BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

MASA KANAK-KANAK AKHIR. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB II REMAJA AWAL, SELF ESTEEM, DAN TINGKAH LAKU AGRESI

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Remaja Pemain Point Blank. tahun. Monks, dkk (1994) memberi batasan usia remaja adalah tahun.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Agresi 2.1.1. DefinisiPerilaku Agresi Menurut Scheneiders (1955) perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampilkan dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal. Buss (dalam Sarah, 2005) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu perilaku yang dilakukan secara sengaja yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (secara fisik dan verbal) yang dimaksudkan untuk menyakiti makhluk hidup lain. Buss & Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah dan permusuhan. Selanjutnya Buss & Werren (2000) juga mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk dari impuls yang dapat menimbulkan tingkah laku agresif adalah kemarahan, emosi, sakit hati, serta keinginan melukai atau merugikan orang lain. Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mengemukakan agresi merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang lain yang terdorong untuk menghindari 10

perlakuan itu.hal senada juga di ungkapkan oleh (Krahe, 2005) bahwa definisi agresi disajikan berdasarkan fokusnya terhadap tiga aspek yaitu akibat merugikan/menyakitkan, niat, dan harapan untuk merugikan, dan keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk menghindari stimuli yang merugikan itu. Buss (dalam Indarsih, 2003) mengemukakan manusia dalam kaitan kehidupannya tidak terlepas dari perilaku agresif. Perilaku agresif sudah mulai nampak sejak individu tersebut memasuki masa kanak-kanak. Menurut Indarsih (2003) bentuk-bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke luar maupun ke dalam adalah merupakan gejala umum tingkah laku agresif. Contoh perilaku diarahkan ke luar maupun ke dalam diri seseorang seperti bertindak kasar sehingga menyakiti orang lain, berkelahi, membuat onar di sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah dan melanggar perintah. Sedangkan bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke dalam antara lain kecenderungan putus asa, dan rasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan, cenderung tidak tertarik pada kesenangan yang sifatnya berkelompok, apatis terhadap kegiatan sekolah ataupun masyarakat. Teori belajar mengungkapkan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan serta memiliki tujuan untuk melukai korban, dalam hal itu di dahului oleh observasi terhadap model (contoh agresi). Motif utama perilaku agresif sendiri adalah keinginan untuk menyakiti orang lain atau melukai orang lain yang tidak disadari 11

yang tidak memperdulikan realitas, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak menyensor diri sendiri dan bekerja atas dasar prinsip kesenangan serta amoral untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif atau keinginan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif. Sedangkan Wrighstman dan Deux (dalam Dayaksini dan Hudaniyah, 2003), mengatakan bahwa agresimerupakan bagian dari ego. Dorongan agresif sehat, karena merupakan usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang nyata dari manusia. Berdasarkan pendapat diatas, penulis merasa tertarik dengan pendapat Buss & Perry sehingga penulis menyimpulkan perilaku agresif dengan berdasarkan definisi yang dibuat oleh Buss & Perry (1992) bahwa perilaku agresif adalah suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah dan permusuhan. 2.1.2. Jenis-jenis perilaku Agresi Secara umum Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi sebagai berikut: 1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) adalah perilaku agresi yang ditandai dengan emosi yang tinggi dan dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti. 12

2. Agresi instrumental adalah perilaku agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Berkowitz (1995), membedakan agresi menurut sasarannya kedalam duajenis, yaitu: 1. Agresi Instrumental, yaitu agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untukmencapai tujuan tertentu. 2. Agresi Impulsif, yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untukmelukai, menyakiti dan juga menimbulkan efek kerusakan, kematian pada korban. Buss & Perry (1992), berpendapat bahwa ada empat bentuk pola agresi yang biasa dilakukan oleh individu, yaitu : 1. Agresi fisik Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik, seperti memukul, menendang dan lain-lain. 2. Agresi verbal Agreesi yang dilakukan secara verbal kepada lawan, seperti mengumpat, menyebarkan cerita yang tidak menyenangkan tentang korban kepada orang lain, memaki, mengejek, membentak, dan berdebat. 3. Agresi Benci Agresi yang semata-mata dilakukan sebagai pelampias keinginan untuk melukai, menyakiti atau agresi yang tanpa tujuan selain 13

untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban. 4. Agresi instrumental Agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresi Menurut Davidoff (dalam Mutadin, 2002)perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Faktor Biologis Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu: a. Gen Tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Ada hubungan antara faktor genetik atau keturunan terhadap perilaku agresif manusia. b. Sistem otak Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. c. Kimia darah Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku 14

agresi. Pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogendan progresteronmenurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan wanita menjadi mudah tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanita yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada saat berlangsungnya siklus haid ini. 2. Faktor lingkungan Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu: a. Kemiskinan Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi remaja secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonomi dan moniter yang menyebabkan pembengkakan kemiskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar. b. Anonimitas Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri). Jika seseorang merasa anonim cenderung berperilaku semaunya sendiri, 15

karena merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati dengan orang lain. c. Suhu udara yang panas Suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968, US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya. 3. Kesenjangan generasi Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak. 4. Amarah Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak. Pada saat amarah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran 16

yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif. 5. Peran belajar model kekerasan Menyaksikan adegan kekerasan dapat menyebabkan terjadinya proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif. 6. Frustasi Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Frustasi ini kemudian melahirkan agresi, karena agresi bisa meringankan emosi negatif (Bushman, Baumeister, & Philips, 2001 dalam Davidoff). 7. Proses pendisiplinan yang keliru Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti ini akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain. 17

Menurut Willis (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah sebagai berikut : 1. Kondisi pribadi anak Adalah kondisi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu, lemahnya kontrol diri terhadap lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan. 2. Kondisi lingkungan keluarga Lingkungan keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan perhatian sehingga anak mencarinya dalam kelompok sebaya, keluarga yang lemah dan keluarga yang kurang harmonis. 3. Kondisi lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, terbelakang pendidikan pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap anak jalanan, pengaruh norma-norma baru yang ada diluar. 4. Kondisi lingkungan sekolah, seperti kurangnya perhatian guru. (Pearche, 1987dalam Willis, 1981) menyatakan bahwa perilaku agresif diperoleh dari belajar dengan perantara model dan akibat timbal balik dengan keadaan sosialnya dan seseorang belajar melakukan tindak agresi dengan melalui imitasi dan pemberian penguat. 18

2.1.4. Aspek-Aspek Perilaku Agresif Buss dan Perry (1992) mengemukakan bahwa ada tiga aspek untuk mengukur kecenderungan perilaku agresif, diantaranya : 1. Agresi fisik dan verbal Agresi fisik adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain yang dilakukan secara fisik. Sedangkan agresi verbal adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain berupa perkataan atau ucapan. 2. Kemarahan Reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan atau frustasi, dan dicirikan oleh reaksi darurat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatik, dan secara implikit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatik atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan. 3. Permusuhan Kecenderungan ingin menimbulkan kerugian, kejahatan, gangguan atau kerusakan pada orang-orang lain, kecenderungan melontarkan rasa kemarahan pada orang lain. 19

2.2. Perhatian Orang Tua 2.2.1. Pengertian Perhatian Orang Tua Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya. Seperti yang dikemukakan oleh Verbeek(1978)perhatian orang tua merupakan hal yang penting, dalam hal ini perhatian diberikan oleh orang tua yang dinyatakan dalam sikap-sikap terbuka atau terarah dan itu pun dilakukan secara sadar. Memperhatikan berarti menolong seseorang berkembang dan ini merupakan suatu proses, suatu cara menjalin relasi dengan seseorang. Menurut Crowd (dalam Mugiyati, 2003) bahwa memberikan perhatian berarti memberi petunjuk pada pikiran-pikiran anak kearah ide-ide yang utama atau mendorong anak untuk mengatakan sesuatu dengan keyakinan dan kenyataan yang ada. 20

