BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah bagian penting dalam masyarakat. Data dari sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa 18,3% (89.467.806 jiwa) dari total penduduk Indonesia berusia 10 hingga 19 tahun (BPS, 2010). Selain jumlahnya cukup besar, juga merupakan penerus estafet pembangunan. Hal ini menyebabkan kondisi pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan menjadi suatu hal harus diperhatikan. Kondisi ada saat ini akan mempengaruhi kondisi mereka beberapa tahun kemudian saat mereka memasuki usia produktif dan berperan dalam masyarakat. Remaja juga menyimpan potensi cukup besar berupa ide, tenaga, motivasi dan kreativitas masih asli dan unik. Potensi-potensi tersebut perlu dikembangkan, sehingga dapat bermanfaat. Berbagai contoh keberhasilan dengan memfasilitasi kreativitas telah banyak dipublikasikan, misalnya pembuatan grafitti mempercantik dinding-dinding kota besar hingga produksi mobil dan pesawat oleh siswa SMK pada tahun 2012. Di sisi lain, sulit terlepas dari stereotip negatif selalu dilekatkan pada perilaku mereka. Perilaku seperti merokok, perkelahian, hubungan seksual sebelum menikah hingga penyalahgunaan NAPZA sudah akrab dengan dunia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyatakan bahwa jumlah perokok merokok pertama kali pada usia 15 hingga 19 tahun meningkat menjadi 43,3% dari data sebelumnya pada tahun 2007 sebesar 32,4% (Depkes RI, 2008; Kemenkes RI, 2010). Selain itu, data Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2008 juga menyatakan bahwa 39,5% perempuan dan 36,9% laki-laki mulai berpacaran pada usia 15 hingga 17 tahun (BKKBN, 2008b). Perilaku (15-19 tahun) saat berpacaran sangat beragam, mulai bergandengan tangan (62,0% pada wanita dan 60,1% pada laki-laki), berciuman 1

2 (23,2% pada wanita dan 30,9% pada laki-laki) hingga petting (6,5% pada wanita dan 19,2% pada laki-laki) (BKKBN, 2008b). Prevalensi seks pranikah pada juga cukup tinggi. Data Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa sebanyak 6,5% laki-laki dan 5,4% perempuan belum menikah, melakukan hubungan seks pranikah pertama kali pada usia 15 tahun (Kemenkes RI, 2010). Hubungan seks pranikah dapat menyebabkan berbagai konsekuensi bagi, di antaranya masalah kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, hingga penularan HIV/AIDS. Data dari SKRRI tahun 2008 menunjukkan bahwa 8% putri dan 5,2% laki-laki usia 15-19 tahun mengaku mengenal teman pernah hamil sebelum menikah dan menginginkan aborsi. Selain itu, pada periode Januari hingga Maret 2011 sebanyak 33,05% kasus AIDS di Indonesia terjadi pada usia 20-29 tahun (Kemenkes RI, 2011). Surabaya, sebagai salah satu kota besar di Jawa Timur, juga tidak lepas dari permasalahan tersebut. Data dari BPS pada tahun 2011 menyatakan bahwa sebanyak 16,01% (6.035.175 jiwa) dari total penduduk Jawa Timur (37.687.622 jiwa) adalah usia 11 hingga 20 tahun. Survei oleh SeBAYA, salah satu LSM di Jawa Timur, tahun 2010 pada 100 usia 11 hingga 25 tahun di Surabaya menunjukkan bahwa perilaku berpacaran telah cukup beragam, mulai dari berciuman bibir sebanyak 62% hingga seks vaginal sebanyak 20% (SeBAYA, 2010). Kasus HIV-AIDS di Surabaya juga cukup memprihatinkan. Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2010) menyatakan bahwa sebanyak 85 kasus AIDS di Surabaya terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 20 hingga 24 tahun dan 7 kasus terjadi pada kelompok umur, yaitu 15 hingga 19 tahun. Tingginya kasus HIV-AIDS pada usia produktif menunjukkan bahwa penularan virus tersebut telah berlangsung saat orang tersebut memasuki masa. Kasus KTD menjadi fenomena tersendiri di Surabaya. Pada awal tahun 2010, masyarakat Surabaya dikejutkan dengan adanya mayat bayi dibuang di sebuah toilet SMA di Surabaya. Mayat bayi tersebut merupakan bayi dari siswi SMA melahirkan pada pagi harinya dan memutuskan membuang

