commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

dokumen-dokumen yang mirip
OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

LAPORAN KHUSUS PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM IJIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR

Kata Pengantar. Daftar Isi

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)

Pengertian (Definisi) Bahaya

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

MODUL 12 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Keselamatan Kerja Listrik dan Prosedur Isolasi)

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESUME PENGAWASAN K3 MEKANIK

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BIOLOGICAL HAZARD. Hazard : Bahaya atau resiko Tidak semua toksik hazard Terdiri dari bentuk-bentuk yang bervariasi dari energi dan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan


A. KRITERIA AUDIT SMK3

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pemahaman dan Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia

Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA KODE / SKS : AK / 2

Izin Kerja diperlukan khusus untuk pekerjaan non-rutin yang mengandung bahaya/resiko tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB II LANDASAN TEORI. pameran, konferensi, seminar, lokakarya, dan lain-lain tidak ada artinya, jika

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (T.INDUSTRI/S1) KODE / SKS AK /2 SKS

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ini sebagai sumber energi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber penggerak

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I DEFINISI. Pengertian

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA JOBSITE SUMBAWA BARAT NTB

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA 0,8 0,6 0,4 0,2. Ringan Berat Mati 0,69

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana terdapat sumbersumber bahaya. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja tersebut. 2. Bahaya a. Pengertian Bahaya Menurut Suma mur (1981) bahaya adalah jenis sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial yang dapat menyebabkan untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan lingkungan ditempat kerja atau kontribusi dari hal-hal tersebut. 6

7 b. Jenis-jenis Bahaya Menurut Supriyadi (2005), berdasarkan kelompoknya, bahaya dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Health Hazard (Bahaya Kesehatan) Health hazard merupakan suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang mempunyai potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan, dan penyakit akibat kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain: a) Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja. b) Berada di lingkungan kerja dan memajan pekerja selama bekerja. c) Umumnya dalam konsentrasi rendah. d) Bersifat kronik. e) Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi, dan dosis. Kelompok health hazard antara lain: a) Physical hazard, yaitu bahaya yang berupa energi seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim, pencahayaan, getaran, tekanan udara, dan sebagainya.

8 b) Chemical hazard, yaitu bahaya yang berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat toksik, beracun iritan dan patologik. c) Biological hazard, yaitu bahaya yang berasal dari mikroorganisme khususnya yang patogen (dapat menimbulkan kesehatan). d) Ergonomi, yaitu bahaya yaang dapat menimbulkan gangguan kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian antara desain kerja dengan pekerja 2) Safety Hazard (Bahaya Keselamatan) Bahaya keselamatan atau safety hazard merupakan bahaya yang terdapat di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja. Ciri-ciri safety hazard antara lain: a) Berpotensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan pada proses, dan kerusakan alat. b) Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak. c) Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat

9 Kelompok safety hazard antara lain : a) Mechanical Hazard, yaitu bahaya yang terdapat pada bendabenda atau proses yang bergerak yang dapat menimbunlkan dampak seperti tertusuk, tergores, tersayat, dan terbentur. b) Chemical Hazard, yaitu bahaya dari bahan kimia dalam bentuk gas, cair, maupun pafat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif. c) Electrical Hazard, yaitu bahaya yang berasal dari arus listrik. c. Sumber Bahaya Sumber bahaya khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa (Supriyadi, 2005): 1) Bahaya fisik: bising, cahaya, suhu, getaran, dan debu. 2) Bahaya kimia: pelarut, asam, basa, logam berat, dan gas. 3) Bahaya biologi: hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, dan virus. 4) Bahaya ergonomi: desain, sikap, cara, dan sistem kerja. 5) Stressor: kejemuan, monoton, dan beban kerja. 6) Peralatan dan mesin produksi. 7) Listrik, kebakaran, dan peledakan. 8) House keeping. 9) Sistem manajemen perusahaan.

