BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh inflasi di Indonesia, rasio Bank Indonesia (BI rate) dan nilai tuka rupiah (kurs) terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Periode penelitian yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Dalam bab ini peneliti akan menyajikan analisis data dan pengujuian dengan menggunakan teknik-teknik analisis data yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah pengaruh inflasi di Indonesia, rasio Bank Indonesia (BI rate) dan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dengan periode penelitian dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Untuk data inflasi di Indonesia, rasio Bank Indonesia (BI rate) dan nilai tukar rupiah (kurs) diambil dari situs resmi Bank Indonesia sedangkan untuk data Jakarta Islamic Index (JII) sendiri diambil dari Bursa Efek Indonesia. 4.1 Analisis Data dan Pembahasan Data yang digunakan merupakan data time series. Dimana periode penelitian adalah mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Data dalam penelitian ini merupakan jenis data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengolahan data dilakukan dengan menggunkan program Eviews 8 for Windows. 4.2 Deskripsi Data Statistik deskriptif dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui karakteristik masing-masing variabel penelitian yang berupa nilai rata-rata, nilai total, nilai variance, nilai maksimum dan minimum, serta standar deviasi. 47
48 N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation KURS 36 9045 12502 384224 10672,889 1188.746 BIRATE 36.0575.0775 2.3725.065903.0085388 INFLASI 36.0356.0879 2.1214.058928.0173409 JII 36 525 691 22372 621.44 47.294 Output : excel Tabel 4.1 Rangkuman Statistik Deskriptif Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui nilai-nilai deskripsi seperti standar deviasi, mean, sum, minimum, dan maximum dengan periode data yang digunakan adalah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Nilai rata-rata inflasi di Indonesia sebesar 0.0589 atau 5.89%, rasio Bank Indonesia (BI rate) 0.0659 atau 6.59%, nilai tukar rupiah (kurs) 10672.889 dan nilai rata-rata Jakarta Islamic Index adalah 621.44. Nilai minimum untuk inflasi di Indonesia 0.0356 atau 3.56%, nilai minimum dari rasio bank Indonesia (BI rate) 0.0575 atau 5.75%, nilai minimum dari nilai tukar rupiah (kurs) adalah 9045 dan nilai minum Jakarta Islamic Index adalah 525. Nilai maximum dari inflasi di Indonesia adalah 0.0879 atau 8.79%, nilai maximum dari rasio Bank Indonesia (BI rate) adalah 0.0775 atau 7.75%, nilai maximum dari nilai tukar rupiah adalah 12502 dan nilai maximum dari Jakarta Islamic Index adalah 691. Nilai standar deviasi dari inflasi di Indonesia adalah 0.0173 atau 1.73%, nilai standar deviasi dari rasio Bank Indonesia (BI rate) adalah 0.0085 atau 0.85%, nilai standar deviasi dari nilai tukar rupiah adalah 1188.746 dan nilai standar deviasi dari Jakarta Islamic Index adalah 47.294. 4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas Normalitas data merupakan suatu asumsi penting dalam statistik parametrik, sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dilakukan agar asumsi dalam statistik parametrik terpenuhi.