Seperti yang diterangkan oleh Kartono (2000) bahwa keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Dengan demikian perlu adanya perhatian dari keluarga karena perhatian keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan watak dan kepribadian anak serta menjadi unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak, sehingga dalam hal ini perhatian orang tua sangat diperlukan dalam perkembangan anak. Remaja tumbuh mulai dari keluarga dan dari orang tualah yang dekat dengan anak. Dalam hal ini orang tua haruslah menjadi pemimpin yang baik, yaitu pemimpin yang berada di muka, pemimpin yang berada ditengah-tengah serta pemimpin yang mengawasi dari belakang. Dengan bertindak sebagai pemimpin orang tua tidaklah hanya sebatas mengawasi, tetapi remaja perlu adanya teladan, dorongan dan perhatian dari orang tua. Perhatian orang tua merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses perkembangan psikologis remaja dimana pada akhirnya juga akan mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Jadi perhatian orang tua perlu ditunjukkan dengan respon-respon yang memuaskan karena hal itu dapat merangsang remaja untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku (Mugiyati, 2003) dan sebaliknya akan menjadi masalah jika perhatian itu ditunjukkan dengan respon-respon yang kurang memuaskan, mencela atau mengancam pada anak yang 21

melanggar standar moral yang akibatnya anak merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung sehingga anak lebih suka melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai moral untuk menarik perhatian orang tua (Kartono, 1998). Kartono (dalam Dewi, 2002) perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktifitas, daya konsentrasi dan pembatasan. Suryabrata (2000) mengartikan perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada satu objek, juga banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. 2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua Menurut Ahmadi (1982) hal-hal yang mempengaruhi perhatian orang tua antara lain : 1. Pembawaan Pembawaan merupakan tipe-tipe pribadi yang dimiliki oleh setiap orang tua, tipe-tipe kepribadian yang berbeda pada orang tua akan berbeda pula sikapnya dalam memberikan perhatian kepada anak. 2. Kebutuhan Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai suatu tujuan yang harus dicurahkan. 22

3. Kewajiban Kewajiban mengandung unsur tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua 4. Keadaan Jasmani Tidak hanya kondisi psikologis tetapi kondisi fisiologis juga ikut mempengaruhi perhatian orangtua, kondisi fisiologis yang tidak sehat akan berpengaruh pada usaha orangtua dalam mencurahkan perhatiannya. 5. Suasana Jiwa Keadaan batin, perasaan atau pikiran yang sedang berlangsung yang dapat mempengaruhi perhatian orangtua. Hal ini bisa bersifat membantu atau sebaliknya bisa juga menghambat usaha orangtua dalam memberi perhatian. 6. Suasana Sekitar Merupakan suasana dalam keluarga itu sendiri, misalnya ada ketegangan diantara anggota keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua. 23

2.2.3. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua terhadap Anak Aspek-aspek perhatian orang tua terhadap anak menurut Kartono (dalam Mugiyati, 2003) antara lain : 1. Memantau kegiatan anak Orang tua memantau kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah, agar dapat memahami apa saja yang dilakukan oleh anak. 2. Membangkitkan Semangat Belajar Orang tua harus bisa memotivasi anak untuk rajin belajar, agar anak dalam belajar juga semangat karena itu merupakan tugas dan tanggungjawab anak sebagai siswa. 3. Pemenuhan Kebutuhan Memenuhi kebutuhan anak baik secara materi maupun psikologis merupakan suatu wujud dari perhatian orang tua. 4. Dorongan Kepada Anak untuk Memenuhi Peraturan Orang tua harus sabar dalam mengarahkan anak-anaknya untuk tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada. Karena anak remaja yang sedang mengalami pergolakan di dalam hatinya, biasanya cenderung ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya. 5. Memahami dan mengajak berkomunikasi 24

Hal ini sangat penting, karena dengan memahami dan mengajak anak untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Keakraban dapat menjadikan saling mengerti danmemahami keinginan antara orang tua dan anak. 2.3. Pengertian Remaja Menurut Santrock (2002), remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan kognitif dan sosial emosional.selanjutnya Papalia & Olds (dalam Santrock, 2002) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun. Menurut Hall (dalam Sarwono, 2000) masa remaja atau adolescence adalah masa topan badai (strum and drang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. 2.3.1. Tugas Perkembangan Remaja Pikunas (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir remaja, yaitu : 25

