NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Taufiq Abdullah J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh:

BAB IV HASIL telah berubah lagi menjadi PT. Indo Acidatama Tbk. Indonesia di bawah supervisi dari Krup Industri Teknik GMBH Jerman Barat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA,

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA KARYAWAN TERPAPAR IKLIM KERJA MELEBIHI NAB ( STOCK YARD

ERWAN SUSANTO J

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

PENGARUH IKLIM TENAGA KERJA. Tbk, Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : KHOIRUL MUNTIANA J

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

DIRI (APD) Memenuhi Salah Satu. Syarat. Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PADA KARYAWAN BAGIAN MEKANIK PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1. Disusun Oleh: ISNA FAIZAH J

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP TERJADINYA STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BENGKEL LAS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013

PENGARUH MUSIK KERJA TERHADAP TINGKAT KELELAHAN DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKRAMAT, KARANGANYAR

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PELINTINGAN MANUAL DI PT. DJITOE INONESIA TOBAKO

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP DEHIDRASI PADA KARYAWAN UNIT WORKSHOP PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Erwan Susanto J

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

ANALISIS SISTEM IJIN KERJA (SIKA) TERHADAP KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI PT. BAKRIE CONSTRUCTION SERANG BANTEN

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA DENGAN KESADARAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN OPERATOR JAHIT CV

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEDISPLINAN PENGGUNAAN APD DENGAN TINGKAT RISIKO GANGGUAN KESEHATAN PADA KARYAWAN TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN WORKSHOP PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR NASKAH Disusun Oleh : Taufiq Abdullah J 410 110 006 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I Nama : Tarwaka, PGDip., Sc., M.Erg NIP : 19640929 198803 1019 Pembimbing II Nama : Heru Subaris Kasjono, SKM, M.Kes NIP : 19660621 198902 1 001 Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : Taufiq Abdullah NIM : J410110006 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEDISPLINAN PANAS DI BAGIAN WORKSHOP PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, 23 Januari 2016 Pembimbing I Pembimbing II Tarwaka, PGDip., Sc., M.Erg NIP. 19640929 198803 1019 Heru Subaris Kasjono, SKM, M.Kes NIP. 19660621 198902 1 001 1

Naskah Publikasi Hubungan Antara Tingkat Kedisplinan Penggunaan APD Dengan Tingkat Risiko Gangguan Kesehatan Pada Karyawan Terpapar Iklim Kerja Panas Di Bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar] HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEDISPLINAN PENGGUNAAN APD DENGAN TINGKAT RISIKO GANGGUAN KESEHATAN PADA KARYAWAN TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN WORKSHOP PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Taufiq Abdullah*, Tarwaka**, Heru Subaris*** *Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS ABSTRAK Iklim kerja merupakan kombinasi dari perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan suhu radiasi. Efek iklim kerja panas terhadap manusia berupa gangguan kesehatan seperti gangguan perilaku dan performa kerja, dehidrasi, heat rash, heat cramps, heat syncope, dan heat exhaustion. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas di bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan populasi 30 responden. Uji statistik menggunakan spearman rho pada penelitian ini menunjukkan hasil signifikan (p 0,006<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas di bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Kata Kunci : APD, Risiko Gangguan Kesehatan, Ikim Kerja Panas ABSTRACK Working climate is a combination of air temperature, air humidity, air velocity, and temperature of the radiation. Hot climatic effects on humans in the form of health problems such as conduct disorder and work performance, dehydration, heat rash, heat cramps, heat syncope, and heat exhaustion. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of discipline the use of PPE with the level of risk of health problems in exposed employees are encouraged climate of hot work. This study was an observational study with cross sectional approach. Sampling using sampling with a total population of 30 respondents. Spearman rho statistical tests used in this study showed significant Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016 1

Naskah Publikasi Hubungan Antara Tingkat Kedisplinan Penggunaan APD Dengan Tingkat Risiko Gangguan Kesehatan Pada Karyawan Terpapar Iklim Kerja Panas Di Bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar] results (p 0.006 <0.05), which means there is a relationship between the level of discipline the use of PPE with the level of risk of health problems in employees exposed to the hot working climate at the workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Key Word : PPE, health problem, hot climate Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016 2

