BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Pertanyaan Mengenai Persepsi terhadap Kode Etik Akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi yang mengarah pada perdagangan bebas kini

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan profesi kepercayaan dari masyarakat. Dalam melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah penulis meneliti, memahami, dan menganalisis mengenai usaha

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

KD 5.1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar

Bab I. Pendahuluan. baik, jujur, bertanggung jawab, dan memiliki integritas yang tinggi. manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit

VISI, MISI, TUJUAN, KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang akuntan publik harus memperhatikan kualitas auditnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. Profesi akuntan harus memiliki intregitas, independen

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Literatur 2.1.1 Etika Auditor Munawir (1995), mengemukakan etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukan dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang. Jadi kode etik pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama. Perlunya kode etik bagi profesi yakni mengikat semua anggota profesi yang telah ditetapkan bersama. Tanpa kode etik, maka setiap individu dalam satu komunitas akan memiliki tingkah laku yang berbeda-beda yang dinilai baik menurut anggapanya dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan oleh keahlian, independensi serta integritas moral atau kejujuran pada auditor dalam menjalankan pekerjaannya. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap satu atau beberapa auditor dapat merendahkan martabat profesi auditor secara keseluruhan, sehingga dapat merugikan auditor lainnya. Oleh karena itu, organisasi 8

9 auditor berkepentingan untuk mempunyai kode etik yang dibuat sebagai prinsip moral atau aturan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan auditan, antara auditor dengan auditor dan auditor dengan masyarakat. Kode etik atau aturan perilaku dibuat untuk dipedomani dalam berperilaku atau melaksanakan penugasan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan memelihara citra organisasi di mata masyarakat. Sagena, 2008 mengemukakan bahwa dalam etika pemerintahan terdapat asumsi yang berlaku bahwa melalui penghayatan yang etis yang baik, seorang aparat pemerintah akan dapat membangun komitmen untuk menjadikan dirinya sebagai teladan tentang kebaikan dan menjaga moralitas pemerintahan. Dalam lingkup profesi pemerintahan misalnya, ada nilai-nilai atau prinsip prinsip tertentu yang harus tetap ditegakkan demi menjaga citra pemerintah yang dapat menjadikan pemerintah mampu menjalankan tugas dan fungsinya. Enam prinsip yang tergantung dalam kode etik dapat diidentifikasikan sebagai berikut : a) Tanggung jawab (responsibility) Mereka harus peka serta memiliki pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang mereka lakukan.

10 b) Kepentingan publik Auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan orang banyak, menghargai kepercayaan publik serta komitmennya pada profesionalisme. c) Integritas Yaitu mempertahankan dan memperluas keyakinan publik. d) Obyektifitas dan independensi Auditor harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konflik antar kepentingan dan harus berada dalam posisi yang independen. e) Due care Seorang auditor harus selalu memperhatikan standar teknik dan etika profesi dengan meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, serta melaksanakan tanggung jawab dengan kemampuan terbaiknya. f) Lingkup dan sifat jasa Auditor yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsipprinsip pada kode etik profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang disediakannya. Hasil penelitian terdahulu oleh Alim, dkk (2007), menyatakan etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit auditor BPK, relativisme berpengaruh negatif terhadap kualitas audit

11 auditor BPK, idealisme tidak berpengaruh langsung terhadap kualitas audit auditor BPK akan tetapi melalui variabel intervening yaitu independensi senyatanya dan relativisme berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit auditor BPK dan tidak melalui variabel intervening independensi senyatanya. Falah (2007) mengemukakan orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berhubungan positif dengan sensitivitas etika (kemampuan atau kualitas auditor menyadari adanya nilai-nilai etika) akan tetapi hasilnya tidak signifikan dan relativisme berpengaruh negatif dengan sensitivitas etika (kemampuan atau kualitas auditor menyadari adanya nilai-nilai etika). Suraida (2005) dan Herawaty (2008) menyatakan etika berpengaruh terhadap kualitas proses audit. 2.1.2 Kemampuan Auditor Nasution (2010) mengemukakan bahwa kemampuan auditor pemerintah merupakan merupakan suatu keadaan dimana pemerintah mempunyai kemampuan untuk memeriksa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang mampu mempengaruhi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Telaumbanua (2007) kemampuan auditor pemerintahan adalah menunjukkan apa yang dilakukan oleh auditor dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Ini mengarah pada suatu konsepsi bahwa kemampuan yang dipunyai seorang aparat pemerintah ditunjukkan dengan kesanggupan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya

