BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini kehidupan perekonomian dunia tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan jasa perbankan sebagai lembaga yang dapat menjamin berjalanannya aktivitas usaha dan bisnis. Bank dengan segala kelebihan dan fungsinya banyak dijadikan alternatif untuk memenuhi kebutuhan aktivitas usaha seperti halnya penyediaan pinjaman. Melihat situasi dan kondisi perbankan saat ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memulihkan kondisi ini, salah satunya dengan melakukan restrukturisasi dalam rangka penyehatan kembali dunia perbankan yaitu dengan mengatasi dampak krisis melalui penyehatan bank. Upaya perbaikan di sisi pasiva dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat yang ditunjukkan dengan peningkatan dana pihak ketiga dengan melanjutkan pelaksanaan program penjaminan dan memperbaiki struktur permodalan melalui rekapitulasi, sedangkan upaya perbaikan di sisi aktiva produk antara lain dilakukan dengan melakukan restrukturisasi kredit. Selain itu pemerintah juga berupaya untuk membangun kembali sistem perbankan nasional dengan melakukan pengembangan infrastruktur. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan fungsi perbankan yaitu dengan pengembangan perbankan syariah. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan terwujudnya sistem perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki 1
dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan Undangundang tersebut telah dihasilkan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia. Pada prinsipnya, kinerja bank konvensional dan bank syariah memiliki beberapa kesamaan dalam sistem operasionalnya, yaitu cara menghimpun dana dan menanamkan dananya. Bank syariah menawarkan jasa untuk menghimpun dan menanamkan dananya sama seperti bank konvensional yaitu dalam bentuk tabungan, giro, maupun deposito berjangka. Namun dalam prinsip operasionalnya bank syariah memiliki sisi khusus yang diantaranya pemilik dana menyimpan dan menanamkan dananya pada bank syariah tidak dengan motif untuk mendapatkan bunga. Bank syariah adalah bank yang tidak menggunakan prinsip mendapatkan bunga dalam setiap unit kegiatan usahanya, tidak seperti bank konvensional yang dalam kegiatan usahanya menggunakan bunga untuk memperoleh pendapatan. Bank Islam atau biasa disebut juga bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al- Qur an dan Al-Hadist. Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dan dengan berkembangnya bank Islam ini menjadikan salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, permasalahan yang mungkin dari dulu diperdebatkan oleh umat Islam akan riba atau lebih kita kenal dengan bunga dapat mendapatkan jawabannya dengan adanya bank syariah yang kini mulai ramai mewarnai dunia perbankan nasional. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dana dan menyalurkan dana terutama dalam bentuk pembiayaan pada sektor riil yang bertujuan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat dan perbedaan yang mendasar tentang penentuan imbalan. Penentuan imbalan yang dilakukan oleh bank syariah kepada nasabahnya semata-mata didasarkan pada prinsip bagi hasil (loss and profit 2
sharing) bukan berdasarkan pada bunga bank yang biasa dilakukan oleh bank konvensional. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank syariah yang berkembang di Indonesia. Di mana perusahaan tersebut telah banyak memperoleh penghargaan dengan berbagai kategori. Beberapa diantaranya, pada tahun 2008 lalu adalah The Best Islamic Bank in Indonesia, merupakan penghargaan internasional dari Islamic Finance News, Kuala Lumpur bekerjasama dengan Redmoney. Penghargaan diberikan kepada BSM sebagai bank syariah terbaik di Indonesia. Selain itu juga sebagai Indonesian Bank Loyalty Award (ILBA) 2008, yaitu penghargaan dari majalah infobank bekerjasama dengan MarkPlus Insight dalam bidang loyalitas pelanggan. BSM meraih dua penghargaan, yakni sebagai Indonesia Bank Loyalty Champion dan The Best of Indonesia Bank Loyalty Champion, masing-masing untuk kategori: sharia bank. Selama tujuh tahun ini Bank Syariah Mandiri telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, rata-rata per tahun selalu berada di atas 50 persen.asset yang semula hanya Rp 448 miliar, kini telah berkembang menjadi Rp 12,8 triliun. Demikian pula dengan kantorcabang yang pada awlanya hanya berjumlah 8 kantorcabang, kini sudah berjumlah 507 kantor cabang di Indonesia. 1 Pencapaian Bank Syariah Mandiri tersebut mengindikasikan kinerja manajemen bank semakin membaik dalam menjalankan tugasnya. Makin besar pembiayaan yang disalurkan, menunjukkan makin besar usaha bank tersebut dalam menjalankan fungsi intermediasi. Setiap perusahaan atau lembaga usaha termasuk bank memiliki tujuan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaannya, salah satunya adalah dengan berusaha meningkatkan profitabilitas. Dalam usaha mempertinggi tingkat profitabilitas, manajemen bank dituntut untuk mengalokasikan dananya ke dalam aktiva produktif dengan tujuan memperoleh laba yang optimal sehingga profiabilitas bank pun akan 1 www.syariahmandiri.co.id 3
