KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002 Oleh POKJA KEANEKARAGAMAN HAYATI TIM PENGKAJI MASALAH LINGKUNGAN PROVINSI NTT KERJA SAMA SRESP-AUSAID DENGAN ASDEP II WILAYAH BALI, NTB DAN NTT MENKLH, BAPEDALDA NTT DAN BAPEDALDA NGADA PENDAHULUAN Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai beberapa ciri khas, antara lain: 1. potensi konflik tinggi, 2. potensi ketidaktentuan tinggi, 3. rentangan waktu panjang antara kegiatan dan dampak yang timbul 4. pemahaman masalah lingkungan tidak mudah bagi kalangan luas. Usaha pelestarian lingkungan hidup harus merupakan usaha yang dinamis berdasarkan kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk pemecahan masalah. Kondisi seperti ini juga teramati di CA Watu Ata, Ngada. Untuk meresponsnya, masyarakat di CA Watu Ata harus diarahkan kepada upaya untuk: 1. memiliki kesadaran akan pentingnya pengelolaan kawasan lindung, 2. memiliki data dan informasi yang cukup tentang permasalahan kawasan, 3. berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan demi kepentingan orang banyak. Peran aktif masyarakat di CA Watu Ata akan menjamin dinamisme dalam pengelolaan kawasan dan juga akan berdampak segera untuk menjawab permasalahan kawasan. Mekanisme peran aktif masyarakat harus dimanifestasikan sebagai masyarakat yang demokratis. MASALAH Kondisi CA Watu Ata kini berada pada tingkat yang memprihatinkan dan akan terus berlanjut sampai pada tingkat terlanjutkan. Penyebabnya adalah pada tingkat pengambil keputusan, kepentingan kawasan ini agaknya terabaikan. Banyak kekuatan politik di Ngada yang kurang memahami kepentingan kawasan Watu Ata bagi banyak orang. Hanya sekelompok kecil masyarakat yang memiliki pemahaman dan kepedulian bagi pelestarian kawasan. Apabila kondisi sekarang dibiarkan, kondisinya akan mengancam keberlanjutan pembangunan dan ketahanan masyarakat di CA Watu Ata dan Ngada umumnya. 1
Oleh karena itu, 1. pelestarian CA Watu Ata harus mendapat dukungan dari kekuatan politik utama di Ngada; 2. masyarakat di CA Watu Ata harus mengambil peran dalam menuntut dan melaksanakan pengelolaan kawasan melalui mekanisme demokrasi; 4. pemda Ngada harus memiliki kemampuan dan komitmen pengelolaan CA Watu Ata; 5. penegakan hukum lingkungan merupakan simpul penting dalam upaya pengelolaan Watu Ata, termasuk data dan informasi, kelayakan pengelolaan, transparasi dan lain-lain. TANTANGAN Masyarakat di CA Watu Ata kurang: 1. memahami haknya atas kawasan yang harus dilindungi dan menjalankan kewajiban untuk memenuhi haknya atas stabilitas kawasan; 2. mampu melakukan tuntutan untuk menjaga stabilitas kawasan; 3. berkehendak untuk melaksanakan inisiatif lokal untuk mengatasi permasalahan kawasan. Untuk mewujudkan stabilitas kawasan CA Watu Ata masyarakat harus: 1. sadar dan paham tentang fungi dan status kawasan, 2. mendapatkan data dan informasi yang benar, 3. termotivasi untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan kawasan sebagai cermin dari sumbangan individu atau kelompok masyarakat terhadap pengelolaan kawasan; 4. tahu caranya, 5. tidak ada resiko dalam melakukan tuntutan, 6. mendapat respons yang cukup dari pemda dan DPRD Ngada. Untuk itu dibutuhkan upaya secara terus menerus mengembangkan suatu kondisi kondusif antara komponen berikut: PEMERINTAH Pelayanan, pembuat kebijakan & pengelola ILMUWAN Data & informasi kawasan MASYARAKAT Pemberdayaan (objek & subjek) DPR/DPRD Representasi kekuatan & pembuat kebijakan PELUANG Pemda Ngada harus mendorong partisipasi dan kemitraan dengan masyarakat, atau bahwa pengelolaan harus melibatkan masyarakat. Melalui masyarakat, suatu strategi pengelolaan dapat dijamin keberlanjutannya. Pemda harus dapat membangun aksi kolektif dalam pengelolaan CA 2
