PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan (qtq) perekonomian tumbuh 1,62%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (-3,65%) Dari sisi produksi, secara tahunan pendorong utama pertumbuhan ekonomi masih bersumber dari ekspansi pada sektor pengangkutan dan komunikasi (16,68%), serta sektor listrik, gas dan air bersih (11,42%). Dari sisi konsumsi, secara tahunan pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan permintaan domestik, terutama konsumsi pemerintah (19,25%). Pertumbuhan ekonomi triwulan I-9 sebesar 4,37% (y-o-y) atau 1,62% (q-t-q) Di tengah perlambatan ekonomi dunia sebagai dampak berlanjutnya krisis global, perekonomian Indonesia pada triwulan I-9 tercatat masih mengalami pertumbuhan positif. Secara tahunan (yoy), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-9 tercatat sebesar 4,37%, lebih rendah baik dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%), maupun dengan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,25%. Secara triwulanan (qtq), perekonomian tumbuh 1,62%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar -3,65%, meskipun melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,41%. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan I-9 tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sementara dari jenis penggunaan, pertumbuhan terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah. Grafik 1 Perkembangan PDB (Miliar Rp) 6, 55, 5, 45, 4, 35, 3, 25,, 15, 6 7* 8** 9*** PDB Riil Pertumbuhan PDB (q-t-q) Pertumbuhan PDB (y-o-y) 8. 6. 4. 2.. -2. -4. -6. Metodologi Statistik Produk Domestik Bruto yang dilaksanakan oleh BPS disajikan berdasarkan lapangan usaha (sektoral) dan pengeluaran (penggunaan). Data PDB menurut lapangan usaha (sektoral) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam negara Indonesia selama periode tertentu, dan dibagi ke dalam sembilan sektor, sedangkan data PDB menurut pengeluaran (penggunaan) merupakan seluruh komponen permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi, investasi, ekspor neto selama periode tertentu. Data agregat PDB dihitung dengan menggunakan harga berlaku dan harga konstan tahun dasar. Karakteristik data PDB terbagi dalam tiga sifat: data sangat sangat sementara (***), data sangat sementara (**) dan sementara (*), serta angka tetap (tanpa bintang). Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 1
Grafik 2 Pertumbuhan PDB dan PDB Deflator (Index) 3 26 2 18 14 1 6 Growth 25 15 1 5 - -5 6 7* 8** 9*** PDB Deflator Growth (q-t-q) Growth (y-o-y) Perkembangan PDB Sektoral Secara tahunan, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh paling tinggi, sementara secara triwulanan, ekspansi paling tinggi terjadi pada sektor pertanian Dari sisi sektoral, secara tahunan (yoy), pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-9 terutama didorong oleh ekspansi yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi (16,68%) sebagai dampak pertumbuhan pada sub sektor komunikasi (3,94%) dan sub sektor angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP) sebesar 13,48%. Sektor listrik, gas & air bersih tercatat mengalami pertumbuhan terbesar kedua (11,42%), terutama pada subsektor gas kota yang tumbuh sebesar 38,1%. Secara triwulanan (qtq), sektor pertanian menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi triwulan I-9 (19,26%) terutama untuk pertanian tanaman bahan makanan (61,59%) sebagai dampak musiman tibanya musim panen raya. Pendorong utama pertumbuhan selanjutnya berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 3,57%, sebagai akibat ekspansi pada sub sektor gas kota sebesar 18,26%. Grafik 3 Kontribusi Sektor Terhadap Pertumbuhan PDB 2. 1.5 1..5. -.5 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Tw I-7* Tw II-7* Tw III-7* Tw IV-7* Tw I-8** Tw II-8** Tw III-8** Tw IV-8** Tw I-9*** Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 2
Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi paling tinggi terhadap pertumbuhan tahunan triwulan I-9 Berdasarkan kontribusi sektoral, secara tahunan, sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi paling tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I-9 (1,28%), diikuti oleh sektor pertanian (,66%) dan sektor jasajasa sebesar,63%. Sementara menurut rincian subsektor, sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan tahunan masih bersumber dari sub sektor komunikasi yaitu sebesar 1,25%, diikuti oleh kontribusi sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau (,92%), serta sub sektor pertanian tanaman bahan makanan (,43%). Grafik 4 Kontribusi Subsektor Terhadap Pertumbuhan PDB 1.6 1.3 1..7.4.1 -.2 -.5 -.8 Alat angkutan, mesin & peralatannya Makanan, minuman dan tembakau Perdagangan besar & eceran Pertambangan tanpa migas Komunikasi Bangunan Tanaman Bahan Makanan Tw I-7* Tw II-7* Tw III-7* Tw IV-7* Tw I-8** Tw II-8** Tw III-8** Tw IV-8** Tw I-9*** Pendorong utama pertumbuhan ekonomi secara tahunan bersumber dari konsumsi pemerintah Perkembangan PDB Penggunaan Berdasarkan komponen penggunaan, secara tahunan (yoy), konsumsi pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi triwulan I-9 (19,25%) terutama konsumsi pemerintah dalam bentuk belanja barang yang tumbuh sebesar 42,95%. Selanjutnya pendorong utama pertumbuhan adalah konsumsi rumah tangga (5,84%) terutama pada konsumsi non makanan (7,4%). Sementara secara triwulanan (qtq), konsumsi rumah tangga tercatat mengalami ekspansi paling tinggi (,78%) sekaligus menjadi satu-satunya sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I-9. Kenaikan gaji untuk PNS, TNI dan POLRI sebesar 15% pada bulan Maret 9, diikuti oleh perkembangan Grafik 5 Kontribusi PDB menurut Pengeluaran 8 6 4 2-2 -4-6 -8-1 -12 Tw I-7* Tw II-7* Tw III-7* Tw IV-7* Tw I-8** Tw II-8** Tw III-8** Tw IV-8** Tw I-9*** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTB) Net Ekspor Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 3
tingkat harga yang relatif rendah pada triwulan I-9, serta tingginya pengeluaran belanja untuk kegiatan kampanye PEMILU legislatif telah memberikan stimulus pada perekonomian dan mendorong pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga. Berdasarkan tingkat kontribusinya, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi paling tinggi terhadap pertumbuhan tahunan (yoy) PDB triwulan I-9 yaitu sebesar 3,36%, diikuti oleh kontribusi dari konsumsi pemerintah (1,22%), serta kontribusi komponen investasi (PMTB) sebesar,81%. Belanja barang pemerintah mengalami ekspansi tertinggi terhadap pertumbuhan konsumsi TW I-9 Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, konsumsi domestik tercatat mengalami ekspansi sebesar 7,17%(yoy). Berdasarkan komponen konsumsi, pengeluaran konsumsi pemerintah dalam bentuk belanja barang mengalami ekspansi paling tinggi yaitu sebesar 42,95%, diikuti oleh konsumsi rumah tangga bukan makanan (7,4%), konsumsi pemerintah dalam bentuk belanja pegawai dan penyusutan (5,8%) dan konsumsi rumah tangga dalam bentuk makanan yang secara tahunan mengalami ekspansi sebesar 4,47%. Grafik 6 Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi 16 12 8 4 Tw I-7* Tw II-7* Tw III-7* Tw IV-7* Tw I-8** Tw II-8** Tw III-8** Tw IV-8** Tw I-9*** Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Konsumsi makanan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Konsumsi bukan makanan Grafik 7 Pertumbuhan Pengeluaran Investasi 8 6 4 - -4 Bangunan Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri Alat Angkutan Dalam Negeri Alat Angkutan Luar Negeri Lainnya Dalam Negeri Lainnya Luar Negeri Tw I-7* Tw II-7* Tw III-7* Tw IV-7* Tw I-8** Tw II-8** Tw III-8** Tw IV-8** Tw I-9*** Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 4