49 Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan melihat output yang dihasilkan. Output yang dihasilkan berupa Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual. Jika nilai-nilai sebaran data terletak di sekitar garis diagonal, maka persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan Kolmogrof-Smirnov. Dari tabel Kolmogrof-Smirnov diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. (2- tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (5%) untuk pengambilan keputusan: 1) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. 2) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai residual (unstandardized residual) dari model yang diteliti. Berikut adalah rangkuman hasil uji One K-S yang telah dilakukan. 4.1 Tabel Uji Normalitas
50 4.3.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (DW). Jika nilai uji statistik Durbin Watson dengan menggunakan tabel Durbin Watson k=3 dan n=36 = 1.654, maka residual dari model regresi berganda dengan nilai d lebih besar dari 1.654 yang artinya tidak terdapat bukti adanya korelasi independen. Untuk data time series autokorelasi sering terjadi. Tapi untuk data yang sampelnya crossection jarang terjadi karena variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain. Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi a. Predictors : (Constant), rasio Bank Indonesia (BI rate), inflasi, nilai tukar rupiah b. Dependent Variable: Jakarta Islamic Index (JII) Sumber : Ouput Eviews
51 4.3.3 Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan korelasi yang sangat kuat. Selain itu, untuk uji ini juga untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pada pengujian ini, tidak terjadinya multikolinieritas pada setiap varian apabila varian tersebut memiliki nilai lebih dari 0,8 Outputnya tampak pada layar sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas a. Dependent Variable : Jakarta Islamic Index (JII) Sumber : Output Eviews Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa nilai dari nilai tukar dan BI rate terdapat multikolinearitas yang artinya salah satu dari variabel tersebut harus di hilangkan yang akan saya hilangkan dalam penelitian ini adalah BI rate. 4.3.4 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan pola gambar grafik. Outputnya tampak sebagai berikut:
52 Grafik 4.5 Uji Heteroskedastisitas Output : Eviews Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa residual di atas tidak membentuk pola tertentu atau residual tidak berada hanya diatas garis nol atau hanya ada dibawah garis nol. sehingga dapat dikatakan tidak terjadi permasalahan heteroskedastisitas dalam data yang digunakan. 4.4 Pengujian Hipotesis Hasil uji regresi pada penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Ouput : Eviews
53 Dari output di atas, dapat dijabarkan hipotesis untuk menjawab tujuan pertama sebagai berikut: 1. Hipotesis BI rate H0 : BI Rate tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Ha : BI Rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Dasar Pengambilan keputusan Sig > Alpha, H0 diterima, Ha ditolak Sig < Alpha, H0 tidak diterima, Ha diterima Hasil Uji Regresi Sig = 0.3907 Alpha = 0.05 Sig > Alpha, maka H0 diterima, Ha ditolak Kesimpulan Melalui pengujian hipotesis di atas, maka secara parsial dapat disimpulkan bahwa BI rate tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dan juga dalam uji multikolinearitas BI rate terdapat multikolinearitas sehingga harus dihilangkan dan juga 30 saham yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) saham-saham dari sektor perbankan konvensional tidak termasuk didalamnya, sehingga ketika rasio Bank Indonesia (BI rate) meningkat atau menurun yang pada dasarnya akan berpengaruh besar terhadap sektor perbankan konvensional tidak akan berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Karena dalam investasi
54 Syariah segala bentuk investasi harus terbebas dari riba (bunga) sedangkan dalam perbankan konvensional sangat berkaitan erat dengan riba (bunga). Bank Syariah di Indonesia yang bersifat terbuka yaitu Bank Muamalat tetapi tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena Bank Muamalat sendiri merupakan Bank yang berlandaskan Syariah dan tidak menerapkan sistem bunga (riba). Dalam keuangan Syariah bunga dianggap curang dan eksploitatif karena kreditor mendapatkan imbal hasil dari debitor dan harus bekerja atau menanggung risiko apa pun sedangkan debitor tidak mendapatkan apa pun atas imbal hasil tersebut. Bunga juga di dalam keuangan Syariah dianggap akan menjadi penyebab kesenjangan kekayaan. Dalam perbankan konvensional biasanya bank-bank akan memberikan agunan atau jaminan dalam bentuk aset bagi pinjaman bisnis. Bank akan