Watu Ata dengan menempatkan masyarakat sebagai pemeran dari perencanaan sampai pemantaun dan evaluasi lapangan. MISI Peran masyarakat di CA Watu Ata harus mempunyai misi: 1. menciptakan tuntutan untuk mendapatkan stabilitas kawasan CA Watu Ata, 2. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan inisiatif lokal dalam menghadapi permasalahan kawasan CA Watu Ata. Pencapaian misi tersebut dilakukan melalui: 1. mengarahkan isu lingkungan utama kepada pengambil keputusan, 2. pendekatan proses tanpa mengabaikan orientasi produk, TUJUAN Tujuannya agar masyarakat dapat melakukan tuntutan untuk mendapatkan stabilitas kawasan dan membangun inisiatif lokal dalam menghadapi permasalahan kawasan dan sekitarnya. SASARAN Sasaran yang hendak dicapai adalah: 1. terwujudnya masyarakat yang mampu mengartikulasikan atau menyatakan kehendak untuk mendapatkan stabilitas kawasan; 2. meningkatkan gerakan dan jumlah masyarakat yang peduli dengan kepentingan kawasan melalui pengembangan akses untuk berperan aktif dalam pengelolaan kawasan; 3. meningkatkan jumlah masyarakat yang berkehendak menjalankan dan melakukan inisiatif lokal dalam menghadapi permasalahan kawasan dan sekitarnya. STRATEGI Pemberdayaan masyarakat perlu ditingkatkan melalui mekanisme demokrasi dan berbagai saluran yang diterima. Upaya pemberdayaan dilakukan dalam konteks: 1. Penguatan inisiatif diarahkan pada upaya agar aspirasi timbul dari masyarakat sendiri dan mendorong aspirasi tersebut untuk disalurkan; 2. Posisi tawar masyarakat sebagai manifestasi kemampuan untuk mengorganisasikan kepentingan dan kemampuan untuk mengakses dan mendapatkan informasi yang benar, sadar dan paham akan haknya serta mengerti bagaimana menggunakan haknya; 3. Orientasi gerakan melalui pengenalan simpul-simpul strategis sehingga sesuatu rangsangan akan kebutuhan stabilitas kawasan dapat menjalar dan menggerakkan seluruh masyarakat agar tujuan tercapai; 4. Peran aktif masyarakat secara kontinu untuk mengartikulasikan tuntutannya secara sistematis melalui saluran demokratis dan melakukan inisiatif lokal untuk menangani masalah kawasan dan sekitarnya. 3
Strategi yang ditempuh adalah: 1. Mengembangkan komunikasi lingkungan: Pendekatannya adalah mendapatkan tokoh masyarakat yang mampu menyampaikan pesan pemberdayaan masyarakat. 2. Mengintegrasikan aliansi mitra strategis ke dalam program pengelolaan: Pendekatannya adalah pelibatkan peran masyarakat secara aktif dan pemberian dukungan dan pengakuan kepada masyarakat yang mempunyai posisi tawar untuk mengarahkan isu utama kawasan. 3. Melakukan pendekatan langsung kepada kelompok sasaran: Pendekatannya adalah kepada: a. kelompok profesi (petani) untuk membuat nota kesepahaman untuk bekerja sama dalam pengelolaan kawasan; b. DPRD melalui jalinan hubungan kerja sama dengan kaukus lingkungan; c. pendidikan dan pelatihan pengelolaan kawasan terpadu dan berbasis masyarakat. KEBIJAKAN YANG DIHARAPKAN Kebijakan pemda diharapkan untuk dirumuskan bahwa: 1. pemberdayaan masyarakat diarahkan pada penyelenggaraan mekanisme demokrasi; 2. pemberdayaan masyarakat didasarkan atas sumber daya organisasi dan budaya lokal; 3. pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui inisiatif lokal; 4. pemberdayaan masyarakat dijalankan dengan cara fasilitasi, komunikasi, penguatan inisiatif dan pemberian penghargaan. KONFLIK KAWASAN Data penting: 1. Jumlah penduduk setiap desa sekeliling kawasan hutan 2. Perkiraan jarak pemukiman penduduk dengan kawasan hutan 3. Status dan fungsi kawasan hutan: (a) Tekanan terhadap keanekaragaman hayati: tapal batas, pengembalaan ternak, kebakaran, pemanfaatan hasil hutan, konversi lahan dan penangkapan satwa (b) Keanekaragaman hayati bagi penduduk lokal: pewarna tenunan, tumbuhan obat-obatan, komersial, makanan, konteruksi, dan teknologi (c) Pengetahuan lokal: fungsi dan manfaat hutan versi masyarakat modern atau pemerintah, pemanfaatan hutan adat dalam penentuan zonasi kawasan hutan, dan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar sebagai indicator zonasi kawasan lindung. 4. Pengendalian satwa: 4