Investasi alat angkutan luar negeri tumbuh paling tinggi terhadap pertumbuhan investasi triwulan I-9 Secara tahunan (yoy), pengeluaran investasi (PMTB) pada triwulan I-9 tumbuh sebesar 3,51%, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (13,73%). Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan investasi tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan investasi alat angkutan luar negeri (12,92%) terutama disebabkan oleh impor pesawat yang dilakukan oleh beberapa maskapai penerbangan nasional (Garuda, Lion, Mandala dan Sriwijaya). Sumber pertumbuhan investasi selanjutnya berasal dari investasi lainnya dalam negeri (5,32%), serta investasi alat angkutan dalam negeri (2,49%). Ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi Menurunnya permintaan produk-produk ekspor yang berasal dari Indonesia sebagai akibat resesi ekonomi dunia telah menyebabkan kontraksi yang cukup tinggi pada nilai ekspor Indonesia triwulan I-9. Secara tahunan (yoy), ekspor mengalami kontraksi sebesar -19,13%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masih mencatat pertumbuhan sebesar 1,82%. Kontraksi nilai ekspor tersebut disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang terjadi baik pada komponen ekspor barang (-,71%) maupun ekspor jasa (-4,13%). Sementara itu, dilihat berdasarkan kecenderungannya, ekspor barang memiliki kecenderungan terus menurun, sementara ekspor jasa memiliki kecenderungan meningkat. Grafik 8 Pertumbuhan dan Trend Pertumbuhan Ekspor Barang dan Jasa 3 Trend pertumbuhan ekspor jasa 1-1 Trend pertumbuhan ekspor barang - -3 6 7* 8** 9*** Ekspor Barang dan Jasa Ekspor barang Ekspor jasa Trend impor barang dan jasa terus menurun Sejalan dengan kontraksi yang terjadi pada komponen ekspor, secara tahunan (yoy), impor barang dan jasa pada triwulan I-9 mengalami kontraksi sebesar -24,9% (yoy), dengan sumber kontraksi terbesar pada impor barang yaitu sebesar -28,13% (yoy), diikuti oleh kontraksi impor jasa sebesar -8,29%. Baik impor barang maupuin impor jasa memiliki kecenderungan yang terus menurun. Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 5
Grafik 9 Pertumbuhan dan Trend Pertumbuhan Impor Barang dan Jasa 3 Trend pertumbuhan impor barang 1-1 - Trend pertumbuhan impor jasa -3-4 6 7* 8** 9*** Impor barang dan jasa Impor barang Impor jasa Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 6
Tabel 1 Produk Domestik Bruto berdasarkan Lapangan Usaha LAPANGAN USAHA (SEKTOR) Harga Berlaku (miliar Rp) Harga Konstan (miliar Rp) Pangsa terhadap PDB Pertumbuhan (y-o-y) Kontribusi thd. Pertumbuhan (yoy) I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8* I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** 1. Pertanian 161,649.3 178,641.6 7,518.8 165,481.7 5,92.8 69,674.4 74,7.4 79,375.6 61,217.4 73,9.8 14.46 14.53 15.57 12.99 15.77 6.32 4.8 3.43 4.74 4.79.87.7.52.56.66 2. Pertambangan dan Penggalian 127,24.6 144,595.6 147,61.9 124,681.7 115,71.8 42,4.9 42,764.7 43,566.7 43,547.7 43,337.1 11.37 11.76 11.4 9.78 8.85 (1.65) (.45) 2.11 2.7 2.16 (.15) (.4).18.18.18 3. Industri Pengolahan 34,2.5 335,156.3 372,21.2 369,351.5 355,225.2 136,72.1 138,667.5 142,988. 139,48. 138,923.3 27.22 27.26 27.92 28.98 27.32 4.28 4.23 4.31 1.85 1.62 1.18 1.15 1.17.51.44 4. Listrik, gas, air bersih 9,54.2 1,181.7 1,513.8 1,647. 11,212.8 3,581. 3,737.5 3,823.1 3,852.1 3,989.8.85.83.79.84.86 12.35 11.77 1.41 9.34 11.42.8.8.7.7.8 5. Bangunan 89,322.2 1,794.6 113,414.4 115,79.4 125,126.4 31,471. 32,218.6 33,242.7 33,883.4 33,463.3 7.99 8. 8.51 9.9 9.62 8.1 8.12 7.57 5.67 6.33.49.5.46.37.39 6. Perdagangan, hotel dan restoran 158,465.8 169,465. 183,398. 18,79. 174,811.3 87,42.9 89,966.5 94,361.1 91,943.5 87,536.3 14.18 13.78 13.76 14.19 13.44 6.87 8.11 8.42 5.55.57 1.18 1.38 1.45.98.1 7. Pengangkutan dan Komunikasi 72,277.2 74,168. 