BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Partai Gerindra adalah partai yang mencintai Indonesia. Terlepas dari usaha untuk menilai apakah berhasil atau tidak dalam mewujudkan cita-citanya, konsistensi antara pemikiran dan tindakannya menunjukan bahwa Partai Gerindra mengabdikan sepenuhnya untuk Indonesia. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, maka Partai Gerndra harus meningkatkan elektablitasnya di mata masyarakat, salah satu caranya dengan memanfaatkan teknologi modern yang berkembang, seperti adanya sosial media, dalam hal ini twitter. Partai Gerindra menilai media sosial twitter cukup mumpuni menjadi salah satu senjata yang canggih untuk mendorong elektabilitas partai, dalam hal menyampaikan pesan ke masyarakat untuk mencapai kemakmuran yang setaraf. Partai Gerindra adalah salah satu partai penganut sosialisme. Bagi Partai Gerindra, tanpa sosialisme tidak akan terwujud sistem yang mampu menghilangkan kesenjangan-kesenjangan dalam masyarakat. Dalam bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa tanpa berdasarkan sosialisme maka republik sebagai perwujudan kekauasaan rakyat, yang kepentingannya berpihak pada rakyat, tidak akan pernah tercapai. Maka memahami konsep politik-ekonomi Partai Gerindra tidak dapat dilihat secara terpisah. Kekuasaan dari, oleh, untuk rakyat (demokrasi) tidak akan 76
77 pernah terwujud sebelum rakyatnya memiliki taraf kemakmuran yang setara sebagaimana dalam pemahaman sosialisme. Merdeka 100 persen menjadi sebuah konsep arah perjuangan yang harus ditempuh oleh Indonesia. Pemikiran ini berangkat dari adanya ketidaksesuaian antara haluan yang ditempuh pemerintah dengan rakyat berjuang. Maka itu Partai Gerindra butuh untuk mendulang suara dalam pemilu 2014. Partai Gerindra sangat mempercayai bahwa kekuatan rakyat akan dapat mempertahankan proklamasi tanpa harus melalui jalur negosiasi yang masih membahas mengenai kedaulatan RI. Pemikiran tersebut rupanya mendapat perhatian yang cukup besar. Terbentuknya kekuatan koalisi mayoritas dalam bentuk Koaliasi Merah Putih (KMP) cukup memberi warna terhadap jalannya sejarah perjuangan Indonesia di masa reformasi ini. Namun, ironis bahwa perjuangan tersebut kurang berhasil bukan karena gagal berhadapan dengan kubu lain yang sesungguhnya yaitu imperialisme barat, melainkan oleh perang hegemoni politik Indonesia. Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis pada hasil kicauan dan wawancara Partai Gerindra melalui akun @Gerindra di media sosial twitter yang didasari oleh paradigma kostruktivis menghasilkan tiga kesimpulan untuk meningkatkan elektablitas Partai Gerindra yang dapat dijelaskan dalam empat tahap: 1. Tema-tema dan sub tema yang ditampilkan oleh @Gerindra yakni terdiri dari:
78 a. Memberikan pendidikan politik kepada masyarakat melalui media sosial twitter, sub tema yang dituliskan oleh pengguna twitter adalah opini yang berisikan Ketuhanan, Perdamaian, Persatuan, Kebersamaan, dan Keadilan. Artinya, dalam menggerakan twitter Partai Gerindra cukup concern dengan menjaga hubungan baik meski berbeda pendapat dengan kubu atau kelompok lain. Strategi meningkatkan elektabilitas melalui media sosial dalam hal ini twitter akun @Gerindra bertujuan untuk mendorong kesempurnaan target lainnya yakni menggalang suara untuk pemilihan umum di 2014 yang menunjukkan ambisi Partai Gerindra sebagai partai politik pemimpin digital dan multi-akses termasuk dengan menggunakan jejaringsosial lainnya seperti Facebook. Indonesia dilihat memiliki pertumbuhan pengguna internet yang luar biasa beberapa tahun belakangan. Sebuah firma riset internet, Global Web Index menyatakan bahwa penggunaan internet di Indonesia menduduki peringkat ke-7 di dunia dengan sekitar 58 juta pengguna internet, atau meningkat sebanyak 430 persen pada periode 2008-2013. Riset itu juga menunjukan bahwa sekitar 28 persen pengguna Internet di Indonesia mengakses web melalui alat perangkat mobile secara eksklusif. Inilah sebabnya mengapa Partai Gerindra ingin membangun sebuah pengalaman multi-platform dalam menjalankan kegiatan politiknya.
