KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

PROGRAM WARGA MADANI (Program Pemberdayaan Masyarakat)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Balikpapan, Februari 2016 Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Balikpapan, Astani Pembina Tingkat I NIP

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PENGALAMAN MENDORONG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA OLEH BURUNG INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

MEMACU PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN MENGINTENSIFKAN PENDAMPINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Shared Resources Joint Solutions

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan

I. PENDAHULUAN. Dengan telah diundangkannya UU. 22 tahun 1999 dan disempurnakan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertujuan agar tenaga kerja

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi semakin pesat,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

DARI AGENDA MEDIA HINGGA AGENDA KEBIJAKAN (Catatan atas Kemampuan Media) Oleh Yoseph Andreas Gual

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

KATA PENGANTAR. Mataram, Februari KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Studio Driya Media Kupang (SDM Kupang)

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. ruang aktivitas manusia dan budayanya tidak bisa lepas dari atmosfir, biosfir,

MENUJU TEBO SEJAHTERA (MTS), AMAN, HARMONIS DAN MERATA.

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

Humas dan Kerjasama sebagai acuan Informasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

IV. METODE PENELITIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi:

KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002 Oleh POKJA KEANEKARAGAMAN HAYATI TIM PENGKAJI MASALAH LINGKUNGAN PROVINSI NTT KERJA SAMA SRESP-AUSAID DENGAN ASDEP II WILAYAH BALI, NTB DAN NTT MENKLH, BAPEDALDA NTT DAN BAPEDALDA NGADA PENDAHULUAN Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai beberapa ciri khas, antara lain: 1. potensi konflik tinggi, 2. potensi ketidaktentuan tinggi, 3. rentangan waktu panjang antara kegiatan dan dampak yang timbul 4. pemahaman masalah lingkungan tidak mudah bagi kalangan luas. Usaha pelestarian lingkungan hidup harus merupakan usaha yang dinamis berdasarkan kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk pemecahan masalah. Kondisi seperti ini juga teramati di CA Watu Ata, Ngada. Untuk meresponsnya, masyarakat di CA Watu Ata harus diarahkan kepada upaya untuk: 1. memiliki kesadaran akan pentingnya pengelolaan kawasan lindung, 2. memiliki data dan informasi yang cukup tentang permasalahan kawasan, 3. berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan demi kepentingan orang banyak. Peran aktif masyarakat di CA Watu Ata akan menjamin dinamisme dalam pengelolaan kawasan dan juga akan berdampak segera untuk menjawab permasalahan kawasan. Mekanisme peran aktif masyarakat harus dimanifestasikan sebagai masyarakat yang demokratis. MASALAH Kondisi CA Watu Ata kini berada pada tingkat yang memprihatinkan dan akan terus berlanjut sampai pada tingkat terlanjutkan. Penyebabnya adalah pada tingkat pengambil keputusan, kepentingan kawasan ini agaknya terabaikan. Banyak kekuatan politik di Ngada yang kurang memahami kepentingan kawasan Watu Ata bagi banyak orang. Hanya sekelompok kecil masyarakat yang memiliki pemahaman dan kepedulian bagi pelestarian kawasan. Apabila kondisi sekarang dibiarkan, kondisinya akan mengancam keberlanjutan pembangunan dan ketahanan masyarakat di CA Watu Ata dan Ngada umumnya. 1