81,133.3 84,875.6 85,543.1 38,835.4 4,518.4 42,345.2 44,377.8 45,312.6 6.47 6.3 6.9 6.66 6.58 18.33 17.32 15.53 15.82 16.68 1.26 1.23 1.13 1.23 1.28 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 85,726. 9,48.5 94,527.8 97,395.4 98,757.7 48,465.8 49,172.3 5,8.9 51,8.6 51,54.8 7.67 7.36 7.9 7.64 7.6 8.34 8.66 8.6 7.42 6.27.78.8.78.72.6 9. Jasa-jasa 19,47.7 126,162.1 122,927.6 125,273.9 129,456.6 47,49.1 48,243.4 48,783.5 49,624.5 5,253.2 9.79 1.26 9.23 9.83 9.96 5.85 6.74 7.19 6.1 6.81.55.62.65.57.63 Produk Domestik Bruto 1,117,579.5 1,229,645.4 1,332,516.8 1,274,287.2 1,3,297.7 55,242.6 519,359.3 538,566.8 518,935. 527,33.2 1. 1. 1. 1. 1. 6.25 6.42 6.4 5.18 4.37 6.25 6.42 6.4 5.18 4.37 PDB Non Migas 994,369.7 1,87,666.9 1,188,232.6 1,156,115.5 1,7,933.1 469,641.9 483,794.9 52,547.3 483,265.8 491,975.4 88.98 88.45 89.17 9.73 92.9 6.74 6.86 6.9 5.6 4.76 6.23 6.36 6.41 5. 4.42 PDB Migas 123,9.8 141,978.5 144,284.2 118,171.7 92,364.6 35,6.7 35,564.4 36,19.5 35,669.2 35,354.8 11.2 11.55 1.83 9.27 7.1.19.83 (.7) (.17) (.69).1.6 (.1) (.1) (.5) Sumber : BPS (diolah) Tabel 2 Produk Domestik Bruto berdasarkan Penggunaan PENGELUARAN Harga Berlaku (Miliar Rp) Harga Konstan (Miliar Rp) Pangsa terhadap PDB Pertumbuhan (y-o-y) Kontribusi thd. Pertumbuhan (yoy) I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** I-8** II-8** III-8** IV-8** I-9*** 1. Pengeluaran Konsumsi 78,457.3 843,932.1 883,141. 928,795.7 98,339.8 322,984.4 335,221. 343,54. 359,228.4 346,149.8 63.93 64.55 63.7 69.22 65.64 5.47 5.49 6.34 6.42 7.17 3.52 3.58 4.4 4.39 4.58 2. Konsumsi rumah tangga 73,733.1 738,937.6 777,13.4 799,685.3 88,412.6 29,838.6 294,673.5 3,237.5 35,441.1 37,817.5 57.56 56.74 55.75 58.86 58.37 5.67 5.52 5.33 4.84 5.84 3.28 3.16 3. 2.86 3.36 3. Konsumsi pemerintah 76,724.1 14,994.5 16,37.6 129,11.4 99,927.2 32,145.8 4,547.5 42,816.6 53,787.3 38,332.3 6.36 7.81 7.95 1.36 7.27 3.62 5.26 14.6 16.35 19.25.24.42 1.4 1.53 1.22 4. Investasi 298,8.8 329,634.7 373,27. 375,521.3 39,51.3 1,624.7 121,694.6 128,764.7 126,3.5 119,633.6 23.87 23.43 23.91 24.28 22.69 18.42 1.74 9.51 12.47 (.82) 3.95 2.42 2.21 2.83 (.) 5. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 291,33.5 327,656.1 369,257.7 381,338.8 395,757.7 117,134. 1,867.7 127,126.1 128,94.6 121,241.4 23.18 23.27 23.6 24.68 22.99 13.73 12.1 12.15 9.14 3.51 2.97 2.66 2.72 2.17.81 6. Perubahan Inventory 7,49.3 1,978.7 4,12.2 (5,817.5) (5,247.4) 3,49.6 826.9 1,638.6 (2,91.2) (1,67.9).69.16.3 (.4) (.3) 48.22 (58.46) (61.27) 6.78 (146.6).97 (.24) (.51) (.66) (1.1) Diskrepansi Statistik 477.9 49,796.4 8,78.6 (46,299.3) (36,674.4) 12,85.8 14,57.7 21,46.1 (22,94.1) 11,826.2 2.53 2.81 3.91 (4.42) 2.24 (27.96) 26.15 (12.59) (1,568.11) (7.65) (1.5).62 (.6) 4.37 (.19) 7. Permintaan domestik 1,79,278.1 1,173,566.8 1,256,411. 1,34,317. 1,298,85.2 443,69.1 456,915.6 471,818.8 485,231.9 465,783.3 87.8 87.98 87.61 93.51 88.33 8.7 6.84 7.19 7.93 5. 7.47 5.99 6.25 7.22 4.39 8. Ekspor bersih 37,823.5 6,282.2 (3,972.8) 16,269.5 39,56.9 48,827.7 47,873. 45,72. 56,643.2 49,7.7 9.66 9.22 8.49 1.92 9.43 (1.67) (1.92) 9.2 25.45 1.83 (.17) (.19).75 2.33.18 9. Ekspor barang dan jasa 346,596.2 377,63.3 384,468.2 365,84.2 36,633.9 255,181.8 263,976.5 263,66.1 249,11.7 6,371.6 5.51 5.83 48.95 48. 39.14 13.64 12.36 1.63 1.82 (19.13) 6.44 5.95 5..9 (9.66) 1. Impor barang dan jasa 38,772.7 371,321.1 388,441. 349,57.7 267,73. 6,354.1 216,13.5 217,94.1 192,458.5 156,65.9 4.84 41.61 4.46 37.9 29.71 17.99 16.11 1.97 (3.53) (24.9) 6.61 6.14 4.26 (1.43) (9.84) Produk Domestik Bruto 1,117,579.5 1,229,645.4 1,332,516.8 1,274,287.2 1,31,736.7 55,242.6 519,359.3 538,566.8 518,935. 527,33.2 1. 1. 1. 1. 1. 6.25 6.42 6.4 5.18 4.37 6.25 6.42 6.4 5.18 4.37 Sumber : BPS (diolah) Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 7