79 b. Pada tema politik, pengguna twitter menuliskan opini pro yang menuliskan dukungan, dan harapan terhadap negara Indonesia agar tetap berdaulat. Opini yang besifat optimia dan juga netral terhadap kubu lainnya dimana pengguna tidak memberikan opini yang menjelekan lawan politik, namun berupa kritikan membangun. 2. Pembentukan Opini Publik Dalam penelitian ini, peneliti menemukan hasil penelitian berdasarkan kenyataan dilapangan terkait faktor-faktor pembentukan opini publik. Setiap opini yang dibentuk Partai Gerindra akan menghasilkan sebuah opini publik yang dibentuk oleh pengguna twitter itu sendiri di media sosial twitter. Adapun faktor-faktor tersebut adalah: 1.1 Obyek Masalah, isu, kejadian, kasus atau peristiwa yang menyangkut politik di masyarakat. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek adalah meningkatkan elektabilitas Partai Gerindra. Dalam kicauannya di twitter Partai Gerindra mengharapkan bahwa seluruh masyarakat ikut aktif dalam terselenggaranya pemilu 2014 secara demokrasi yakni dengan cara ikut melakukan pencoblosan atau pemilihan di tempat yang disediakan. Dengan demikian akan meminimalisir jumlah golongan putih atau tidak ikut memilih dalam pemilu 2014.
80 1.2 Subyek Subyek yang dimaksud adalah akun Partai gerindra di media sosial twitter yakni @Gerindra. 1.3 Persepsi Persepsi adalah tahap tahap proses berpikir dari subyek. Persepsi disini merupakan proses berpikir dari subyek (pengguna twitter) terhadap obyek (meningkatkan elektabilitas Partai Gerindra). Dalam komunikasi dengan peneliti Partai Gerindra mengharapkan setiap langkah atau kebijakan yang dikeluarkan merupakan untuk kebaikan Indonesia secara keseluruhan. 1.4 Reaksi atau Opini Opini yang diekspresikan adalah reaksi dari publik berupa tanggapan, atau pendapat yang dituliskan lewat kicauan akun @Geribdra di dalam twitter oleh subyek (pengguna twitter). Opini pengguna twitter (subyek) yang kuat, atau mempunyai dasar-dasar yang kuat mengenai obyek (meningkatkan elektabilitas Partai Gerindra) yang diperbincangkan dan dibahas akan menimbulkan reaksi. Masyarakat twitter yang tergabung dalam komunitas online sudah menjadi satu kesatuan dari masyarakat modern. Komunitas yang tidak mengenal jenjang usia, pendidikan, dan latar belakang ini dapat menimbulkan reaksi terhadap apa yang didukungnya. 1.5 Tendensi (keberpihakan)
81 Sikap keberpihakan atau kecenderungan terhadap obyek atau isu oleh pengguna twitter yang berperan sebagai subyek dalam pembentukan opini public dari Partai Gerindra cukup kuat karena twitter sebagai tempat interaktif yang memfasilitasi pergerakan informasi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menimbulkan ekspresi dari masyarakat. 2. Implementasi dengan dua proses, gradual ramp-up menjaga interaksi dan hubungan baik dengan followers serta big bang launch dengan meningkatkan intensitas interaksi jelang Pemilu 2014. 3. Memantau dan menilai yang merupakan tahap pelaksanaan dengan hasil yang baik berdasarkan pemantaun dari feedback kepada akun @Gerindra. Setelah menyimpulkan tahapan-tahapan itu penulis mendefinisikan terdapat beberapa konsep kerja dalam pengelola akun media sosial dalam hal ini Twitter Partai Gerindra yakni @Gerindra, yang menerapkan: 1. Sistem kerja kolaboratif, dalam hal ini kolaborasi merupakan etos kerja yang menghargai pemikiran, bahwa pekerjaan dapat diselesaikan bersama dengan orang lain secara bahu membahu. Kolaborasi memiliki nilai-nilai dasar untuk membangun hubungan yang saling mempercayai. 2. Perekrutan dan pembagian kerja tim, Dengan bantuan tim yang kompak dan solid, maka dipastikan pergerakan kampanye untuk meningkatkan elektablitas Partai Gerindra di media social bisa semakin lancar
82 sehingga mampu memenuhi permintaan masyarakat yang semakin hari semakin besar. 3. Teknis bekerja. Dalam setiap pengelola akun @Gerindra dibagi ke dalam beberapa bagian dengan bidang keahlian masing-masing, seperti politik, ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan lain-lain. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, penulis memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain yang membaca penelitian ini: 1. Twitter dan beberapa jenis media sosial lain banyak bermunculan dan menjadi ruang sosial baru untuk bertukar pikiran, berinteraksi, menyampaikan opini, dan membentuk serta menghasilkan opini publik, dan menjadi media komunikasi baru dalam kehidupan sosial. Hal ini telah menghadirkan berbagai fakta-fakta dan fenomena sosial menarik dalam kajian mengenai media. Perkembangan media social tentu tidak bias kita hindari, tetapi kita tetap perlu menanamkan pengamalan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 demi terciptanya Indonesia yang lebih maju namun tetap dengan mempertahankan ciri ke-indonesia-an-nya. Jika kita hanya bias menyesuaikan diri dengan era globalisasi tanpa menyaring dengan kebudayaan pancasila maka akan sia
83 sia saja dan justru akan mengalami kemunduran. Kemunduran moral khususnya. Penulis mengakui bahwa bidang kajian ini juga tentunya masih membutuhkan pengembangan serta pendalaman lebih lanjut dalam penelitian komunikasi. 2. Penelitian dengan menggunakan pendekatan paradigma konstruktivis juga perlu dikembangkan dalam ranah penelitian analisis komunikasi lainnya dalam rangka perluasan dan pendalaman hasil penelitian.