meningkat (Dahlan Siamat, 2004 : 143) 2. Tentunya hal ini tersebut dapat direalisasi dengan memberikan pembiayaan yang sebsar-besarnya dimana hasilnya dapat menghasilkan pendapatan bagi bank. Hal ini sejalan dengan Muhammad (2005 : 263) 3 bahwa kekayaan yang menghasilkan (aktiva produktif) yaitu pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana di bank atau investasi lain yang menghasilkan pendapatan. Bila dalam konvensional salah satu sumber pendapatannya berasal dari pendapatan bunga, dalam bank syariah salah satu sumber pendapatannya berasal dari pendapatan bagi hasil. Skema pembiayaan bagi hasil yang populer diterapkan perbankan syariah Indonesia adalah mudharabah dan musyarakah yang menekankan pada prinsip keadilan dengan sistem bagi hasil (profit and loss sharing). Mekanisme bagi hasil menjadikan distribusi lebih merata dan adil karena adanya aspek yang berkaitan dengan resiko, artinya masing-masing pihak akan sama-sama menanggung resiko. Pemillik modal dapat mendistibusikan resiko melalui pembagian manajemen dan utang dalam bentuk bergabung dengan bank. Sementara pemilik tenaga atau keahlian tidak dapat membagikan tenaga atau keahliannya dengan pemilik modal menanggung risiko kerugian modalnya sedangkan pihak pelaksana proyek mengalami kerugian tenaga atau biaya tenaga kerja dan waktu yang telah dikeluarkan. Hal inilah yang menunjukkan operasionalisasi perbankan syariah senantiasa mengedepankan keadilan dalam distribusi pendapatan, sehingga sistem bagi hasil tidak hanya mendatangkan berkah tapi juga membuka peluang bisnis dalam ketidakpastian ekonomi. Pada saat tingkat bunga sangat tinggi banyak bank konvensional terkena negative spread. Pada sisi lain, perbankan syariah masih tetap beroperasi dengan tingkat keuntungan normal sesuai sektor riil. 2 Dahlan Siamat. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI 3 Muhammad, 2005.Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta.UPP AMP YKPN 4
Adapun sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari : 1. Bagi hasil atas akad mudharabah dan akad musyarakah. 2. Keuntungan atas kontrak jual beli (al bai). 3. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarahwa iqtina. 4. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya. Salah satu pendapatan bagi hasil adalah pendapatan musyarakah dari pembiayaan musyarakah. Musyarakah adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usah tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Pada pembiayaan musyarakah, risiko yang timbul untuk bank sangat tinggi dikarenakan kemungkinan kerugian dari usaha debitur, nasabah yang menggunakan dana untuk usaha yang bukan usaha seperti yang disebutkan dalam kontrak, lalai dan kesalahan yang disengaja oleh nasabah dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur. Maka dari hal itu dalam menjalankan operasionalnya bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent approach) dalam menentukan aktiva produktifnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/21/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, yaitu menetapkan ketentuan bahwa kelangsungan usaha bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah tergantung dari kemampuan dalam melakukan penanaman dana dengan mempertimbangkan risiko dan prinsip kehati-hatian berupa pemenuhan kualitas aktiva dan penyisihan penghapusan aktiva yang memadai. Selain pendapatan bagi hasil musyarakah, pendapatan berbasis fee pun merupakan pendapatan yang dominan dari kegiatan perbankan yang merupakan usaha yang bergerak di bidang jasa, di mana beberapa transaksi berdasarkan akad tertentu 5
dapat dikenai biaya administrasi ataupun pendapatan berbasis imbalan (fee). Seperti yang diungkapkan Muhammad (2005 : 278) 4 : Tingkat keuntungan bersih (net income) yang diperoleh bank salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, pendapatan fee atas jasa yang diberikan dan lainnya). Keuntungan tersebut, bagi para pemilik bank adalah merupakan hasil dari tingkat profitabilitas. Pendapatan berbasis fee diperoleh dari seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Keuntungan dari jasa bank dewasa ini makin dibutuhkan. Bahkan dari tahun ke tahun semakin meningkat, sehingga banyak bank yag mengambil keuntungan lewat jasa-jasa bank. Perolehan keuntungan dari jasa-jasa bank ini walaupun relatif kecil, namun mengandung suatu kepastian, hal ini disebabkan risiko terhadap jasa-jasa bank ini lebih kecil dibandingkan dengan pembiayaan. Besarnya kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan pendapatan berbasis fee terhadap total pendapatan bank ini akan mempengaruhi tingkat profitabiliatas bank syariah. Semakin baik pengelolaan pembiayaan musyarakah dan pelayanan jasa, maka akan semakin besar pula kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan juga kontribusi pendapatan jasa (fee) yang diperoleh bank syariah, sehingga laba bersih pun akan berpeluang meningkat dan tentunya profitabilitas pun akan ikut meningkat. Namun bila pendapatan bagi hasil musyarakah dan juga pendapatan berbasis fee ini kecil maka laba bersih yang diperoleh bank syariah pun akan berpeluang menjadi kecil atau menurun sehingga profitabilitas bank syariah pun tentunya akan menurun. 4 Muhammad. (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YPKN 6
