BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan merupakan aspek penting dari kualitas suatu bangsa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

KEBIJAKAN PENGANGGARAN BERSIFAT MULTI-DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah dalam APBN tahun 2015 kembali meningkatkan target

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terus meningkat. Akan tetapi kenaikan kebutuhan hidup manusia tidak sebanding

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

ANALISIS PERBANDINGAN DATA INSENTIF PAJAK DI INDONESIA DENGAN NEGARA- NEGARA DI KAWASAN ASIA TENGGARA

BAB IV PEMBAHASAN. Keadaan Perindustrian di Indonesia. IV.1.1 Keadaan Industri Kreatif di Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem pemerintahan, pajak merupakan bagian terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-31/M.

TLDDP ( Tempat Lain Dalam Daerah Pabean )

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI

Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang besar di sektor ini. Selain itu, tentu saja karena kontribusi yang besar

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB 5 PENUTUP. tingkat suku bunga SBI, harga emas dunia, harga crude oil, nilai kurs Dollar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB III DESAIN PENELITIAN. dari sumber alam ataupun sumber daya manusianya kurang memberikan kontribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

Bab. I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memperhatikan perkembangan perekonomian nasional yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pendapat mengenai pengaruh dari penerimaan pajak terhadap

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki anggaran. pendapatan bertumpu pada sektor perpajakan. Kementerian Keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Kesejahteraan merupakan aspek penting dari kualitas suatu bangsa. Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di negara tersebut menjadi salah satu tujuan dalam berbangsa dan bernegara. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat di dalam suatu bangsa, namun secara garis besar pada saat suatu bangsa dapat mencukupi kebutuhan ekonominya maka, secara otomatis bangsa tersebut dapat mensejahterakan masyarakatnya. Saat ini Indonesia fokus mensejahterakan masyarakatnya, terbukti dengan pembangunan dari berbagai sektor yang ada. Pembangunan ini didasari dari perekonomian yang semakin membaik. Saat ini perekonomian Indonesia mulai menunjukkan pergerakan yang stabil bahkan bergerak naik, terbukti dengan pencapaian angka 5,9% serta menduduki peringkat ke 17 di dunia pada tahun 2010 dalam bidang perekonomian dunia, dengan pendapatan perkapita 3.000 dolar AS pada tahun 2010. Tahun 2011 Indonesia mulai menaiki posisi sebagai negara investasi, dimana posisi ini memungkinkan menarik semakin banyak investor lokal maupun asing untuk berinvestasi di Indonesia. Perbaikan ini terjadi karena lingkungan yang semakin membaik. Dari sektor ekonomi mikro maupun makro, kondisi pemerintahan dan juga kondisi dunia usaha mendukung Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pergerakan yang baik tersebut tentunya didukung oleh sistem yang baik pula seperti, peraturan 1

pemerintah, perkembangan politik serta tidak bisa dipungkiri jatuh dan memburuknya ekonomi negara-negara di Eropa, Amerika dan sekitarnya, yang mendukung perekonomian Indonesia di dunia semakin kuat. Kondisi-kondisi tersebut menjadikan Indonesia semakin kuat pada sektor perekonomianya dari tahun ke tahun. Indonesia mulai berbenah dan memperkuat sektor-sektor yang dianggap penting bagi masyarakat dan menjadi kepentingan bagi negara secara umum, seperti di sektor industri, sektor publik, pendidikan, kesehatan, keamanan dan sektor-sektor lainya. Peningkatan kualitas sektor-sektor tersebut guna mensejajarkan posisinya Indonesia di tingkat dunia bersama dengan negara-negara lainya, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Pengembangan tersebut terlaksana karena penerapan dan perlakuan ekonomi yang baik dari transaksi jual beli dengan negara lain, bea cukai dan tentunya perolehan pajak. Pada tahun 2011 diketahui bahwa pendapatan negara dari sektor pajak di tahun 2010 mencapai angka Rp. 878,7 triliun, dimana dana yang diperoleh tersebut mencapai 75,4 % dari total APBN 2011 yang mencapai Rp. 1.165,3 triluin. Meskipun kenaikan ini dirasa cukup baik dari tahun sebelumnya, namun memang penerimaan dari sektor pajak masih mengalami beberapa kendala. Sektor pajak PPN dan PPNBM beserta PPh Non- Migas yang keduanya hanya memperoleh 95,8% dan 97,0% dari yang ditargetkan. Pengembalian penerimaan perpajakan (restitusi) yang masing-masing mencapai Rp. 26,6 triliun (untuk PPN) dan Rp. 13,4 triliun untuk PPh Non-Migas. Faktor tersebut menjadi salah satu sebab mengapa penerimaan dari sektor pajak kurang maksimal. Membaiknya perolehan pendapatan negara setiap tahun dari sektor pajak tidak lepas dari dukungan segala pihak, baik dari sistem pemerintah yang semakin diperbaiki dan dukungan dari DJP (Direktorat Jendaral Pajak), Peraturan Menteri Keuangan dan 2

