BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif,

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 2. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran;

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari pengukuran kinerja merupakan ukuran apakah sebuah strategi yang

BAB I. Pendahuluan Visi, Misi dan Tujuan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 3 Tahun 2006 Seri D Nomor 13 Tahun 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 3 Tahun 2006 Seri D Nomor 13 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. hambatan dikarenakan tidak adanya batasan antar negara. dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni memperoleh laba (Profit oriented),

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Kondisi ini memicu perusahaan-perusahaan untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencakup penekanan pada produk, biaya, harga, pelayanan, penyerahan tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. gawat darurat. Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 77 TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

alternatif strategi bersaing yang tepat agar rumah sakit mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yan

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA RUMAH SAKIT WIDODO NGAWI SKRIPSI

Undang-Undang Dasar 1945, secara berkesinambungan hams dilakukan berbagai. optimal. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1991a), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelola jasa pelayanan kesehatan. Rumah sakit pemerintah sebagai sarana utama

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengukuran kinerja telah menjadi topik yang menarik di banyak negara maju.

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena rumah sakit memberikan pelayanan medik dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. unggul secara berkelanjutan, tak terkecuali organisasi sektor publik yang bertugas

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang semakin kompetitif, suatu industri jasa khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada dasarnya adalah pelayan masyarakat. Maka dari itu,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di saat ini, sehingga pelaku bisnis harus menyusun dan merancang

BAB I PENDAHULUAN. telah ditentukan. Kinerja merupakan keberhasilan personel, tim atau unit organisasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 31 SERI D

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, manajemen. mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. karyawan, pemilik, dan stakeholder dengan kata lain kinerja perusahaan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk kepentingan jangka panjang. Jika perusahaan tidak dapat

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam menerapkan tujuan organisasi adalah dambaan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan alat yang disebut pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosanpemborosan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu indikator suksesnya pembangunan suatu bangsa sehingga diperlukan adanya suatu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia, dimana setiap masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas dan secara baik untuk mewujudkan program pemerintah yaitu Millenium Development Goal s ( MDG s ). Menurut Levey dan Loomba (1973 dalam Fauzar, 2013), Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan sendiri / secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan harus diselenggarakan dan diperuntukkan bagi seluruh elemen masyarakat. Pelaksanaannya pun harus optimal dengan memperhatikan aspek sosial guna menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu dimana suatu derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen 1

2 akan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi, sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen (Departemen Kesehatan, 1994). Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal dan komprehensif. Seiring dengan berjalannya waktu, dinamika perkembangan pelayanan terhadap dunia kesehatan semakin hari semakin berkembang. Hal ini seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan dan keinginan masyarakat dengan hadirnya pelayanan yang berkualitas, tidak terkecuali RSUD Kabupaten Kebumen dimana salah satu institusi kesehatan bagi pelaksana pelayanan kesehatan rujukan di lingkungan Kabupaten Kebumen. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010, berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas C, kelas D. Dengan pengklasifikasian tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen, yang selanjutnya disebut RSUD Kebumen masuk dalam kategori Rumah Sakit Umum Kelas C, dimana harus mempunyai fasilitas dan kemampan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Spesialis

3 Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 54 tahun 2013 RSUD Kebumen mempunyai tugas pokok melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan RSUD Kebumen sebagaimana tercantum dalam dokumen Pola Tata Kelola adalah pemberian layanan umum kesehatan perorangan yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen. Sebagai Rumah Sakit milik pemerintah, pasien yang dilayani pun beragam mulai dari pasien tanpa jaminan atau membayar secara out of pocket (pasien Umum), serta pasien dengan jaminan dari Jaminan Kesehatan Nasional atau yang lebih dikenal sebagai BPJS. Selain itu, adanya pertumbuhan rumah sakit yang cukup signifikan di lingkungan Kabupaten Kebumen, maka berdampak pada meningkatnya arus kompetisi di dunia kesehatan. Kondisi demikian, mendorong RSUD Kabupaten Kebumen untuk berbenah diri dalam memperbaiki kualitas pelayanan yang lebih baik, upaya tersebut dengan melakukan evaluasi kinerja.