10 10) Manusia: interaksi, perilaku, dan kondisi fisik d. Pengendalian Bahaya Pengendalian bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu salah satunya dikendalikan dengan hirarki pengendalian (Supriyadi,2005) : 1) Eliminasi Menghilangkan bahaya dari tempat kerja seperti menghilangkan peralatan kerja atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya. 2) Substitusi Bila bahaya tidak dapat dihilangkan sama sekali, maka dapat dilakukan metode pengendalian bahaya yang lainnya yaitu substitusi, yaitu mengganti sumber yang berbahaya dengan sumber lain yang bahayanya lebih rendah. 3) Engineering kontrol Melakukan isolasi terhadap sumber yang berbahaya tidak kontak dengan pekerja. 4) Adminstratif kontrol Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan, pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan

11 housekeeping. 5) Alat Pelindung Diri Merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pekerja yang melekat pada tubuh pekerja dengan tujuan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan dari kemungkinan terpajan oleh bahaya yang melebihi batas yang diperbolehkan. Penggunaan APD ini merupakan tahap akhir pengendalian untuk mengurangi bahaya atau risiko pada pekerja. 3. Sistem Manajemen K3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 BAB I pasal 1 dan 2 menyatakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif serta Keselamatam dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

12 4. Industri Migas Industri migas secara umum melakukan lima tahapan kegiatan, yaitu eksplorasi, produksi, pengolahan, transportasi, dan pemasaran. Lima kegiatan pokok ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan hulu (upstream) dan kegiatan hilir (downstream). Industri Migas merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu perilaku industri, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun ilmu terapan dengan maksud menciptakan sumber daya manusia yang unggul secara intelektual sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Satuan Kerja Khusus Migas, 2014). 5. Kecelakaan Menurut Suma mur (1981), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Kecelakaan dapat ditimbulkan oleh kondisi yang tidak aman, atau tindakan tidak aman, atau kombinasi dari keduanya (DK3N, 1994). a. Kondisi Tidak Aman Kondisi tidak aman adalah kondisi yang mengandung bahaya yang potensial, misalnya pakaian kerja yang tidak sesuai atau tempat kerja yang tidak tertib.

13 b. Tindakan Tidak Aman Tindakan tidak aman adalah setiap tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat untuk menjamin keselamatan ditempat kerja, dan hal tersebut jelas dilarang keras, misalnya melalui suatu daerah pada gang yang ditentukan dengan maksud mengambil jalan pintas atau berlari dengan tergesa-gesa. 6. Sistem Izin Kerja Sistem izin kerja yang aman merupakan metode kerja yang telah dipilih secara cermat yang memperhitungkan potensi bahaya-bahaya bagi pekerja maupun pihak lain seperti para tamu dan kontraktor, dan menyediakan sebuah kerangka formal yang memastikan bahwa seluruh langkah yang diperlukan untuk bekerja secara aman sudah diantisipasi dan diterapkan (John Ridley, 2004). Ada bagian bagian tempat kerja yang mempunyai resiko kecelakaan lebih besar seperti tempat kerja yang mengolah bahan kimia yang mudah meledak dan terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan berbahaya dan tempat kerja tertutup. Untuk tempat kerja seperti ini perlu tindakan preventif yang lebih ketat dari tempat kerja lainnya dengan menerapkan prosedur kerja khusus (Syukri Sahab, 1997). Sistem izin kerja diterapkan untuk mengontrol dan memonitor pekerjaan atau kondisi tempat kerja untuk memastikan adanya

14 keselamatan dan keamanan (American Institute of Chemical Enginer, 1995). a. Definisi Sistem Izin Kerja Menurut Syukri Sahab (1997), sistem izin kerja pada prinsipnya adalah suatu dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan. b. Tujuan Sistem Izin Kerja Menurut Syukri Sahab (1997) tujuan pemberlakuan sistem izin kerja adalah sebagai berikut : 1) Supaya pengawas benar-benar mengetahui bahwa pekerjaan tertentu akan dilaksanakan di dalam lokasi yang menjadi tanggung jawabnya, meliputi tipe pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan serta peralatan yang digunakan, sehingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan yang perlu, dan apabila timbul keadaan darurat bisa segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi keadaan. 2) Agar setiap pekerja yang ditugaskan melakukan pekerjaan berbahaya benar-benar mengetahui resiko bahayanya, dan telah mengetahui prosedur kerja aman yang harus dilaksanakan dalam