Oleh karena itu, 1. pelestarian CA Watu Ata harus mendapat dukungan dari kekuatan politik utama di Ngada; 2. masyarakat di CA Watu Ata harus mengambil peran dalam menuntut dan melaksanakan pengelolaan kawasan melalui mekanisme demokrasi; 4. pemda Ngada harus memiliki kemampuan dan komitmen pengelolaan CA Watu Ata; 5. penegakan hukum lingkungan merupakan simpul penting dalam upaya pengelolaan Watu Ata, termasuk data dan informasi, kelayakan pengelolaan, transparasi dan lain-lain. TANTANGAN Masyarakat di CA Watu Ata kurang: 1. memahami haknya atas kawasan yang harus dilindungi dan menjalankan kewajiban untuk memenuhi haknya atas stabilitas kawasan; 2. mampu melakukan tuntutan untuk menjaga stabilitas kawasan; 3. berkehendak untuk melaksanakan inisiatif lokal untuk mengatasi permasalahan kawasan. Untuk mewujudkan stabilitas kawasan CA Watu Ata masyarakat harus: 1. sadar dan paham tentang fungi dan status kawasan, 2. mendapatkan data dan informasi yang benar, 3. termotivasi untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan kawasan sebagai cermin dari sumbangan individu atau kelompok masyarakat terhadap pengelolaan kawasan; 4. tahu caranya, 5. tidak ada resiko dalam melakukan tuntutan, 6. mendapat respons yang cukup dari pemda dan DPRD Ngada. Untuk itu dibutuhkan upaya secara terus menerus mengembangkan suatu kondisi kondusif antara komponen berikut: PEMERINTAH Pelayanan, pembuat kebijakan & pengelola ILMUWAN Data & informasi kawasan MASYARAKAT Pemberdayaan (objek & subjek) DPR/DPRD Representasi kekuatan & pembuat kebijakan PELUANG Pemda Ngada harus mendorong partisipasi dan kemitraan dengan masyarakat, atau bahwa pengelolaan harus melibatkan masyarakat. Melalui masyarakat, suatu strategi pengelolaan dapat dijamin keberlanjutannya. Pemda harus dapat membangun aksi kolektif dalam pengelolaan CA 2

Watu Ata dengan menempatkan masyarakat sebagai pemeran dari perencanaan sampai pemantaun dan evaluasi lapangan. MISI Peran masyarakat di CA Watu Ata harus mempunyai misi: 1. menciptakan tuntutan untuk mendapatkan stabilitas kawasan CA Watu Ata, 2. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan inisiatif lokal dalam menghadapi permasalahan kawasan CA Watu Ata. Pencapaian misi tersebut dilakukan melalui: 1. mengarahkan isu lingkungan utama kepada pengambil keputusan, 2. pendekatan proses tanpa mengabaikan orientasi produk, TUJUAN Tujuannya agar masyarakat dapat melakukan tuntutan untuk mendapatkan stabilitas kawasan dan membangun inisiatif lokal dalam menghadapi permasalahan kawasan dan sekitarnya. SASARAN Sasaran yang hendak dicapai adalah: 1. terwujudnya masyarakat yang mampu mengartikulasikan atau menyatakan kehendak untuk mendapatkan stabilitas kawasan; 2. meningkatkan gerakan dan jumlah masyarakat yang peduli dengan kepentingan kawasan melalui pengembangan akses untuk berperan aktif dalam pengelolaan kawasan; 3. meningkatkan jumlah masyarakat yang berkehendak menjalankan dan melakukan inisiatif lokal dalam menghadapi permasalahan kawasan dan sekitarnya. STRATEGI Pemberdayaan masyarakat perlu ditingkatkan melalui mekanisme demokrasi dan berbagai saluran yang diterima. Upaya pemberdayaan dilakukan dalam konteks: 1. Penguatan inisiatif diarahkan pada upaya agar aspirasi timbul dari masyarakat sendiri dan mendorong aspirasi tersebut untuk disalurkan; 2. Posisi tawar masyarakat sebagai manifestasi kemampuan untuk mengorganisasikan kepentingan dan kemampuan untuk mengakses dan mendapatkan informasi yang benar, sadar dan paham akan haknya serta mengerti bagaimana menggunakan haknya; 3. Orientasi gerakan melalui pengenalan simpul-simpul strategis sehingga sesuatu rangsangan akan kebutuhan stabilitas kawasan dapat menjalar dan menggerakkan seluruh masyarakat agar tujuan tercapai; 4. Peran aktif masyarakat secara kontinu untuk mengartikulasikan tuntutannya secara sistematis melalui saluran demokratis dan melakukan inisiatif lokal untuk menangani masalah kawasan dan sekitarnya. 3