4 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tahun 2013, maka dapat diketahui bahwa jumlah RS di Kabupaten Kebumen sebanyak 13 buah, baik RS Pemerintah maupun RS Swasta. Dari RS tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas terletak di Kecamatan Kebumen sebanyak 6 RS salah satunya RSUD Kebumen, selanjutnya Kecamatan Gombong sebanyak 3 RS, sedangkan 4 RS yang lainnya terdapat di kecamatan-kecamatan antara lain Petanahan, Sruweng, Kuwarasan, dan Kutowinangun. Data tersebut dapat dilihat dalam diagram di bawah ini: 1 1 1 1 3 Gombong Kebumen Petanahan 6 Sruweng Kuwarasan Kutowinangun Kondisi demikian mengharuskan RSUD Kebumen selaku satu-satunya RS Pemerintah di Kabupaten Kebumen melakukan evaluasi kinerja secara optimal dan berkelanjutan. Kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat digunakan acuan untuk mengukur keberhasilan. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai dan cocok untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan berkembang.

5 Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah organisasi. Sistem pengukuran kinerja tradisional merupakan salah satu cara yang umumnya digunakan oleh organisasi untuk mengukur kinerja. Pengukuran kinerja secara tradisional lebih menekankan kepada aspek keuangan, karena lebih mudah diterapkan sehingga tolok ukur kinerja personal diukur berkaitan dengan aspek keuangan saja. Sistem pengukuran tradisional mempunyai kelemahan karena tidak mampu menginformasikan upaya-upaya apa yang harus diambil dalam jangka panjang dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Selain itu, sistem pengukuran kinerja tradisional dianggap tidak mampu mengukur aset tidak berwujud yang dimiliki organisasi seperti sumber daya manusia, kepuasan pelanggan, dan kesetiaan pelanggan (Aryani et al, 2010). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja, maka diperlukan suatu sistem berbasis kinerja. Kinerja yang baik harus mempunyai sistem pengukuran kinerja yang handal dan berkualitas, sehingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya mengandalkan aspek keuangan saja tetapi juga memperhatikan aspek-aspek non-keuangan. Pengukuran kinerja tersebut menggunakan konsep balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (2000), dimana sebagai sistem pengukuran yang lebih komprehensif. Konsep pengukuran balanced scorecard dilakukan dengan mempertimbangkan empat aspek, antara lain keuangan atau finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang.

6 Balanced Scorecard telah diterapkan oleh banyak perusahaan di dunia. Lawson et al.(2008) melaporkan bahwa survey yang dilakukan sejak tahun 2004 hingga 2006 sekitar 50% perusahaan telah menggunakan BSC. Anand et al.(2005) melakukan survey di India dan menemukan bahwa 45,28% responden telah menggunakan BSC sebagai alat manajemen kinerja mereka. Selain itu, Pada penelitian Nomura Research Institute (NRI) Papers No. 45, 1 April 2002 dikemukakan bahwa Jepang sudah beberapa tahun lalu mengintroduksikan pola kerja balance scorecard (BSC) terhadap lebih dari 20 perusahaan (Morisawa, 2002:3). Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengalaman-pengalaman perusahaan yang menerapkan pengukuran kinerja dengan balanced scorecard tersebut, merasakan bahwa balanced scorecard memang memiliki keunggulan antara lain: (1) Balanced scorecard dapat digunakan untuk melakukan perbaikan keseimbangan di antara sasaran-sasaran jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang; (2) Dapat menciptakan pemahaman strategi perubahan dengan menyusun atau menetapkan indikator-indikator non-finansial kuantitatif disamping indikatorindikator finansial; (3) Mengurangi keragu-raguan atau kekaburan dengan tetap menjaga indikator-indikator non finansial kuantitatif; (4) Mempromosikan proses pembelajaran organisasi melalui suatu pengulangan siklus hipotesis verifikasi; (5) Memperbaiki platform strategi komunikasi secara umum dalam organisasi yang mencerminkan keterkaitan antara pimpinan dan bawahan.