PENDAHULUAN Suhu setempat dan eksistensi kehidupan sangat erat berhubungan, demikian pula efek cuaca kerja terhadap daya kerja. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja, jadi tidak dingin dan tidak kepanasan. Suhu nikmat demikian sekitar 24º-26ºC bagi orang-orang Indonesia. Suhu panas akan berpengaruh pada kondisi tubuh seperti mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, menganggu kecermatan kerja otak, menganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. Suhu yang tinggi juga dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan seperti heat cramps, heat exhaustion, heat stroke, dan miliaria (Suma mur, 2009). Pekerja di lingkungan panas seperti disekitar peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja diluar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Selama aktifitas pada lingkungan panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh (Tarwaka,dkk 2004). Tekanan panas merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan agar produktivitas, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan kerja dapat dikendalikan secara maksimal mungkin. Tekanan panas merupakan faktor bahaya yang berpengaruh terhadap tenaga kerja, karena tekanan panas akan memberikan beban tambahan disamping beban kerja dari tenaga kerja itu sendiri. Jika tidak dikendalikan dengan baik sehingga melebihi nilai batas yang di perkenankan maka dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Annuriyana, 2010). Menurut Tarwaka (2008) bahwa setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Untuk menciptakan kesehatan kerja pada karyawan di perusahaan diperlukan upaya preventif yaitu dengan menyediakan alat pelindung diri (APD) pada setiap perusahaan. APD selain berguna untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja, juga untuk menjaga stabilitas kesehatan kerja. Penggunaan APD merupakan tahap akhir dari pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian, penggunaan APD akan menjadi penting apabila pengendalian secara teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun potensi risiko masih tergolong tinggi. PT. Indo Acidatama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kimia dengan produk utama yaitu Ethanol, Acetid Acid, Acid Aldehyde dan Ethyl 2016 3

Acetate. Dalam proses produksi dilakukan berbagai tahapan proses yang dilakukan di area 100 sampai area 1100. Setiap area mempunyai fungsi yang berbeda-beda berdasarkan fungsinya dalam tahapan proses produksi. Bagian Workshop merupakan salah satu bagian yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan alat-alat produksi, perbaikan mesin-mesin produksi, dan modifikasi alat-alat penunjang produksi. Di tempat ini mesin-mesin produksi dan alat-alat penunjang produksi apabila mengalami kerusakan akan diperbaiki dan dimodifikasi di tempat ini. Aktifitas yang sering dilakukan ditempat ini seperti pengelasan, pemotongan besi, pemasangan pipa, pergantian suku cadang dan modifikasi alat-alat penunjang produksi. Bagian Workshop dipengaruhi faktor fisika seperti tekanan panas. Faktor fisika tekanan panas dipengaruhi oleh sumbersumber panas seperti cuaca panas, sumber panas dari pengelasan, dan percikan api dari pemotongan besi. Struktur bangunan dari berbagai logam besi dan baja yang sehingga jika terpapar cuaca panas akan menyebabkan bagian dalam bangunan terpengaruh tekanan panas dari cuaca dari luar. Sedangkan di dalam bangunan terdapat sumber panas seperti panas dari proses pengelasan dan pemotongan besi yang menimbulkan panas dari proses tersebut. Dari hasil survei awal dan observasi yang dilakukan peneliti pada bagian Workshop di PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar pada bulan April 2015 ditemukan tingkat penggunaan APD seperti body protection, safety helmets, hand protection, googles, dan feet protection pada pekerja di bagian Workshop dari 15 responden ditemukan sebanyak 46,67% pekerja menggunakan APD yang tidak lengkap saat bekerja, 26,67% pekerja menggunakan APD dengan cara yang tidak benar, 13,33% pekerja menggunakan alat pelindung diri yang tidak lengkap dan dengan cara yang tidak benar, serta 13,33% saja pekerja yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dan dengan cara yang benar. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada tanggal 27 April 2015 dengan menggunakan alat Heat Stress Area dengan merek Questempº32 pada saat cuaca cerah diperoleh suhu dalam ruangan antara pukul 10.00-14.00 WIB menunjukkan indeks suhu basah dan bola (ISBB) terendah 28,96ºC dan ISBB tertinggi 29,95ºC. Sedangkan pada tempat kerja di luar ruangan antara pukul 10.30-14.30 WIB menunjukkan ISBB terendah 31,39ºC dan ISBB tertinggi 32,56ºC. Untuk beban kerja tenaga kerja dikategorikan beban kerja sedang yaitu 100-125 denyut/ menit, dengan waktu kerja 75% dan waktu isirahat 25%. Hasil pengukuran tekanan panas tersebut dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. 2016 4