pengaruh-pengaruh lainya yang membuat semakin membaiknya penerimaan dari sektor pajak tersebut. Namun disayangkan pertumbuhan pajak yang semakin tahun terjadi tidak dibarengi dengan pertumbuhan industri. 5,9% adalah pergerakan kenaikan pelaku industri di Indonesia, dari target tahun 2011 sebesar 6,1%. Banyak faktor yang mengakibatkan kurang suburnya industri di Indonesia, antara lain : 1. Permasalahan Sumber Daya Manusia / Alam. 2. Perizinan dan peraturan yang merepotkan. 3. Biaya logistik yang tidak bisa diprediksi. Menjadi permasalahan yang cukup serius dimana salah satu sumber pendapatan negara menjadi tidak lebih produktif. Pada tahun 2012 Kementrian Keungan menargetkan pendapatan dari sektor pajak mencapai angka Rp. 1.032,57 triliun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan APBN yang dibutuhkan. Ketiga hal ini yang menjadi momok besar kenapa industri kurang berjalan dengan harapan, yang dikutip dari Deputi Kementerian Koordinator Ekonomi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawadi dalam Okezone.com (2005). Ketiga persoalan tersebut bukan lagi masalah baru yang menjadi kendala di industri Indonesia, namun sudah menjadi permasalahan lama dan menghambat pertumbuhan industri di Indonesia. Baik itu industri baru ataupun yang sudah ada seperti industri tekstil, industri kreatif, industri transportasi, industri otomotif, industri alat berat, industri digital dan industri-industri lainya. Banyaknya industri yang berkembang turut membangun pertumbuhan Indonesia, namun pergerakan industri yang semakin naik ini tidak diikuti dengan perlakuan akan 3

perpajakanya. Industri garmen tekstil dan industri kreatif menjadi contoh industri yang berkembang membangun perekonomian Indonesia. Terlihat dalam pertumbuhan Industri yang semakin besar pada dunia tekstil dengan pada tahun 2011 mencapai pertumbuhan sebesar 28,43% dari tahun 2007 sebesar 10,74%. Selain dari industri tekstil terdapat industri yang menjadi salah satu fokus negara yaitu industri kreatif. Banyak negaranegara semakin berkembang dan besar karena industri kreatifnya, diantaranya Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Jepang, dan India. Di Indonesia industri ini juga mengalami pertumbuhan yang semakin signifikan dengan berkembangnya kebebasan berekspresi. Sayangnya di Indonesia kedua Industri tersebut belum didukung secara maksimal oleh pemerintah. Dalam perkembanganya industri tekstil memang sudah ada ddan berkembang sejak lama ke Indonesia, namun kurangnya perhatian dari pemerintah menjadikan industri ini kurang produktif dalam pertumbuhanya. Industri kreatif memang mulai di perkirakan masuk di Indonesia dan menjadi fokus negara di tahun 2006 namun karena industri ini mengutamakan kepada kreatifitas individunya maka perlu di berikan perlakuan khusus terutama dalam sektor pajak. Banyak faktor yang dirasa memberatkan para pelaku industri grmen tekstil sdan industri kreatif di Indonesia, diantaranya adalah besarnya tarif, perlakuan administratif dan lainya. Ketidakpastian akan pajak khususnya insentif pajak dan kerepotan tersebut membuat para pelaku industri garmen tekstil dan industri kreatif enggan melakukan industri di Indonesia. Berbeda halnya dengan perlakuan pajak terhadap para pelaku industri di negara lain seperti Amerika, Cina, Singapura, Malaysia, dan negara-negara Asia Pasifik lainya. 4

Terbukti banyaknya industri yang berdiri subur dan membantu memperkuat perekonomi negara tersebut, pemerintah di negara-negara tersebut mendukung dunia industri dengan baik, terbukti dengan perijinan yang tidak merepotkan dan jelas, tarif perpajakan yang kompetitif, contohnya di Singapura hanya menerapkan tarif pajak sebesar 18% sebagai pengenaan pajak, sedangkan di Indonesia mencapai angka 25%. Pemberian insentif pajak yang pasti dan jelas juga menjadi pertibangan bagi pelaku industri tersebut. Kebijakan seperti ini dirasa perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia, dengan penerapan insentif pajak yang baik dan tepat sasaran tidak dipungkiri dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh lebih lagi. Melalui penelitian ini, penulis ingin membandingkan data insentif pajak yang dimiliki oleh negara Indonesia dengan mengunakan analisis terhadap peraturan pajak sebagai salah satu sektor penting yang mempengaruhi perlakuan serta pertumbuhan industri dan peraturan-peraturan pendukung lainya (Peraturan Mentri Keuangan (PMK), Undang Undang perpajakan, serta pajak Internasional). Dari hasil penelitian yang dicapai, dapat diketahui sektor mana saja yang dapat digunakan untuk menarik dunia industri lebih berkembang lagi. Hasil Penelitian tersebut dapat menjadi referensi dan indikator para pelaku industri dalam menentukan pilihan akan keputusan, kebijakan, serta tindakan apa yang perlu dilakukan. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah 1. Peraturan perpajakan seperti apa yang dapat mendorong pertumbuhan industri di Indonesia? 5

