis adalah melihat atau memandang 4 Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2001, hal 3.

7 suatu hal yang ada dari aspek atau segi hukum, sedangkan sosiologis adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat yang mempunyai akibat hukum. Sehingga yuridis sosiologis adalah suatu pendekatan dengan cara pandan dari kaca mata hukum mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam masyarakat yang berakibat hukum untuk dihubungkan dengan ketentuan perundang- undangan yang ada. 3. Bahan- bahan penelitian a. Penelitian Kepustakaan terdiri dari: 1) Bahan hukum primer Bahan hulum pimer adalah bahan yang sifatnya mengikat dan mendasari bahan hukum lainya.bahan hukum primer terdiri: - Undang- undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan - Undang- undang No.3 tahun 2006 tentang Pengadilan Agama - Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata (HIR) - Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975. 2) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder terdiri dari: - Buku- buku yang mengenai hukum perdata dan acara perdata - Literatur, dokumen dan makalah- makalah serta fakta-fakta yang ada dilapangan yang berkaitan dengan penelitian ini.

8 b. Bahan penelitian lapangan Untuk memperoleh suatu keterangan atau data primer yang lengkap maka digunakan keterangan sebagai berikut: 1) Observasi Pengamatan yang dilakukan peneliti secara langsung mengenai fenomena yang berkaitan obyek penelitian diikuti dengan suatu pencatatan sistematis terhadap semua gejala yang akan diteliti. 2) Wawancara Mengadakan wawancara bebas terpimpin antara peneliti dengan responden (para pejabat dilingkugan KUA dan pengadilan agama Sukoharjo) untuk mendapatkan keterangan mengenai cara dan prosedur serta pengaruh hukum dalam pemberian ijin dispensasi perkawinan usia muda. c. Analisis Data Di dalam suatu penelitian, analisis data merupakan kegiatan yang menjabarkan terhadap bahan penelitian. Sehingga penulis mendapatkan data dari penelitian disajikan, dianalisa dengan mengunakan metode kualitatif, yaitu data dari lapangan maupun dari perpustakaan, setelah diseleksi dan disusun kembali kemudian disimpulkan.

9 d. Kesimpulan Penelitian skripsi ini berlokasi di daerah hukum Pengadilan agama Sukoharjo,dengan judul perkawinan usia muda dan pengaruhnya terhadap tingkat perceraian diwilayah hukum Pengadilan agama Sukoharjo, penelitian ini mengunakan jenis penelitian diskriptif yang semata- mata memaparkan kasus yang telah diteliti. Spesifikasi penelitianya adalah yuridis sosiologis karena data yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi kepustakaan berupa buku, literature dan dokumen dan makalah- makalah yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan metode analisis datanya mengunakan deduktif kualitatif, yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data- data deskriptif analisis yaitu apa yang dikatakan oleh responden baik secara lisan maupun tertulis dan juga perilakunya yang secara nyata juga diteliti dan dipelajari sebagai yang utuh 5.atau dengan kata lain (data yang ada dilapangan maupun dari perpustakaan, setelah diseleksi dan disusun kembali kemudian disimpulkan secara sistematis). G. Sistematika Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan masalah C. Perumusan Masalah 5 Soerjono soekamto, penelitian hukum normative suatu tinjauan singkat, Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2001.

10 D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan dan Perkawinan usia muda 1. Pengertian Perkawinan dan Perkawinan Usia Muda 2. Tujuan perkawinan 3. Syarat- syarat Perkawinan 4. Tata cara perkawinan menurut UU No 1 Tahun 1974 B. Tinjauan Umum Tentang Perceraian 1.Pengertian perceraian 2. Alasan perceraian 3.Tata cara perceraian menurut UU No 1 Tahun 1974 4. Akibat perceraian BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perkawinan usia muda dan pengaruhnya terhadap tingkat perceraian diwilayah hukum pengadilan agama sukoharjo B. Pertimbangan hakim dalam memberi ijin dispensasi perkawinan usia muda C. Pengaruh dispensasi perkawinan oleh Pengadilan agama Sukoharjo terhadap tingkat perceraian usia muda.

11 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran- saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN