BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

dokumen-dokumen yang mirip
INTERAKSI SOSIAL WARIA DI LINGKUNGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian secara observasi partisipasi pasif yaitu. Faktor Lingkungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

BAB I PENDAHULUAN. Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan, dimana menurut survey yang

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

kasihan kepada dia. Susuk yang sering dipakai oleh joged adalah susuk bersinar. Selain susuk tadi, ada juga joged yang mempunyai pengasihan

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

2015 REKONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN KAUM WARIA DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. justru laris manis di pasaran meskipun main kucing-kuicingan dengan

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

BAB X KEBUTUHAN REMAJA DAN PEMENUHANNYA

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. relasi antar individu yang kompleks Selain para penjual dan pembeli yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Di dalam sebuah perusahaan jasa, seperti agensi Sales Promotion Girl (SPG),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. Etika pergaulan merupakan suatu hal yang mencerminkan moral setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di Indonesia semakin kompleks dan berkembang dengan cepat, bahkan lebih cepat dari tindakan yang sebenarnya diambil oleh pemerintah atau pihak-pihak yang berkompeten. Satu masalah belum terselesaikan atau justru belum disentuh sama sekali sudah muncul masalah baru, termasuk juga masalah waria yang merupakan fenomena yang tidak asing lagi bagi kota-kota besar di Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman berkembang pula kehidupan manusia, sehingga menjadikan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dahulu kala orang menganggap manusia terbang adalah suatu impian yang mustahil, namun seiring dengan kemajuan teknologi kini manusia bahkan bisa menjelajah luar angkasa. Demikian pula dengan pandangan seorang laki-laki mustahil dapat merubah dirinya menjadi perempuan, namun kini dengan majunya dunia kedokteran seorang laki-laki dapat merubah dirinya menjadi perempuan. Keberadaan waria tidak bisa dipungkiri dalam kehidupan ini. Waria seringkali menyisakan persoalan, terutama menyangkut perilaku waria yang tidak hanya mengundang senyum tetapi juga keresahan. Sebagian besar masyarakat belum bisa menghargai waria, masyarakat cenderung memberikan cacian kepada waria, bahkan dianggap sebagai bahan tertawaan. Menurut Koeswinarno (1993) permasalahan ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat yang minim tentang waria serta citra yang sudah terlanjur melekat bahwa waria identik dengan pelacur 1

2 jalanan. Masyarakat sendiri punya persepsi yang berbeda-beda tentang waria. Masyarakat menganggap waria sebagai sesuatu yang aneh, menjijikkan, bahkan dianggap sebagai sampah masyarakat. Kehidupan yang dialami oleh waria seperti ini merupakan kenyataan yang pahit. Keberadaan waria menimbulkan permasalan bagi dirinya dan ditentang oleh banyak pihak. Seperti yang dialami oleh Bambang yang sekarang sudah berganti nama dengan Tyaz pernah melarikan diri dari keluarganya ketika kehidupannya berubah menjadi seorang waria. Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa alasan lari dari keluarga lebih disebabkan karena norma keluarga dan sosial yang tidak bisa menerima keberadaan dirinya yang sering mengenakan pakaian perempuan. Tyaz memerlukan lingkungan yang menerimanya secara utuh sebagai seorang wanita. Lingkungan yang bisa menerimanya ditemukan ketika Tyaz berkumpul dengan teman-teman warianya atau ketika dalam lingkungan saat melakoni profesinya sebagai seorang penyanyi campursari dan dangdut. Atmojo (Banuwarlan, 2003) menyatakan pendapatnya bahwa waria adalah seorang laki-laki yang berdandan dan berlaku sebagai wanita termasuk dalam hubungan seksualnya. Seorang laki-laki merasa terganggu dengan keadaan alat kelamin dan ciri-ciri fisiknya yang tidak sesuai dengan karakteristik semestinya yang seharusnya ada pada seorang laki-laki. Atmojo menambahkan bahwa jumlah waria seiring dengan perkembangan zaman semakin betambah pula populasinya dan ini tersebar di berbagai daerah, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara dan propinsi-propinsi

3 lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Atmojo pada sejumlah daerah Jawa Tengah (yang meliputi wilayah Surakarta) menempati urutan ketiga dari seluruh jumlah waria yang ada di Indonesia. Kegiatan waria pun semakin hari semakin meningkat. Berbagai kegiatan dilakukan seperti dalam bidang kesenian dan intertainment dengan melakukan lomba-lomba kecantikan waria, jenis pekerjaan yang didominasi waria adalah salon. Akan tetapi, di sisi lainnya banyak waria yang bekerja dengan cara menjual diri di tepi-tepi jalan. Perilaku waria yang demikian ini mengundang pandangan negatif masyarakat tentang kehidupan waria sehingga timbul sikap pro dan kontra masyarakat terhadap kehidupan waria. Sebuah Ikatan Waria Solo menunjukkan bahwa dari 67 waria yang tercatat pada tahun 1996 terdapat 55 waria yang berasal dari berbagai kota di Jawa bahkan luar Jawa. Data ini menunjukkan bahwa waria memilih tinggal di luar jangkauan orang-orang yang dikenal dan keluarganya (Prestyowati, 1999). Fenomena transseksual mengenai pandangan orang tentang waria sering disamaartikan dengan homoseksual, walaupun hal tersebut merupakan bagian dari kelainan seksual juga. Sebenarnya fenomena waria memiliki dasar permasalahan psikologis yang sangat berbeda dengan permasalahan homoseks. Seorang homoseks tidak merasa terganggu dengan identitas seksual mereka, sedangkan seorang waria mengalami gangguan identitas kelamin, sehingga dia merasa alat kelaminnya tidak sesuai dengan keadaan psikis mereka. Sebagai kompensasi atas hal itu maka seorang waria merasa perlu dan akan nyaman bila mengenakan atribut seperti halnya seorang wanita, sebagai tindakan yang lebih ekstrim atas

4 dorongan dirinya untuk menjadi seorang wanita mereka berani melakukan perubahan terhadap fisik mereka dengan melakukan operasi payudara, pipi, janggut, dan sebagai puncak tindakan yang paling ekstrim adalah operasi kelamin. Pengertian waria lebih dikhususkan pada seorang yang tidak bisa bertindak sebagai laki-laki. Waria hanya akan bahagia apabila diperlakukan sebagai seorang wanita (Kurniawan, 2000). Sebuah konsekuensi yang berat bagi seorang laki-laki yang merasa dirinya lebih cocok menjadi seorang wanita, waria akan dianggap mempunyai kepribadian yang aneh, seorang pria yang ingin menjadi seorang wanita banyak menerima tentangan dari keluarga maupun masyarakat tempat tinggalnya. Kondisi tersebut akan menyebabkan para waria mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pola perilaku dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi pola perilaku yang normal dan abnormal. Kepribadian yang normal adalah suatu pribadi yang dianggap bisa menyesuaikan dan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat. Sebaliknya apabila individu memiliki sifat-sifat dan melakukan atau berperilaku yang bertolak belakang atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat maka individu tersebut disebut sebagai kepribadian abnormal (Atkinson, 1985). Menurut Koeswinarno (1993), muncul dua sub tipe waria, yaitu waria yang keberadaannya sebagai waria tidak diketahui orangtua. Oleh karena itu, sesekali ia berani pulang kerumah dengan tetap berpenampilan fisik sebagai lakilaki. Kedua, waria yang keberadaannya yang sama sekali tidak diketahui orangtua, dan mereka menjadi pelarian seumur hidup.

5 Sikap penolakan yang diperhatikan orang lain secara terus menerus terhadap waria sangat mempengaruhi kehidupan waria dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial. Pada kenyataannya sebagian besar keluarga dan masyarakat belum bisa menerima keberadaan waria dalam lingkungannya secara wajar. Perlu waktu yang tidak sedikit sampai keluarga dan masyarakat benarbenar bisa menerima keberadaan waria, terutama sebagai pendukung bagi waria untuk terus mengembangkan potensi dan prestasi yang dimiliki agar bermanfaat bagi masyarakat banyak dan khususnya bagi keluarganya. Waria lari dari tempat tinggal semula karena mereka menganggap tidak nyaman dan mereka mulai mencari lingkungan baru yang lebih bisa menerima keberadaan dia sebagai seorang waria, atau dengan kata lain mereka mencari lingkungan baru yang lebih kondusif bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Penyelesaian konflik yang dimanifestasikan ke dalam penerimaan individu di dalam keluarga dilakukan setelah seseorang secara total tampil sebagai waria. Dalam konteks ini, Koeswinarno (1993) menyatakan tiga kemungkinan penyelesaian konflik yang muncul. Pertama, seorang waria dapat diterima kembali oleh keluarga melalui usaha keras dengan menampilkan prestasi yang dipandangnya menjanjikan masa depan dan lebih terhormat dibanding menjadi pelacur. Kedua, penyelesaian konflik dengan cara membiarkan pusat konflik hilang. Ketiga, dengan membiarkan konflik itu sekaligus sebagai penyelesaian. Larinya seorang waria di satu sisi merupakan konflik dirinya dengan keluarga sekaligus merupakan penyelesaian konflik itu sendiri tanpa harus diterima kembali oleh keluarga sebagai penyelesaian konflik. Namun dengan

6 kembalinya waria pada lingkungan keluarga juga mampu menyelesaikan konflik yang terjadi dengan melakukan interaksi sosial yang harmonis, yang menunjukkan sebuah pembuktian dari waria kepada pihak keluarga bahwa keberadaannya di dalam keluarga tidak hanya membawa aib namun juga mampu memberikan sebuah prestasi tertentu. Interaksi sosial menurut Walgito (2002) merupakan hubungan antar individu dimana individu yang satu mempengaruhi individu yang lainnya atau sebaliknya. Interaksi sosial, merupakan kunci dari semua kehidupan seseorang oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya dengan perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-perorangan/kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling bicara dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan sebagainya. Pasaribu (1995) berpendapat bahwa interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif tergantung dari predisposisi sikap seseorang yang menunjukkan kesediaan atau penolakan. Kontak sosial dapat juga bersifat primer, yakni apabila individu terlihat bertemu langsung (face to face) atau sekunder yang berarti individu yang terlibat bertemu melalui media tertentu. Dari aspek-aspek yang berpengaruh dalam interaksi sosial ini akan digunakan oleh setiap waria dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Begitu pula dengan kedisiplinan dalam sebuah profesi yang banyak digeluti oleh waria, misalkan

7 peñata rias atau penyanyi dangdut, kemungkinan dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan orang lain yang terjadi di suatu tempat kerja. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian, selain itu penulis juga ingin mengetahui bagaimanakah kemampuan berinteraksi sosial pada waria di lingkungan keluarga?. Oleh karena itu penulis memilih judul penelitiannya adalah Interaksi Sosial Waria di Lingkungan Keluarga. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses interaksi sosial waria di lingkungan keluarga. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang berjudul Interaksi Sosial pada Waria ini adalah: a. Bagi subyek, diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk dapat berprilaku sesuai dengan norma yang ada dan mampu berinteraksi dengan keluarganya dengan baik. b. Bagi orang tua, diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk lebih menanamkan dan membekali pendidikan agama dan moral pada anak sejak dini, sehingga anak lebih memiliki kontrol diri dalam bertindak dan berprilaku.

8 c. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi dalam melakukan penelitian sejenis. d. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi sosial.