Strategi yang ditempuh adalah: 1. Mengembangkan komunikasi lingkungan: Pendekatannya adalah mendapatkan tokoh masyarakat yang mampu menyampaikan pesan pemberdayaan masyarakat. 2. Mengintegrasikan aliansi mitra strategis ke dalam program pengelolaan: Pendekatannya adalah pelibatkan peran masyarakat secara aktif dan pemberian dukungan dan pengakuan kepada masyarakat yang mempunyai posisi tawar untuk mengarahkan isu utama kawasan. 3. Melakukan pendekatan langsung kepada kelompok sasaran: Pendekatannya adalah kepada: a. kelompok profesi (petani) untuk membuat nota kesepahaman untuk bekerja sama dalam pengelolaan kawasan; b. DPRD melalui jalinan hubungan kerja sama dengan kaukus lingkungan; c. pendidikan dan pelatihan pengelolaan kawasan terpadu dan berbasis masyarakat. KEBIJAKAN YANG DIHARAPKAN Kebijakan pemda diharapkan untuk dirumuskan bahwa: 1. pemberdayaan masyarakat diarahkan pada penyelenggaraan mekanisme demokrasi; 2. pemberdayaan masyarakat didasarkan atas sumber daya organisasi dan budaya lokal; 3. pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui inisiatif lokal; 4. pemberdayaan masyarakat dijalankan dengan cara fasilitasi, komunikasi, penguatan inisiatif dan pemberian penghargaan. KONFLIK KAWASAN Data penting: 1. Jumlah penduduk setiap desa sekeliling kawasan hutan 2. Perkiraan jarak pemukiman penduduk dengan kawasan hutan 3. Status dan fungsi kawasan hutan: (a) Tekanan terhadap keanekaragaman hayati: tapal batas, pengembalaan ternak, kebakaran, pemanfaatan hasil hutan, konversi lahan dan penangkapan satwa (b) Keanekaragaman hayati bagi penduduk lokal: pewarna tenunan, tumbuhan obat-obatan, komersial, makanan, konteruksi, dan teknologi (c) Pengetahuan lokal: fungsi dan manfaat hutan versi masyarakat modern atau pemerintah, pemanfaatan hutan adat dalam penentuan zonasi kawasan hutan, dan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar sebagai indicator zonasi kawasan lindung. 4. Pengendalian satwa: 4

Materi yang akan diteliti adalah hubungan antara keberadaan satwa dengan penduduk local di sekitar kawasan. Kegiatan survei dilakukan dengan mewawancarai 20-30 narasumber (orang local) per desa yang mewakili usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku asli atau pendatang. Setiap narasumber diharapkan menjawab pertanyaan di bawah ini. Aspek status dan fungsi kawasan hutan: (a) Apakah perubahan status dan fungsi kawasan hutan membuat anda bermasalah? (b) Apa saja tipe permasalahan yang anda rasakan atau hadapi? (c) Apa tindakan yang anda ambil untuk mengatasi permasalahan yang anda hadapi itu? (d) Apakah tindakan yang anda ambil itu efektif mengatasi permasalahan anda? Aspek pengendalian satwa: (a) Apakah satwa yang ada dalam kawasan hutan membuat anda bermasalah? (b) Apa saja tipe permasalahan yang anda rasakan atau hadapi dengan satwa? (c) Jenis satwa apa saja yang membuat anda bermasalah? (d) Apa tindakan yang anda ambil untuk mengendalikan satwa yang bermasalah itu? (e) Apakah tindakan yang anda ambil untuk mengendalikan satwa yang bermasalah itu efektif? FOKUS KEGIATAN KE DEPAN Pendayagunaan Mekanisme Demokrasi Keberdayaan masyarakat dimanifestasikan dengan penyaluran aspirasi kepada DPRD untuk selanjutnya disampaikan kepada pemerintah daerah. DPRD perlu merespons secara proporsional aspirasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. DPRD perlu memiliki visi lingkungan dan konsisten memihak kepada kepentingan pelestarian kawasan CA Watu Ata. DPRD perlu menampung, memahami dan konsisten menyalurkan tuntutan masyarakat kepada pemda untuk diterjemahkan secara operasional ke dalam program dan kegiatan pembangunan. Penyelenggaraan Inisiatif Lokal Keberdayaan masyarakat dimanifestasikan dalam kinerja dari berbagai individu atau kelompok masyarakat dalam penanganan masalah kawasan dan sekitarnya. Pengakuan terhadap motivasi masyarakat untuk mengambil inisiatif dan caranya melakukan penanganan masalah akan menguatkan daya replikasi inisiatif lokal untuk ditumbuhkan dan didiseminasikan kepada individu atau kelompok masyarakat yang lain. 5