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya 26

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figurfigur otoritas 3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok 4. Menemukan model untuk identifikasi 5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber yang ada pada dirinya 6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada 7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan. Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Agustiani, 2006) adalah: 1. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin 2. Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial 3. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif 4. Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 27

5. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga 6. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi 7. Menemukan set dari nilai-nilai dan system etika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi 8. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial secara bertanggung jawab 2.4.Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Remaja Secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Remaja tidak hanya akan mempertanyakan siapa dirinya tetapi juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan (dalam Agustiani 2006). Pada masa-masa transisi seperti inilah banyak menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan yang dapat memungkinkan remaja akan mudah bertindak agresif. Menurut Kartini Kartono (1992), anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan berpijak. Sehingga anak akan mengembangkan reaksi kompensatoris negatif dalam bentuk dendam dan sikap bermusuh terhadap dunia luar. Seperti contohnya melakukan tindakan yang agresif untuk menarik perhatian dan mengganggu orang tuanya. 28

Menurut Mugiyati (2003) bahwa dalam aspek perhatian orang tua yang salah satunya adalah memahami dan mengajak berkomunikasi, hal ini sangat penting karena hanya dengan memahami dan mengajak anak untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Jika kurang adanya komunikasi antara orang tua dan anak, maka orang tua tidak akan tahu dan tidak akan dapat memahami apa yang menjadi keinginan anaknya. Hal ini bisa menimbulkan anak berperilaku agresif pada orang tua, orang lain atau bahkan pada benda di sekelilingnya (Mugiyati, 2003). 2.5. Temuan Penelitian Yang Relevan Ada berbagai macam penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Karunianti, Korri, Eddy(2005) dengan judul Hubungan Interaksi Orang Tua dan Anak dengan Intensi Agresi Pada Remaja Awal. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi pada remaja awal yang ditunjukkan dengan rxy sebesar 0,60 dengan p>0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sholikah, Sholikah, (2007) Hubungan Antara Pola Komunikasi Remaja Terhadap Orang 29

Tua dengan Perilaku Agresif remaja pada Pelajar di SMK Karya Nugroho Boyolali. Dari hasil penelitian ini didapatkan p value = 0,011 (p value < 0,05). Hal ini berartiterdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi remaja terhadap orangtua dengan perilaku agresif remaja pada pelajar SMK Karya Nugraha Boyolali. Penelitian R, Ester Lina (2006) ditunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap perhatian orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja di SMP N 10 Salatiga dengan r=-0,245 dan p<0,05 Penelitian Sulistiari, Nitalia Cipuk, (2009), mengenai hubungan antara keharmonisan keluarga dengan perilaku agresif pada remaja diperoleh r = -0, 534 dengan p < 0,01 dengan sumbangan efektif 28,6 % yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dan perilaku agresif remaja. Penelitian Bled dan Canger (Syafroni, 1999) menunjukkan bahwa anak yang mempunyai interaksi positif dengan keluarga mempunyai pengaruh dalam keberhasilan pendidikannya. Anak yang mempunyai potensi di atas rata-rata pada siswa SLTA dan berprestasi tinggi lebih sering berinteraksi dengan keluarga dibandingkan remaja yang berprestasi rendah. Bentuk interaksi tersebut diantaranya ada komunikasi yang lancar, ada kesamaan ide artinya saling memberi, saling menerima yang ditandai dengan saling pengertian, saling 30

percaya, mencintai dan memberi semangat dalam meraih prestasi belajar. 2.6. Hipotesis Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara perhatian orang tua dengan perilaku agresif pada remaja, yaitu semakin tinggi perhatian orangtua, maka semakin rendah perilaku agresif pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah perhatian orang tua, maka semakin tinggi perilaku agresif pada remaja. 31