2. Perlakuan insentif pajak apa yang perlu di berikan terhadap pelaku industri? 3. Seberapa besar perlakuan insentif pajak akan mempengaruhi iklim industri di Indonesia? Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, penulis mengambil judul ANALISIS DATA PERBANDINGAN INSENTIF PAJAK DI INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA ASIA PASIFIK I.2 Ruang Lingkup Penelitian Pembatasan dalam ruang lingkup penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dan manfaat yang dihasilkan dapat digunakan untuk kepentingan lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis membatasi pada analisis terhadap perlakuan insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah, bagi pelaku industri garmen tekstil dan industri kreatif di Indonesia dengan beberapa negara di kawasan Asia Pasifik, dengan menggunakan metode yang ditentukan. Penelitian ini akan menilai, membandingkan dan mencocokan peraturan perpajakan baik itu peraturan Perundang undangan, Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Mentri Keuangan (PMK), Perpajakan Internasional dan peraturan-peraturan pendukung lainya yang dimiliki di setiap negara, khususnya dalam pemberian insentif pajak untuk mendapatkan hasil tentang sektor industri tersebut. I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah 6

- Untuk mengukur peraturan perpajakan yang ada di Indonesia apakah telah berjalan dan mendukung para pelaku industri. - Dapat mengetahui perbedaan antara insentif pajak antara negara luar dengan Indonesia. - Dapat mengukur besarnya kebijakan pemerintah dalam pajak yang dapat membangun iklim sehat Industri di Indonesia. I.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari peneliti ini adalah 1. Bagi penulis Sebagai dasar pertimbangan untuk mengetahui sejauh mana teori atau ilmu pengetahuan yang diperoleh saat kuliah yang diaplikasikan pada keadaan sesungguhnya. 2. Bagi Pelaku Industri Sebagai informasi tentang industri seperti apa yang akan dapat menjadi salah satu penyokong perekonomian di Indonesia. Sebagai informasi perpajakan yang berkualitas bagi pelaku industri. Sebagai masukan kepada pelaku industri mengambil keputusan keputusan berhubungan dengan industrinya. 3. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan pendukung penelitian yang berkaitan tentang analisis akan insentif pajak di industri. 7

I.4 Ringkasan Metodologi Penelitian Riset yang dilakukan adalah riset untuk menganalisis kebijakan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk insentif pajak guna semakin meningkatkan perekonomian di Indonesia melalui dunia industri di Indonesia, khususnya industri garmen tekstil dan industri kreatif. Karakteristik riset ini adalah sebagai berikut: 1. Riset analisis peraturan perpajakan. 2. Dimensi waktu adalah melibatkan banyak waktu dan beberapa sample. 3. Metode pengumpulan datanya adalah tidak langsung, yaitu berupa data arsip. 4. Unit analisa adalah sektor industri tekstil dan industri kreatif. I.5 Sistem Pembahasan Dalam melakukan penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis membuat sistematika penelitian sebagai berikut : BAB I. Pendahuluan Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang penelitian yang menjadi dasar pilihan judul dan topik yang menjadi permasalahan, termasuk tujuan dan manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini, ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dan metodologi penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data serta sistematika penulisan skripsi ini. BAB II. Landasan Teori Dalam bab ini akan diuraikan teori yang relevan terhadap judul dan topik yang 8

dijadikan skripsi guna menunjang penelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti pengertian industri, insentif pajak, peraturan perpajakan dan lain-lain. BAB III. Objek Penelitian dan Desain Penelitian Bab ini memberikan penjelasan mengenai sejarah, informasi dan pertumbuhan industri di Indonesia. Kemudian akan dijelaskan mengenai proses pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini, yang meliputi penelitian kepustakaan dan sumbersumber lainya. BAB IV. Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang hasil analisis terhadap perlakuan insentif pajak yang diberlakukan di Indonesia. BAB V. Simpulan dan Saran Bab ini memberikan simpulan atas hasil uraian pembahasan di bab selanjutnya, juga akan menjelaskan saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan oleh pelaku industri maupun pembaca. 9