Berdasarkan hasil wawancara dengan 11 responden karyawan bagian Workshop 63,63% karyawan menyatakan pernah mengalami iritasi kulit, 72,72% orang sering mengalami bibir kering, 72,72% karyawan menyatakan air urin berwarna lebih kuning, dan 45,45% karyawan sering melakukan istirahat curian karena cepat merasa lelah. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan adanya indikasi gangguan kesehatan yang disebabkan dari paparan iklim panas di tempat kerja. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas di bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. METODE Penelitian ini merupakan Observasional dengan rancangan penelitian Cross Sectional (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini di bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Populasi dari penelitian ini berjumlah 30 karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yang artinya semua populasi dijadikan sampel atau bjek penelitian yaitu sebanyak 30 karyawan. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik responden penelitian. Kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas di bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Spearman Rho dengan nilai signifikansi 95% (p 0,05). Dasar pengambilan hipotesis penelitian sebagai berikut: a) Jika nilai p<0,05 maka hipotesis penelitian Ho ditolak.. b) Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian Ho diterima. HASIL A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PT. Indo Acidatama Tbkk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan industri yang bergerak di bidang kimia. Proses pengolahan bahan mentah berupa tetes tebu menjadi bahan jadi berupa Ethanol, Acetid Acid, Acid Aldehyde dan Ethyl Acetate dilakukan di area 100 sampai area 1100 diolah dengan menggunakan mesin berteknologi tinggi dan modern, jika sistem produksi mengalami gangguan atau kerusakan maka bagian Workshop memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan mesin dan alat penunjang produksi lain dengan cara memodifikasi seperti pemotongan dan pengelasan dan semua proses 2016 5

modifikasi tersebut dilakukan di bagian Workshop. B. Analisis Univariat Karakteristik subjek penelitian meliputi usia, jenis kelamin, masa kerja, dan pendidikan yang dipresentasikan pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Responden Bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk. No. Usia Frek Persen Rata Std (Tahun) (%) -rata 1. 22 33 4 13,4 2. > 33 44 9 29,9 42,63 10,04 3. > 44 55 17 56.7 Jumlah 30 100 No. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1. Laki-laki 30 100 Jumlah 30 100 No. Tabel 3. Distribusi Masa Kerja Responden Pada Bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk. Masa Kerja (Tahun) Frek Persen (%) 1. 1-9 13 43,3 2. 3. 10-18 1 3,3 19-27 17 56,7 Jumlah 30 100 Ratarata Standar Deviasi 15,97 10,19 Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk. No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1. SMA 30 100 Jumlah 30 100 C. Analisis Bivariat Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kedisplinan penggunaan APD dan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk diperoleh data sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Uji Hubungan Tingkat Kediplinan Pengunaan APD dengan Tingkat Risiko Gangguan Kesehatan pada Karyawan Terpapar Iklim Kerja Panas Bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk. N P Value Spearman s Rho (r) Keterangan Tingkat Kediplinan Penggunaan APD 30 0,006 0,486 Signifikan Tingkat Risiko Gangguan Kesehatan 30 2016 6

PEMBAHASAN A. Kondisi Tempat Kerja Bagian Workshop dipengaruhi oleh berbagai faktor fisika. Salah satu faktor fisika yang mempengaruhi adalah tekanan panas. Tekanan panas berasal dari sumber-sumber panas seperti cuaca panas, panas dari pengelasan, dan percikan api dari pemotongan besi. Struktur bangunan yang sebagian besar terdiri dari berbagai logam besi dan baja yang menyebabkan paparan cuaca panas akan berpengaruh pada kondisi bagian dalam bangunan. Pada saat cuaca terik di siang hari kondisi ruangan akan terasa panas. Kondisi ini akan semakin parah apabila memasuki musim kemarau, cuaca yang panas di musim kemarau akan sangat berpengaruh terhadap kondisi iklim kerja di dalam ruangan. Sedangkan di dalam ruangan terdapat sumber-sumber panas lain seperti panas dari proses pengelasan dan pemotongan besi yang menimbulkan percikan api yang menjadikan sumber panas di dalam ruangan. Untuk mengurangi tekanan panas di dalam ruangan disediakan kipas angin yang berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan udara sehingga mengurangi tekanan panas di dalam ruangan. Namun jumlah kipas angin yang terbatas serta pemeliharaan yang kurang bagus menyebabkan fungsi kipas angin untuk mengurangi tekanan panas kurang optimal. Ada dua titik peletakan kipas angin di dalam ruangan yaitu ditempat istirahat para pekerja dan di dekat penyimpanan alat. Pemasangan kipas angina didalam ruangan ini bertujuan untuk mengurangi paparan panas pada pekerja. Para pekerja yang sudah selesai melakukan pekerjaan tetapi belum memasuki waktu istirahat maka pekerja dilarang keluar dari bagian tempat pekerja bekerja namun dianjurkan untuk beristirahat ditempat yang sudah disediakan dengan fasilitas kipas angin untuk mengurangi paparan tekanan panas pada pekerja. B. Ketersediaan Apd Jenis-jenis APD yang ada di bagian Workshop seperti safety helmets, goggles, ear muff, masker, respirator, hand protection, feet protection, body protection, dan safety belt. Pemakain APD tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan yang sudah diatur dalam work permite yang diberikan pada setiap pekerja sebelum pekerja melakukan aktifitas pekerjaan. Kepatuhan pekerja terhadap work permite 2016 7

menjadi indeks prestasi karyawan yang berpengaruh pada insentif yang diterima oleh masing-masing pekerja. Untuk pemeliharaan dan penyimpanan APD dilakukan secara mandiri oleh tiap-tiap pekerja. Para pekerja dengan rutin mencuci dan mengeringkan dibawah sinar matahari pakaian pelindung yang dikenakan saat bekerja. Hal ini dilakukan sebagai kesadaran dalam kenyamanan dan keamanan saat bekerja karena pakaian pelindung wajib dikenakan setiap hari. Penyimpanan APD ditempatkan pada lemari khusus untuk penyimpanan APD. Kepala Bagian selalu mengkoordinasi dalam penyimpanan dan pemeliharaan APD yang ada di tiap-tiap bagian. Apabila terjadi kerusakan pada APD atau APD sudah tidak layak digunakan maka pihak kepala bagian akan mengajukan permintaan APD sesuai jenis yang dibutuhkan untuk diajukan kepada pihak safety. C. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden di bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, sebagian besar usia responden antara 46 55 tahun yaitu sebanyak 56,7% kemudian responden dengan usia 34-45 tahun sebanyak 29,9% dan responden dengan usia 22-33 tahun sebanyak 13,4%. Menurut Hendriawati (2012) usia karyawan yang lebih tua biasanya lebih berpengalaman, mereka juga memiliki kesadaran untuk selalu berusaha membuat situasi lebih baik dalam kondisi seburuk apapun. Berdasarkan hasil penelitian, karyawan dengan masa kerja 1-9 tahun sebanyak 40,0%, karyawan dengan masa kerja 10-18 tahun sebanyak 3,3%, dan karyawan dengan masa kerja 19-27 tahun sebanyak 56,7%. Menurut Hendriawati (2012) masa kerja mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan di mana dia bekerja. Hal ini akan mempengaruhi persepsi, dan sikap dalam melakukan pekerjaan yang lebih terkontrol. D. Iklim Kerja Hasil pengukuran iklim kerja dengan menggunakan alat Heat Stress Area dengan merek Questempº32 di bagian Workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar menunjukkan iklim kerja in door maupun out door menunjukkan iklim kerja yang tinggi. Pada saat 2016 8

dilakukan pengukuran in door pada pukul 10.00-14.00 WIB menunjukkan ISBB terendah 28,96 ºC dan ISBB tertinggi 29,95ºC. Sedangkan pada pengukuran out door pada pukul 10.30-14.30 WIB menunjukkan ISBB terendah 31,39ºC dan ISBB tertinggi 32,56ºC. Untuk beban kerja tenaga kerja dikategorikan beban kerja sedang yaitu 100-125 denyut/menit, dengan waktu kerja 75% dan waktu istirahat 25%. Hasil pengukuran tekanan panas tersebut dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Hasil pengukuran iklim kerja di bagian Workshop menunjukkan angka di atas ambang batas iklim kerja. Faktor utama iklim kerja di ruangan ini tinggi tidak terlepas dari faktor cuaca sebagai faktor utama dan didukung dengan adanya sumber-sumber panas di dalam ruangan seperti proses pengelasan dan pemotongan besi yang menimbulkan percikan api yang menghasilkan panas dan diperparah dengan kipas angin yang jumlahnya terbatas serta perawatan yang kurang bagus. Sehingga menyebabkan fungsi kipas angin sebagai pendingin kurang optimal. E. Analisis Tingkat Kedisplinan Penggunaan APD Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden di bagian Workshop PT Indo Acidatama Tbk diperoleh responden dengan tingkat kedisplinan penggunaan APD yang sedang sebanyak 53,3%, tingkat kedisplinan penggunaan APD tinggi sebanyak 36,7%, dan tingkat kedisplinan penggunaan APD sangat tinggi sebanyak 10,0%. Tingkat penggunaan APD yang tinggi mencerminkan bahwa pekerja memiliki rasa aman, nyaman, dan selalu ingin selamat dalam bekerja, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus (penerapan program K3). Responden yang menggunakan APD dengan baik berarti mereka sudah mengerti dan melakukan tindakan dengan baik, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003). Penggunaan APD yang tinggi merupakan wujud keberhasilan 2016 9

program K3 di perusahaan, sehingga karyawan memberikan respon dengan berperilaku positif dan aman dalam bekerja. F. Analisis Tingkat Risiko Gangguan Kesehatan Pada Karyawan Terpapar Iklim Panas Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden di bagian Workshop PT Indo Acidatama Tbk, diperoleh responden dengan tingkat risiko gangguan kesehatan ringan sebanyak 36,7% dan dengan tingkat risiko gangguan kesehatan sedang sebanyak 63,3%. Lingkungan kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari para pekerja. Lingkungan kerja dengan iklim kerja panas akan mempengaruhi kondisi tubuh setiap pekerja karena daya tahan tubuh dan proses adaptasi tiap individu berbeda-beda. Pada paparan iklim yang sama dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap individu para pekerja karena kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap paparan iklim kerja panas berbeda antara satu individu dengan yang lain. Iklim kerja panas akan meningkatkan resiko para pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat terpapar iklim kerja panas. G. Hubungan Tingkat Kedisplinan Penggunaan APD dengan Tingkat Risiko Gangguan Kesehatan pada Karyawan Terpapar Iklim Kerja Panas Berdasarkan hasil uji statistik, korelasi antara tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas menghasilkan angka 0,486. Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas adalah cukup kuat, menurut Arikunto (2002) angka korelasi yang berada dalam interval 0,40 0,599 menunjukkan tingkat hubungan cukup kuat. H. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya meneliti hubungan tingkat kedisiplinan penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim kerja panas, peneliti belum dapat mencantumkan variabel lain seperti paparan debu, paparan asap, ataupun desain ruang kerja yang kemungkinan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi risiko gangguan kesehatan. 2016 10

PENUTUP A. Simpulan 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyaan terpapar iklim kerja panas di bagian workshop PT. Indo Acidatama Tbk. Hasil uji statistik menggunakan uji Spearman Rho diperoleh p- value (0,006 < 0,05). 2. Hasil pengukuran iklim kerja di bagian workshop PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar memiliki ISBB in door berkisar 28,96-29,96 ºC dan ISBB out door 31,39-32,56 ºC. Angka ini berada diatas NAB yang dikemukakan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan kimia di Tempat Kerja yaitu 28,0 ºC. 3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat sedang 53,3%, tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat tinggi 36,7%, dan tingkat kedisplinan penggunaan APD dengan tingkat sangat tinggi 10,0%. 4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat risiko gangguan kesehatan pada karyawan terpapar iklim panas dengan risiko gangguan ringan 36,7% dan risiko gangguan sedang 63,3%. B. Saran 1. Bagi Karyawan Karyawan diharapkan selalu menggunakan APD baik pada saat ada pengawas maupun tidak ada pengawas dan karyawan diharapkan lebih peka terhadap risiko gangguan kesehatan yang dialami untuk mencegah risiko gangguan kesehatan lebih lanjut. 2. Bagi Perusahaan Perusahaan diharapkan melakukan pengawasan lebih ketat lagi terhadap penggunaan APD oleh karyawan pada saat bekerja dan perusahaan diharapkan melakukan pemeliharaan rutin dan penggantian kipas angin yang berada di unit Workshop. 3. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain diharapkan untuk dapat menambahkan beberapa variabel yang belum dapat dimasukkan di dalam 2016 11

penelitian ini yang diduga dapat mempengaruhi risiko gangguan kesehatan pada pekerja. DAFTAR PUSTAKA Achadi. 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Bidang Industri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Azwar. 2007. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta : Rineka Cipta Budiono. 1992. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Surakarta : PT. Tri Tunggal Tata Fajar. Depnakertrans. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Jakarta : Depnakertras. Hendriawati, E.,D. 2012. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD ditinjau dari Persepsi terhadap Resiko Kecelakaan Kerja pada Karyawan PT. BAMA PRIMA TEXTILE Pekalongan. (Skripsi Ilmiah). Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata. Haryono, dkk. 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Cendikia Press. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Ridley, John. 2008. Ikhtisiar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Riwidoko, Handoko. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyanto, Agus. 2013. Statistik Inferensial Untuk Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka. Soedirman. 2011. Higiene Perusahaan. Magelang: Justisia Teknika. Suma mur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Mas Agung. Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. Tarwaka. 2010. Ergonmi Industri, Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi 2016 12

dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. Wahyudi, Kuncoro. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Konsep Perkembangan dan Implementasi Budaya Keselamatan. Jakarta: EGC. Wawan, dkk 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika. 2016 13