3 mayat bayinya di toilet sekolah (Surabaya Post, 2010). Kasus lain ialah tingginya kasus KTD pada salah satu SMK di Surabaya. Menurut penuturan guru Bimbingan dan Konseling (BK) sekolah tersebut, setidaknya 1 kasus KTD terjadi di sekolahnya setiap tahun. Pada tahun 2012, guru BK menyatakan sekolah tersebut mengalami kasus kehamilan paling tinggi. KTD memiliki dampak cukup berat bagi. Selama masa kehamilan, putri mengalami beberapa kecemasan terkait dengan masa depan janin, pengetahuan orangtua akan kehamilan hingga tanggung jawab dari pasangan ( Uyun & Saputra, 2011). Selain mengalami kecemasan, hamil juga menanggung beberapa konsekuensi atas kehamilannya. Konsekuensi bagi hamil di antaranya adalah pernikahan dini dan dikeluarkan dari sekolah (Levandowski, dkk., 2012). Setelah menikah, hamil bukannya bebas dari permasalahan. Kehamilan pada usia menyebabkan depresi pada hamil berujung pada penelantaran anak dikandung (Cox dkk., 2008), kemiskinan (Lee & Goerge, 1999), ketergantungan dari hamil dan anak dikandung berujung pada berkurangnya kemungkinan hamil meneruskan sekolah (Maynard, 1995). Beberapa menghindari konsekuensi karena kehamilan dengan melakukan aborsi. Meskipun di Indonesia aborsi tanpa alasan medis merupakan hal dilarang dalam hukum, namun hal tersebut tidak menghentikan praktikpraktik aborsi tidak aman oleh tenaga tidak profesional. di Kupang, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2006 menunjukkan bahwa status pernikahan, usia dan peran pasangan berpengaruh secara signifikan atas aborsi (Awang, 2006). Kehamilan berujung aborsi meningkatkan dampak psikologis dan perilaku negatif pada. Beberapa perilaku negatif pada melakukan aborsi adalah kesulitan tidur dan penggunaan ganja (Coleman, 2006). Permasalahan dihadapi ketika hamil cukup kompleks. Remaja putri mengalami kehamilan kurang mendapat sosial dari lingkungan sekitar meneruskan kehamilannya. Hal ini berakibat pada

4 inisiasi aborsi, penelantaran anak dikandung, kurangnya perawatan prenatal serta gangguan dalam kehidupan personal dan keluarga (Silva, 1998). Dukungan sosial dari pasangan, teman sebaya dan orangtua sangat penting membantu menghadapi masalah kehamilan ini. Dukungan sosial dapat membantu menghindari depresi sangat mungkin dialami pada masa kehamilan (Cox, dkk., 2008) dan menghindari pilihan berisiko seperti aborsi (Coleman, 2006). Dukungan sosial merupakan salah satu bentuk coping stress individu didefinisikan sebagai berbagai bentuk, baik fisik maupun emosional, diberikan oleh orang lain (Fertman & Allensworth, 2010). Konsep sosial berkaitan erat dengan kesehatan mental dan kesejahteraan subjektif (subjective well-being) seseorang. Adanya sosial dan kepuasan akan jejaring sosial membantu seseorang merasa bahagia atau puas terhadap hidupnya (Weiten & Lloyd, 2006). Pada masalah kehamilan, sosial dapat membantu hamil memiliki penilaian realistik tanpa menyalahkan dirinya secara irasional atau berlebihan (Putri, 2010). Dukungan sosial juga membantu mencegah depresi pada hamil, sehingga meningkatkan kepercayaan diri hamil menjadi ibu (Cox dkk., 2008). Dukungan sosial dapat diberikan oleh orang-orang terdekat, seperti orangtua, teman dan pasangan. Dukungan diberikan dapat berupa emosi, penghargaan, instrumen maupun informasi. Pada masalah KTD, KTD lebih banyak mendapat dari guru dan pacar serta kurang mendapat dari teman sebaya dan saudara perempuan. Remaja KTD mempersepsikan pacar sebagai pemberi finansial terbesar dan guru sebagai pemberi instrumental dan emosi kembali ke lingkungan sosial (Crase dkk., 2007). Dukungan sosial dari teman sebaya tidak mengalami kehamilan kurang efektif bagi mengalami KTD. Dalam sebuah forum web pesan bagi hamil, pesan-pesan/ positif bagi hamil ditemukan dalam forum hamil merupakan mayoritas anggota dalam

5 forum tersebut. Hal ini sangat kontras dengan forum menempatkan hamil dalam kelompok minoritas. Dukungan sosial dari teman sebaya memiliki pengalaman sama dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis bagi tersebut (Sherman & Greenfield, 2012). Dukungan sosial holistik dan konsisten juga merupakan kunci coping stress dialami. Namun, sering terjadi adalah kurangnya dari orangtua karena adanya stigma atas kehamilan dialami (Chase dkk., 2006). Selain dari orangtua dan pasangan, juga perlu diberikan oleh layanan kesehatan. Dukungan diberikan dapat berupa layanan konseling membantu menghadapi transisi menjadi orangtua dan menilai kemampuan coping individu. Dukungan berupa layanan konseling juga dapat menilai sumber daya sosial dimiliki terutama bagi secara sosial dikucilkan (Aujoulat dkk., 2010; Aruda dkk., 2010). Besarnya pengaruh sosial terhadap kesehatan mental hamil mendorong peneliti meneliti peran dan sosial bagi menghadapi masalah KTD di Surabaya. Budaya dan nilai di Indonesia masih menganggap kehamilan pada masa merupakan hal tabu menimbulkan banyak kecemasan dan stressor bagi bersangkutan. Penjelasan tentang peran dan sosial bagi mengalami KTD diharapkan dapat membantu memiliki kesejahteraan subjektif (subjective well-being) dan menghindari depresi. Dengan begitu, dapat menghindari pilihan berisiko seperti aborsi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah dalam ini adalah: Bagaimanakah peran dan tersalurnya menghadapi masalah KTD di Surabaya, sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan subjektif?