25 20 15 10 5 21.12 16.72 12.94 14.2 12.76 13.89 13.34 11.78 pendapatan bagi hasil musyarakah (%) pendapatan berbasis fee (%) 0 2008 2009 2010 2011 Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mandiri data diolah. Grafik 1.1 Rata-Rata Kontribusi Pendapatan BSM dari tahun 2008-2011 Dilihat dari grafik di atas rata-rata kontribusi pendapatanbagi hasil musyarakah pada Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikkan sebesar 1.12% pada tahun 2009 dan mengalami penurunan sebesar 0.54% pada tahun 2010 dan 1.56% pada tahun 2011. Sedangkan kontribusi pendapatan berbasis fee mengalami kenaikkan dengan rata-rata kenaikkannya sebesar 2,36% dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Melihat dari peranan dan fungsi bank syariah, seharusnya kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah yang diperoleh dari sektor pembiaayanlah yang seharusnya lebih besar dibanding dengan kontribusi pendapatan yang diperoleh dari fee. Pada penelitian Sapta Lirantia Purnamasari (2009) 5, yang berjudul pengaruh pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan Murabahah terhadap laba Bank Umum Syariah. Didapat hasil penelitian yang menunjukkan 5 Sapta Lirantia Purnamasari. (2009), pengaruh pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan Murabahah terhadap laba Bank Syariah. 7
bahwa pembiayaan mudharabah berpengaruh positif terhadap laba pada bank syariah.sedangkan pembiayaan musyarakah dan murabahah tidak berpengaruh terhadap laba pada Bank Umum Syariah. Pembiayaan mudharabah musyarakah, dan murabahah secara simultan berpengaruh terhadap laba pada bank syariah. Melihat fenomena di atas dan penelitian terdahulu penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis fee dan bagaimana pengaruh kontribusi pendapatan bagi hasil terutama akad musyarakah dankontribusi pendapatan berbasis fee terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri. Maka penulis memberi judul untukpenelitian ini adalah Pengaruh Kontribusi Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah dan Kontribusi Pendapatan Berbasis fee Terhadap Profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri periode 2008-2011. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa dalam pembiayaan musyarakah maka bank syariah akan memperoleh pendapatan bagi hasil mudharabah, dan dari pelayanan jasa non-pembiayaan yang diberikan maka bank akan memperoleh pendapatan berbasis fee dimana pendapatan tersebut akan berkontribusi dan berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah. Adapun rumusan masalah yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 2. Bagaimana kontribusi pendapatan berbasis fee pada Bank Syariah Mandiritahun 2008-2011. 3. Bagaimana profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 4. Bagaimana pengaruh kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis fee terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiritahun 2008-2011. 8
5. Melihat pengaruh kontribusi yang lebih besar antara kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis fee terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui serta mempelajari kontribusi dan pendapatan bagi hasil musyarakah pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 2. Mengetahui serta mempelajari kontribusi dan pendapatan berbasis fee pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 3. Mengetahui serta mempelajari profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 4. Mengetahui serta mempelajari pengaruh kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis feeterhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 5. Mengetahui serta mempelajari mana pengaruh kontribusi yang lebih besar antara kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis fee terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Kalangan Perbankan Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi kalangan perbankan dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam rangka mengoptimalkan pendapatan bagi hasil musyarakah dan pelayanan jasa perbankan sehingga dapat tercapai profitabilitas yang maksimal. 9
2. Bagi Pemerintah Penelitian ini kiranya dapat memberikan masukan pula bagi pemerintah dan pihak pengambil keputusan terkait, memberi alternatif arah pengembangan industri perbankan kita untuk masa yang akan datang. 3. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan mengenai industri perbankan umumnya dan seputar profitabilitas yang dihasilkan dari pendapatan bagi hasil musyarakah dan pendapatan berbasis fee dan kontribusinya pada Bank Syariah. 4. Bagi Kalangan Akademis dan Masyarakat Sebagai bahan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak-pihak yang mungkin membutuhkan untuk mengetahui pengaruh dan kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan bebrbasis fee terhadap profitabilitas pada Bank Syariah, serta dapat memberikan gambaran kepada masyarakat terhadap perbedaan antara jenis pendapatan bagi hasil musyarakah dan pendapatan berbasis fee, serta laba rugi secara umum pada Bank Syariah. 10