15 pekerjaan tersebut serta dilengkapi dengan alat-alat perlindungan diri yang sesuai, dan semua peralatan yang digunakan benar-benar aman dan sesuai dengan tipe pekerjaan. 3) Melalui sistem kerja diidentifikasi dan dikendalikan bahayabahaya yang mengancam jiwa manusia dan aset perusahaan, melalui serangkaian pengecekan terhadap lokasi, bahan, proses, instalasi, serta lingkungan kerja dan menentukan kualifikasi orang yang akan melakukan pekerjaan. Sistem izin kerja dengan demikian adalah untuk mengendalikan operasi sehingga benar-benar sesuai dengan prosedur dan persyaratan agar terjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun aset perusahaan. Sistem ini juga untuk menghindari terjadinya kesalahan komunikasi lisan, setiap instruksi dan persyaratan pekerja dituliskan dalam formulir izin kerja. Pengawasan dan pengendalian pekerja juga menjadi lebih mudah sehingga akan meningkatkan keamanan. c. Macam Izin Kerja Menurut Lembaga Pembinaan dan Keterampilan Kerja Alkon (1997), sistem perizinan kerja di daerah berbahaya meliputi : 1) Izin Kerja Panas Diperlukan untuk jenis pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan nyala api yang dapat menyalakan bahan yang mudah

16 terbakar. Pengecualian untuk hal tersebut diatas adalah kendaraan dengan sistem pembakaran tertutup, dapur unit proses, atau pembangkit tenaga uap (boiler). 2) Izin Kerja Dingin Diperlukan untuk setiap pekerjaan, kecuali pekerjaan rutin yang tidak termasuk pekerjaan yang menggunakan atau menimbulkan sumber nyala api. 3) Izin Masuk Izin masuk sangat penting apabila seseorang, baik seluruh atau sebagian tubuhnya harus masuk kedalam ruangan tertutup seperti bejana (vessel), tangki, bak (pit), lubang galian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter, ataupun tempat-tempat lain yang terasa terdapat gas, debu, uap ataupun fume yang berbahaya. Izin masuk hanya berfungsi memberi izin memasuki ruangan tertutup saja, sedangkan sebenarnya yang akan dilakukan apakah pekerjaan dingin atau panas, harus dilengkapi dengan izin kerja yang sesuai.

17 4) Izin Penggalian Setiap pekerjaan penggalian, tanpa melihat berapapun dalamnya penggalian tersebut harus di lengkapi dengan izin penggalian. Untuk penggalian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter menggunakan izin masuk. 5) Izin Kerja Listrik Merupakan surat pernyataan yang ditandatangani dan dikeluarkan oleh pejabat listrik yang berwewenang yaitu seseorang yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan listrik ataupun peralatannya. Izin ini hanya mencakup aspek pekerjaan listrik saja. Pekerjaan pengisolasian aliran listrik yang diperlukan sebelum pekerjaan perbaikan dilakukan pada suatu peralatan listrik tidak termasuk dalam lingkup izin pekerjaan listrik, tetapi harus dimasukkan pada saat menandatangani izin kerja, baik panas, dingin, masuk ruang tertutup ataupun penggalian, yang sesuai dengan pekerjaan mekanik tersebut atau pada sertifikat isolasi. 6) Izin Pekerjaan Radioaktif Digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan peralatan X-Ray atau sumber zat radio aktif.

18 Selain adanya izin tersebut diatas, terdapat juga izin Lockout dan Tagout (lockout dan tagout permitt). Logout dan Tagout digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari terkenanya material berbahaya dan atau sumber energi yang masuk di tempat kerja (American Institute of Chemical Engineer, 1995). Lockout akan mengunci secara fisik untuk mencegah pengoperasian peralatan dan termasuk informasi tag yang menerangkan tujuan Lockout, identifikasi orang yang menginstalasi lock dan mengidentifikasi tanggal bahwa lock sudah di install. Tagout (instalasi tag, tetapi bukan lock) dapat digunakan pada waktu lock tidak dapat dijalankan atau tidak diinginkannya lock. Lockout dan Tagout permitt dapat dikeluarkan secara independen, atau bersamasama atau tergabung dengan permitt lain. Menurut Syukri Sahab (1997), ada berbagai tipe izin kerja antara lain, izin kerja dingin, izin pekerjaan penggalian, dan izin melakukan pekerjaan berbahaya yang terdiri dari izin menggunakan api, izin kerja di ruang tertutup, proses izin pekerjaan berbahaya, serta izin kerja berenergi panas. d. Aturan-Aturan Khusus Izin Kerja Dalam American Institute of Chemical Engineer (1995), untuk implementasi sistem izin kerja harus berdasarkan pada dasar aturan yang kuat seperti tersebut dibawah ini :