memfokuskan memberi pinjaman pada debitor yang sudah mapan dan debitor yang memberikan jaminan. Debitor dengan bisnis yang belum mapan atau memiliki usaha kecil yang memiliki agunan kecil akan dibebankan bunga tingga atau tidak mendapatkan pembiayaan. Dampak jangka panjangnya usaha yang lebih besar akan semakin mapan sementara usaha kecil akan dirugikan dan kerap mengalami kebangkrutan. Dalam Penelitian sebelumnya oleh (Mulyani, 2014) yang mengangkat judul Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index. Dalam penelitian tersebut penulis mengambil sampel penelitian data Jakarta Islamic Index periode 2009-2001. Hasil penelitian menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap Jakarta Islamic Index. Berdasarkan hasil penelitian suku bunga meerupakan variabel yang paling besar mempengaruhi Jakarta Islamic Index dengan arah negatif. Selanjutnya, pengujian hipotesis untuk tujuan kedua adalah sebagai berikut: 2. Hipotesis Inflasi H0: Inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Isalamic Index (JII) Ha: Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
55 Dasar Pengambilan keputusan Sig > Alpha, H0 diterima, Ha ditolak Sig < Alpha, H0 tidak diterima, Ha diterima Hasil Uji Regresi Sig = 0.0799 Alpha = 0.05 Sig > Alpha, maka H0 diterima, Ha ditolak Kesimpulan Melalui pengujian hipotesis di atas, maka secara parsial dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Tingakt inflasi menigkat ketika harga-harga kebutuhan primer dari masyarakat meningkat secara keseluruhan dan terus-menerus hal ini akan berdampak pada harga-harga kebutuhan pokok masyarakat dan berpengaruh pada haraga saham dari sektor cosnumer good, namun disisi lain inflasi tidak mempengaruhi secara langsung sektor-sektor lain dalam pasar saham pergerakan dari Jakarta Islamic Index (JII) yang terdiri dari kumpulan 30 saham dari berbagai sektor juga tidak mengalami pengaruh secara signifikan. Secara umum inflasi akan berpengaruh kepada pasar modal ketika inflasi meningkat tajam yang akan berpengaruh terhadap keamanan dan kondusif politik suatu negara yang tidak kondusif akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk berinvestasi pada pasar modal. Dalam Inflasi juga terkait erat dengan kebijakan pemerintah, seperti pengaruh kebijakan moneter berhubungan dengan permintaan agregat, yaitu ketika Pemerintah menetapkan kebijakan uang ketat (kebijakan moneter kontraktif) yang akan berpengaruh pada menurunnya jumlah uang yang beredar di masyarakat yang berimbas pada penurunan permintaan secara umum akibat berkurangnya daya beli secara agregat, ketika pemerintah menetapkan kebijakan moneter ekspansif dimana akan menambah jumlah uang beredar di masyarakat maka daya beli masyarakat akan meningkat secara agregat yang berimbas pada peningkatan permintaan secara umum.
56 Pengaruh kebijakan selian kebijakan moneter adalah pengaruh penetapan kebijakan fiskal, alat yang digunakan dalam penetapan kebijakan ini adalah pajak dan subsidi. Ketika Pemerintah menempuh kebijakan anggaran defisit (pengeluaran > penerimaan), maka permintaan akan meningkat secara agregat karena pemerintah harus megurangi pendapatannya dengan mengurangi pajak dan atau menambah pengeluaran. Ketika, Pemerintah menempuh kebijakan surplus (pengeluaran < penerimaan), maka permintaan akan menurun secara agregat karena pemerintah akan meningkatkan pajak dan atau mengurangi pengeluaran. Selain kebijakan moneter dan fiskal yang berhubungan dengan permintaan agregat, ada pun kebijakan moneter dan fiskal yang berhubungan dengan penawaran. Ketika pemerintah mengambil keputusan untuk menempuh kebijakan moneter ekspansif, misalnya pemberian bantuan kredit sehingga dapat berimbas pada peningkatan penawaran agregat dan sebliknya jika pemerintah menetapkan kebijakan moneter kontraktif dampaknya akan terlihat pada menurunnya penawaran agregat. Selain moneter terdapat juga kebijakan fiskal yang memiliki dua jenis kebijakan juga yang bertujuan untuk mengarahkan ekonomi ke arah yang lebih baik yaitu kebijkan anggaran kontraktif dan kebijakan anggaran ekspansif. (Mulyani, 2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Dalam penelitiannya inflasi berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII) sebesar 95,525, setiap kenaikan inflasi sebesar 1% degan variabel lain dalam kondisi tetap, maka Jakarta Islamic Index (JII) akan meningkat sebesar 95,525 satuan, hal ini bisa terjadi karena berdasarkan data statistik pada periode tahun 2009 2011 rata-rata infalsi sebesar 5,16% sehingga bisa dikategorikan sebagai tingakt inflasi yang rendah, sehingga investor memberikan reaksi positif dibuktikan dengan kemampuannya untuk tetap melakukan investasi di pasar modal.