12 melalui pendidikan dan pengalaman. Dalam hal ini kemampuan pemerintah bergantung pada pengetahuan, adapun tingkat pengetahuan ini dapat dilihat melalui : a) Jenjang pendidikan formal yang di tempuh b) Pendidikan non-formal seperti kursus, pelatihan dan penataran c) Pengalaman kerja Sedangkan pada tingkat keterampilan atau kecakapan dapat dilihat melalui : a) Cara pelaksanaan kerja b) Ketepatan waktu dan pelaksanaan kerja c) Hasil yang dicapai Alim, Dkk (2007), Christiawan (undated) dan Elfarini (2007) mengemukakan kemampuan atau kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Suraida (2005) menyatakan kemampuan atau kompetensi berpengaruh terhadap tingkat skeptisisme profesional (kualitas) audit. Herawaty (2008) mengemukakan kemampuan mencakup pengetahuan, pengetahuan audit berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kemampuan yang baik. Kemampuan tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah

13 dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki. Pengalaman juga akan memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasi bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. 2.1.3 Kualitas Audit De Angelo dalam Djamil (2009), mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut. Ermayanti (2010), menjelaskan bahwa ada sembilan elemen pengendalian kualitas yang harus diterapkan oleh kantor akuntan dalam mengadopsi kebijakan dan prosedur pengendalian kualitas untuk memberikan jaminan yang memadai agar sesuai dengan standar profesional di dalam melakukan audit, jasa akuntansi, dan jasa review. Sembilan elemen pengendalian kualitas tersebut adalah :

14 1. Independensi Seluruh auditor harus independen terhadap klien ketika melaksanakan tugas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah dengan mengkomunikasikan aturan mengenai independensi kepada staf. 2. Penugasan personil untuk melaksanakan perjanjian Personil harus memiliki pelatihan teknis dan profesionalisme yang dibutuhkan dalam penugasan. Prosedur dan kebijakan yang digunakan yaitu dengan mengangkat personil yang tepat dalam penugasan untuk melaksanakan perjanjian serta memberi kesempatan partner memberikan persetujuan penugasan. 3. Konsultasi Jika diperlukan personil dapat mempunyai asisten dari orang yang mempunyai keahlian, judgement, dan otoritas yang tepat. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah mengangkat individu sesuai dengan keahliannya. 4. Supervisi Pekerjaan pada semua tingkat harus disupervisi untuk meyakinkan telah sesuai dengan standar kualitas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah menetapkan prosedur-prosedur untuk memeriksa kertas kerja dan laporan serta menyediakan supervise pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

15 5. Pengangkatan karyawan baru Harus memiliki karakter yang tepat untuk melaksanakan tugas secara lengkap. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah selalu menerapkan suatu program pengangkatan pegawai untuk mendapatkan karyawan pada level yang akan ditempati. 6. Pengembangan profesi Personil harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab yang disepakati. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menyediakan program peningkatan keahlian spesialisasi serta memberikan informasi kepada personil tentang aturan profesional yang baru. 7. Promosi Personil harus memenuhi kualifikasi untuk memenuhi tanggung jawab yang akan mereka terima di masa depan. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menetapkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk setiap tingkat pertanggungjawaban dalam kantor akuntan serta secara periodik membuat evaluasi terhadap personil. 8. Penerimaan dan kelangsungan kerja sama dengan klien Kantor akuntan harus meminimalkan kemungkinan penerimaan penugasan sehubungan dengan klien yang memiliki manajemen dengan integritas yang kurang. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menetapkan criteria dalam mengevaluasi klien baru serta mereview prosedur dalam kelangsungan kerja sama dengan klien.