Kelompok representatif yang bersentuhan langsung dengan kepentingan pelestarian kawasan seperti petani, hunian dan pengusaha perlu mengambil inisiatif lokal untuk secara aktif memberikan tekanan kepada para pengambil keputusan. RENCANA KEGIATAN KE DEPAN 1. peningkatan kesadaran melalui diseminasi dan sosialisasi informasi tentang prosedur dan tata cara untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan umum; 2. mengadakan dialog dan mendorong pembentukan kaukus lingkungan di DPRD; 3. melakukan penilaian terhadap kepekaan pemerintah daerah dan DPRD terhadap tuntutan masyarakat; 4. memberikan penghargaan kepada masyarakat dan mitra strategis. Spesifikasinya terhadap: 1. Kelompok petani: a. dibangun nota kesepahaman atau piagam kerja sama dalam pengelolaan kawasan, b. menyusn panduan yang memuat penjelasan mengenai: (i) kondisi lingkungan yang cenderung terus menurun, (ii) kesejahteraan hidup masyarakat yang sangat tergantung pada stabilitas kawasan, (iii) hak untuk memperoleh akses ke dalam kawasan (iv) apa prosedur yang perlu dilakukan. c. mendorong pemberian insentif atau penghargaan sebagai pengenalan atas kegiatan pelestarian kawasan yang telah dilakukan. 2. Kelompok masyarakat: a. mempublikasikan hasil kegiatan pelestarian, baik secara langsung maupun melalui media masa. b. memberikan penghargaan dan insentif sebagai pengenalan atas kegiatan pelestarian yang telah dilakukan; c. mengadakan kerja sama dengan instansi pembina (misalnya Dinas Kehutanan, Balai KSDA dan Diknas) dalam pengajaran substansi lingkungan untuk anak sekolah atau lembaga terkait seperti Pramuka. 3. DPRD: a. mengadakan komunikasi dengan wakil partai politik; b. memelihara hubungan yang intensif dengan kaukus lingkungan di DPRD melalui komunikasi berkala untuk penyampaian informasi mengenai kawasan; c. mengadakan dialog dengan para anggota DPRD; d. melibatkan secara aktif anggota DPRD melalui: (i) (ii) pengikutsertaan dalam pembahasan masalah kawasan; penciptaan citra tokoh anggota DPRD yang membela kepentingan pelestarian kawasan. 4. Partai politik: Dialog untuk meningkatkan pemahaman para kader akan pentingnya pengelolaan kawasan lindung dan lingkungan hidup. 5. Organisasi kemasyarakatan: 6

a. dialog untuk meningkatkan pemahaman para anggota organisasi akan pentingnya pengelolaan kawasan lindung dan lingkungan hidup; b. pemaparan isu utama kawasan dan lingkungan hidup; c. pelatihan masalah lingkungan hidup. Kupang, 25 Nopember 2002 Pokja Kehayati, Dr. Leo Banilodu, M.S. 7