57 Selanjutnya, pengujian hipotesis untuk tujuan ketiga adalah sebagai berikut: 3. Hipotesis Nilai Tukar Rupiah H0: Nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Isalamic Index (JII) Ha: Nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Dasar Pengambilan keputusan Sig > Alpha, H0 diterima, Ha ditolak Sig < Alpha, H0 tidak diterima, Ha diterima Hasil Sig = 0.0318 Alpha = 0.05 Sig < Alpha, maka H0 tidak diterima, Ha diterima Kesimpulan Melalui pengujian hipotesis di atas, maka secara parsial dapat disimpulkan bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh secara signifikan dan positif terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Nilai tukar rupiah akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dan perusahaan swasta milik asing yang sudah listing di Bursa Efek Indonesis (BEI). Dari kumpulan 30 saham dari Jakarta Islamic Index (JII) banyak perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dan juga terdapat perusahaan yang merupakan milik negara asing sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Dalam pergerakan
58 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) foreign buy dan foreign sell sangat berpengaruh terhadap indeks karena hal tersebut akan menjadi tolak ukur minat asing terhadap pasar domestik (Indonesia) dan hal ini juga sangat erat hubungannya dengan penguatan nilai dollar Amerika terhadap Rupiah. Di dalam Jakarta Islamic Index sendiri, hanya terdapat 30 saham yang terdaftar sehingga nilai tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index, berbeda dengan Indeks Harga Saham Gabungan yang terdapat lebih dari 50 saham di dalamnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Mulyani, 2014) nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap Jakarta Islamic Index dengan nilai koefisien sebesar -0,063, setiap kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sebesar Rp1,-/USD akan menurunkan nilai indeks saham sebesar 0,063 satuan. Berdasarkan data Statistik selama periode tahun 2009 2011 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mengalami penurunan sehingga Jakarta Islamic Index (JII) terus meningkat, karena dengan menguatnya nilai tukar rupiah perusahaan emitan yang melakukan kerjasama impor dengan Amerika misalnya dalam pengadaan bahan baku akan memperoleh keuntungan karena terjadi penurunan biaya pengadaan material untuk proses produksi, sehingga keuntungan meningkat dan kinerja membaik. Demikian pula halnya dengan perusahaan emiten yang mempunyai utang dalam mata uang dollar Amerika, akan mendapatkan keuntungan karena jumlah utang yang dimiliki akan berkurang nilainya. Selanjutnya, pengujian hipotesis untuk tujuan keempat adalah sebagai berikut: 4. Hipotesis Simultan (Uji F) H0: Rasio Bank Indonesia (BI rate), inflasi, dan nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Isalamic Index (JII) Ha: Rasio Bank Indonesia (BI rate), inflasi, dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
59 Dasar Pengambilan keputusan Sig > Alpha, H0 diterima, Ha ditolak Sig < Alpha, H0 tidak diterima, Ha diterima Hasil Sig = 0.000087 Alpha = 0.05 Sig < Alpha, maka H0 diterima, Ha ditolak Kesimpulan Melalui pengujian hipotesis di atas, maka secara simultan rasio Bank Indonesia (BI rate), inflasi, dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Dalam perhitungan statistik uji F harus dihitung terlebih dulu karena jika, uji F sudah tidak signifikan maka tidak perlu dilakukan lagi uji T atau uji secara parsial. Jika. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh fundamental ekonomi dan faktor-faktor makro ekonomi lain yang tidak dijadikan variabel dalam penelitian ini. Pergerakan dari Jakarta Islamic Index itu sendiri bisa diakibatkan oleh peningkatan jumlah pengangguran, penetapan kebijakan pemerintahan baru, hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pengeluaran pemerintah dan masih banyak lagi yang saja mempengaruhi Jakarta Islamic Index adalah seperti produk domestik bruto, peningkatan jumlah pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan masih banyak lagi variabel makro ekonomi lain yang bisa saja mempengaruhi Jakarta Islamic Index namun tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 4.5 Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien R2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi, dan nilai tukar rupiah secara simultan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Dari pengujian hipotesis menghasilkan nilai sebesar 0.311609 atau dalam persentase
60 sebesar 31% besar pengaruh rasio Bank Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dan sisanya 69% dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain selain rasio Bank Indonesia (Bank Indonesia), inflasi, dan nilai tukar rupiah. R2 dengan besaran 31% yang berarti dua variabel yaitu inflasi dan nilai tukar berpengaruh sebesar 31%, BI rate tidak termasuk di dalamnya karena BI rate terdapat multikolinearitas tidak dapat digunakan dalam pengujian hipotesis.