6 C. Tujuan Memperoleh gambaran tentang tersalurnya sosial serta perannya pada menghadapi masalah KTD di Surabaya, sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan subjektif. D. Manfaat ini diharapkan: 1. Dapat memberikan masukan keilmuan mengenai pendekatan sosial dalam menghadapi situasi menekan (stressful event) terutama permasalahan KTD. 2. Dapat memberikan masukan bagi hamil dalam menghadapi masalah kehamilan dialaminya sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan subjektif dan menghindari depresi serta pilihan berisiko seperti aborsi. 3. Dapat memberikan masukan pada lembaga terkait permasalahan kesehatan reproduksi (Dinas Kesehatan, BKKBN, PKBI) dalam merancang dan mengembangkan program/kebijakan promosi penanganan permasalahan KTD. 4. Dapat memberikan masukan bagi peneliti lain sebagai bahan referensi sejenis sehingga dapat menyempurnakan berikutnya. E. Keaslian mengenai KTD, seks pranikah pada serta peran sosial dalam perilaku berisiko pada telah. tersebut disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut:

7 No Peneliti Gambaran 1. Putri (2010) kuantitatif pada 28 putri mengalami KTD mengenai hubungan sosial dengan penerimaan diri hamil 2. Cox, Bauman, Valenzuela, Joseph, Mitchell dan Woods (2008) 3. Springer, Parcel, Baumler dan Ross (2005) kuantitatif pada 168 hamil tentang hubungan gejala depresi hamil dengan persepsi akan kemampuannya menjadi ibu kuantitatif pada 980 siswa sekolah menengah negeri tentang peran sosial dari orangtua dan teman sebaya Tabel 1. Keaslian Hasil Persamaan Perbedaan Ada hubungan secara signifikan antara sosial terhadap penerimaan diri KTD. Ada hubungan antara gejala depresi dengan persepsi tentang kemampuannya menjadi ibu dan persepsi akan sosial dimiliki Ada hubungan signifikan antara sosial orangtua dan teman sebaya terhadap keinginan bunuh diri, Penggunaan konsep sosial dalam masalah KTD - Permasalahan diteliti yaitu KTD - Penggunaan konsep sosial dalam masalah KTD Penggunaan konsep sosial dalam perilaku berisiko dan metode pengambilan dan analisis data masalah KTD. dan metode pengambilan dan analisis data ini masalah KTD dan metode pengambilan dan analisis data

8 No Peneliti Gambaran 3. Springer, terhadap Parcel, perilaku berisiko Baumler seperti dan Ross keinginan bunuh (2005) diri, seks pranikah, dll.. 4. Yuliasari (2008) 5. Sherman dan Greenfield (2012) kualitatif dengan pendekatan studi kasus tentang penyesuaian diri mengalami KTD akibat seks pranikah kualitatif ini meneliti tentang pengaruh teman sebaya mengalami KTD dalam forum web internet Hasil Persamaan Perbedaan minum minuman beralkohol, seks pranikah (pada putri), perkelahian dan penyalahgunaan obat terlarang Remaja mengalami KTD memiliki kemampuan penyesuaian diri baik apabila mendapat sosial dari lingkungan terutama oleh orangtua Dukungan teman sebaya mengalami kehamilan lebih mendukung terbentuknya well-being pada KTD Permasalahan diteliti yaitu permasalahan KTD pada - Permasalahan diteliti yaitu masalah KTD - Penggunaan konsep sosial dalam masalah KTD mengalami KTD. KTD ini masalah KTD

9 No Peneliti Gambaran 6. Ajoulat, Libion, kualitatif Berrewaerts terhadap 12 Noirhomme responden ini -Renard dan meneliti tentang Deccache persepsi (2010) hamil terhadap kebutuhan psikososial dan kesehatan 7. Crase, Hockaday, McCarville (2007) kuantitatif terhadap 77 hamil dan 77 tidak hamil membandingkan sosial dirasakan oleh masingmasing responden Hasil Ibu memerlukan kesehatan berupa layanan konseling melanjutkan kehamilan Kedua kelompok mempersepsikan diri mereka sebagai bagian dari sebuah jejaring sosial. Remaja hamil merasakan sosial besar dari guru dan pacar sedangkan tidak hamil merasakan sosial besar dari saudara dan teman. Persamaan - Permasalahan diteliti yaitu masalah kehamilan - Metode pengambilan dan analisis data Penggunaan konsep sosial terhadap masalah kehamilan pada Perbedaan menggambarkan konsep sosial holistik dalam permasalahan KTD - Metode dalam ialah metode kualitatif tidak melakukan perbandingan dengan tidak hamil.