Materi yang akan diteliti adalah hubungan antara keberadaan satwa dengan penduduk local di sekitar kawasan. Kegiatan survei dilakukan dengan mewawancarai 20-30 narasumber (orang local) per desa yang mewakili usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku asli atau pendatang. Setiap narasumber diharapkan menjawab pertanyaan di bawah ini. Aspek status dan fungsi kawasan hutan: (a) Apakah perubahan status dan fungsi kawasan hutan membuat anda bermasalah? (b) Apa saja tipe permasalahan yang anda rasakan atau hadapi? (c) Apa tindakan yang anda ambil untuk mengatasi permasalahan yang anda hadapi itu? (d) Apakah tindakan yang anda ambil itu efektif mengatasi permasalahan anda? Aspek pengendalian satwa: (a) Apakah satwa yang ada dalam kawasan hutan membuat anda bermasalah? (b) Apa saja tipe permasalahan yang anda rasakan atau hadapi dengan satwa? (c) Jenis satwa apa saja yang membuat anda bermasalah? (d) Apa tindakan yang anda ambil untuk mengendalikan satwa yang bermasalah itu? (e) Apakah tindakan yang anda ambil untuk mengendalikan satwa yang bermasalah itu efektif? FOKUS KEGIATAN KE DEPAN Pendayagunaan Mekanisme Demokrasi Keberdayaan masyarakat dimanifestasikan dengan penyaluran aspirasi kepada DPRD untuk selanjutnya disampaikan kepada pemerintah daerah. DPRD perlu merespons secara proporsional aspirasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. DPRD perlu memiliki visi lingkungan dan konsisten memihak kepada kepentingan pelestarian kawasan CA Watu Ata. DPRD perlu menampung, memahami dan konsisten menyalurkan tuntutan masyarakat kepada pemda untuk diterjemahkan secara operasional ke dalam program dan kegiatan pembangunan. Penyelenggaraan Inisiatif Lokal Keberdayaan masyarakat dimanifestasikan dalam kinerja dari berbagai individu atau kelompok masyarakat dalam penanganan masalah kawasan dan sekitarnya. Pengakuan terhadap motivasi masyarakat untuk mengambil inisiatif dan caranya melakukan penanganan masalah akan menguatkan daya replikasi inisiatif lokal untuk ditumbuhkan dan didiseminasikan kepada individu atau kelompok masyarakat yang lain. 5
Kelompok representatif yang bersentuhan langsung dengan kepentingan pelestarian kawasan seperti petani, hunian dan pengusaha perlu mengambil inisiatif lokal untuk secara aktif memberikan tekanan kepada para pengambil keputusan. RENCANA KEGIATAN KE DEPAN 1. peningkatan kesadaran melalui diseminasi dan sosialisasi informasi tentang prosedur dan tata cara untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan umum; 2. mengadakan dialog dan mendorong pembentukan kaukus lingkungan di DPRD; 3. melakukan penilaian terhadap kepekaan pemerintah daerah dan DPRD terhadap tuntutan masyarakat; 4. memberikan penghargaan kepada masyarakat dan mitra strategis. Spesifikasinya terhadap: 1. Kelompok petani: a. dibangun nota kesepahaman atau piagam kerja sama dalam pengelolaan kawasan, b. menyusn panduan yang memuat penjelasan mengenai: (i) kondisi lingkungan yang cenderung terus menurun, (ii) kesejahteraan hidup masyarakat yang sangat tergantung pada stabilitas kawasan, (iii) hak untuk memperoleh akses ke dalam kawasan (iv) apa prosedur yang perlu dilakukan. c. mendorong pemberian insentif atau penghargaan sebagai pengenalan atas kegiatan pelestarian kawasan yang telah dilakukan. 2. Kelompok masyarakat: a. mempublikasikan hasil kegiatan pelestarian, baik secara langsung maupun melalui media masa. b. memberikan penghargaan dan insentif sebagai pengenalan atas kegiatan pelestarian yang telah dilakukan; c. mengadakan kerja sama dengan instansi pembina (misalnya Dinas Kehutanan, Balai KSDA dan Diknas) dalam pengajaran substansi lingkungan untuk anak sekolah atau lembaga terkait seperti Pramuka. 3. DPRD: a. mengadakan komunikasi dengan wakil partai politik; b. memelihara hubungan yang intensif dengan kaukus lingkungan di DPRD melalui komunikasi berkala untuk penyampaian informasi mengenai kawasan; c. mengadakan dialog dengan para anggota DPRD; d. melibatkan secara aktif anggota DPRD melalui: (i) (ii) pengikutsertaan dalam pembahasan masalah kawasan; penciptaan citra tokoh anggota DPRD yang membela kepentingan pelestarian kawasan. 4. Partai politik: Dialog untuk meningkatkan pemahaman para kader akan pentingnya pengelolaan kawasan lindung dan lingkungan hidup. 5. Organisasi kemasyarakatan: 6
a. dialog untuk meningkatkan pemahaman para anggota organisasi akan pentingnya pengelolaan kawasan lindung dan lingkungan hidup; b. pemaparan isu utama kawasan dan lingkungan hidup; c. pelatihan masalah lingkungan hidup. Kupang, 25 Nopember 2002 Pokja Kehayati, Dr. Leo Banilodu, M.S. 7