16 9. Inspeksi Kantor akuntan harus menentukan prosedur-prosedur yang berhubungan dengan elemen-elemen yang lain yang akan diterapkan secara efektif. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah mendefinisikan luas dan isi program inspeksi serta menyediakan laporan hasil inspeksi untuk tingkat manajemen yang tepat. 2.1.4. Tinjauan Menyeluruh Proses Audit Ermayanti (2010) mengemukakan seluruh audit menggunakan urutan kegiatan yang hampir sama, hingga dapat dibagi ke dalam empat langkah : 1. Merencanakan audit Menetapkan lingkup dan tujuan organisasi tim audit, mengembangkan pengetahuan mengenai operasional bisnis, meninjau hasil audit sebelumnya, mengidentifikasi faktor-faktor resiko dan menyiapkan program audit. 2. Mengumpulkan Bukti Audit Mengamati atas kegiatan-kegiatan operasional, meninjau dokumentasi, mendiskusikan dengan para pegawai, memeriksa fisik asset, melakukan konfirmasi melalui pihak ketiga, melakukan ulang prosedur, membuktikan dengan dokumen sumber, mereview analitis dan pengambilan sampel audit.

17 3. Mengevaluasi Bukti Audit Menilai kualitas pengendalian internal, menilai keandalan informasi, menilai kinerja faktor-faktor materialitas, mendokumentasikan penemuan-penemuan audit operasional, mempertimbangkan kebutuhan atas bukti tambahan dan mempertimbangkan faktor-faktor resiko. 4. Mengkomunikasikan Hasil Audit Memformulasikan kesimpulan audit, membuat rekomendasi bagi pihak manajemen, mempersiapkan laporan audit dan menyajikan hasil-hasil audit ke pihak manajemen. 2.2 Kerangka Pemikiran Auditor sebagai suatu profesi harus memiliki kode etik yang merupakan pedoman bagi anggota dalam melaksanakan tugas profesinya. Kode etik ini berisi aturan-aturan umum ideal yang mendorong agar pelaksanaan ideal dapat dicapai dan aturan-aturan khusus yang tidak boleh dilanggar profesi akuntan publik. Ini merupakan pedoman ideal yang apabila dilaksanakan akan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap hasil atau pekerjaannya. Praktek akuntan dikatakan baik salah satunya adalah seorang akuntan harus mentaati kode etik akuntan. Jika hal ini sudah dapat dilaksanakan maka dapat meningkatkan kepercayaan klien dan masyarakat umum. Pemikiran tentang etika auditor terkait dengan kemampuan dan kualitas proses audit.

18 Penelitian yang berkaitan dengan etika, kemampuan dan kualitas hasil audit mencakup penelitian Alim, Dkk (2007) menunjukkan bahwa etika dibagi menjadi dua yakni idealisme dan relativisame. Idealisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit auditor BPK, relativisme berpengaruh negatif terhadap kualitas audit auditor BPK sedangkan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Christiawan (undated), dan Elfarini (2007) mengemukakan kemampuan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian terdahulu mencakup penelitian tentang kemampuan dan independensi auditor terhadap kualitas audit yakni penelitian di Kantor Akuntan Publik (KAP) pada penelitian lain meneliti kompetensi dan independensi berpengaruh dengan kualitas audit dengan etika sebagai variabel moderasi. Penelitian sekarang, peneliti menguji pengaruh etika dan kemampuan auditor terhadap kualitas proses audit dengan studi empiris di kantor Inspektorat Kabupaten Banyumas bahwa etika mencakup moral dan perilaku auditor itu sendiri dan kemampuan audit dalam mengaudit kliennya. Alasan mengambil di kantor Inspektorat karena auditor pemerintah juga menunjang proses pemeriksaan yang memadai dan dilakukan oleh seorang atau kelompok yang ahli di bidangnya di pemerintahan karena telah memiliki sertifikat sebagai pejabat fungsional auditor.

19 berikut : Penjelasan kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan sebagai X 1 Etika Auditor (X 1 ) H 4 H 1 Kualitas Proses Audit H 3 (Y) Kemampuan Auditor X 2 H 2 (X 2 ) Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka peneliti mengambil hipotesis bahwa : H 1 H 2 : Etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas proses audit : Kemampuan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas proses audit H 3 : Etika dan kemampuan auditor secara simultan berpengaruh terhadap kualitas proses audit H 4 : Diantara etika dan kemampuan yang paling berpengaruh signifikan terhadap kualitas proses audit adalah kemampuan auditor.