7 Pada awalnya, Balanced Scorecard dirancang untuk digunakan pada organisasi yang bersifat mencari laba, namun kemudian berkembang dan diterapkan pada organisasi nirlaba. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penggunaan pada organisasi laba dengan organisasi nirlaba, diantaranya: pada organisasi laba perspektif finansial adalah tujuan utama dari perspektif yang ada, sedangkan pada organisasi nirlaba perspektif konsumen merupakan tujuan utama dari perspektif yang ada. Perspektif finansial dalam organisasi laba adalah berupa finansial atau keuntungan, sedangkan dalam organisasi nirlaba perspektif finansisal adalah pertanggung-jawaban keuangan mengenai penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi nirlaba karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sesuai dengan jenis organisasi nirlaba yaitu menempatkan laba sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang bersifat kualitatif dan non keuangan.(pramadhany,2011) Oleh karena itu, maka Rumah sakit umum merupakan salah satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang sektor publik dalam bidang jasa kesehatan perlu melakukan pengukuran kinerja dengan konsep Balanced Scorecard. Kegiatan usaha rumah sakit umum daerah bersifat sosial dan ekonomi yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat, dimana Rumah sakit sebagai salah satu jenis Badan Layanan Umum merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

8 Namun, tak sedikit keluhan selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang dinilai masih rendah. Kondisi ini terutama dialami oleh rumah sakit daerah atau rumah sakit milik pemerintah. Penyebabnya sangat klasik yaitu masalah keterbatasan dana yang dimiliki oleh rumah sakit umum daerah dan rumah sakit milik pemerintah, sehingga tidak bisa mengembangkan mutu layanannya, baik karena peralatan medis yang terbatas maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang rendah (Ditama Binbangkum, BPK RI, 2008). Dengan adanya pengukuran kinerja melalui metode Balanced Scorecard, RSUD Kabupaten Kebumen dapat melakukan operasional pelayanan kesehatan yang optimal berorientasi economic-equity-quality, artinya bahwa RSUD Kabupaten Kebumen dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang memuaskan, profesional dengan harga bersaing. Oleh karena itu, strategi dan kinerja RSUD Kabupaten Kebumen harus berorientasi pada keinginan pelanggan. Perlunya pelaksanaan pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard diharapkan dapat menjawab tuntutan dan tantangan zaman yang mengharuskan RSUD Kabupaten Kebumen dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard, diharapkan level manajerial di RSUD Kabupaten Kebumen akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis dengan melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-

9 kepentingan masa yang akan datang. Dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai Rancangan Key Performance Indicators berbasis Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja pada RSUD Kabupaten Kebumen. B. RUMUSAN MASALAH Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam evaluasi dan menjadi bahan dalam membuat kebijakan untuk masa depan. Pengukuran kinerja tersebut dengan menggunakan metode Balanced Scorecard sehingga diharapkan dapat membantu manajerial di lingkungan RSUD Kabupaten Kebumen. Berdasarkan perumusan masalah di atas dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana evaluasi penyusunan program kerja berbasis Balanced Scorecard di RSUD Kabupaten Kebumen? 2. Bagaimana penyusunan Key Performance Indicator dengan metode Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja di RSUD Kabupaten Kebumen?

10 C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk menganalisis rancangan Key Performance Indicators berbasis Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja RSUD Kabupaten Kebumen. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain: a. Mengevaluasi program kerja tahun Tahun Anggaran 2014 di RSUD Kebumen. b. Menyusun Key Performance Indicator (KPI) atau Indikator Kinerja Kunci berdasarkan sasaran strategis dari masing-masing perspektif Balanced Scorecard dalam program kerja Tahun Anggaran 2014 di RSUD Kebumen. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap permasalahan dimaksud sebagai berikut: 1. AspekTeoritis Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah meningkatnya dan berkembangnya keilmuan mengenai kinerja organisasi publik dengan metode Balanced Scorecard. Penelitian ini akan memberikan referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya terutama yang akan menggunakan metode Balanced Scorecard. Teori manajemen strategis

11 akan mendapat kontribusi dari penelitian ini mengingat hasil penelitian ini merupakan rancangan desain bagi perencanaan strategis. 2. Aspek Praktis Bagi penulis penelitian akan memberikan pengalaman penting berupa implementasi teori manajemen strategis untuk menganalisa sistem pengukuran kinerja yang diterapkan di RSUD Kebumen, dalam hal ini penggunaan metode Balanced Scorecard. Pengalaman ini penting bagi penulis selaku peneliti sekaligus karyawan di RSUD Kabupaten Kebumen dimana perlunya mengadopsi teori manajemen modern untuk melaksanakan tugas keseharian. Bagi RSUD Kebumen diharapakan penelitian akan memberikan gambaran dan masukan bagi manajemen terhadap upaya evaluasi dan pengukuran kinerja organisasi dengan metode Balanced Scorecard.