OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Materi

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

TINJAUAN PUSTAKA. Sinbiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

Performan Ayam Pedaging yang Diberi Probiotik dan Prebiotik dalam Ransum (Performances of Broilers That Given Probiotics and Prebiotics in the Ration)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

MATERI DAN METODE. Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau pada bulan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

ISBN: Seminar Nasional Peternakan-Unsyiah 2014

BAB III MATERI DAN METODE

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

METODE PENELITIAN. Materi

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

Transkripsi:

Seminar Nasional Hasil Penelitian 2016 OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING Permata Ika Hidayati, Dyah Lestari Yulianti Universitas Kanjuruhan permatahidayati@gmail.com, dyah_ly@yahoo.com ABSTRAK. Pengaruh dari penambahan tepung ubi jalar yang berbeda sebagai prebiotik dan ragi sebagai probiotik terhadap tingkat kinerja dan morfometri dari saluran pencernaan pada ayam ayam pedaging dievaluasi dalam uji coba ini. Seratus delapan puluh ayam ayam pedaging diperlakukan untuk rancangan acak lengkap dengan 2 x 3 faktorial (tepung ubi jalar dan konsentrasi ragi) untuk periode dari 2 hingga 5 minggu. Perlakuan eksperimental terdiri dari pakan starter dan pakan finisher. Pakan ditambahkan dengan tingkat yang berbeda dari tepung ubi jalar dan Ragi P1 (3% tepung ubi jalar + 0,5% ragi), P2 (6% tepung ubi jalar + 0,5% ragi), P3 (3% tepung ubi jalar + 1% ragi), P4 (6% tepung ubi jalar + 1% ragi), P5 (3% tepung ubi jalar + 1,5% ragi); P6 (6% tepung ubi jalar + 1,5% ragi). Kinerja dalam periode 2-5 minggu dan morfometri dari saluran pencernaan dievaluasi. perbedaan yang signifikan pada tubuh berat badan, konversi pakan, berat badan akhir dan berat duodenum, tetapi perbedaan tidak signifikan pada konsumsi pakan, konsumsi air, mortility, berat dan panjang jejunum, ileum, kolon, dan sekum. Perlakuan dengan tingkat tepung ubi jalar 3% dan ragi 0,5% memiliki performa dan kualitas produksi yang terbaik. Kata kunci: Tepung Ubi jalar; Ragi Tape; Performa; Kualitas Produks;, Ayam Pedaging PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang diikuti dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi tinggi salah satunya adalah daging ayam ayam pedaging. Hal ini didukung oleh data Bappenas tahun 2009 bahwa konsumsi produk hewani asal ayam dari tahun 2005-2009 di Indonesia meningkat 8,63%, memicu peternakan ayam ayam pedaging berkembang pesat. Pakan merupakan faktor yang perlu diperhatikan karena kualitas pakan dan ketersediaan yang seimbang secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ternak sehingga mempengaruhi produktivitas ternak. Usaha pencegahan penyakit oleh peternak biasanya menggunakan antibiotik dicampurkan ke pakan, namun penggunaannya dalam ransum ternak menjadi kontroversi karena menimbulkan residu pada produk akhir peternakan yang dapat membahayakan konsumen, maka perlu alternatif feed supplement yang aman untuk mengatasi permasalahan tersebut berupa probiotik dan prebiotik. Probiotik dan prebiotik adalah alternatif sumber feed supplement yang aman karena berasal dari sumber alami. Probiotik dan prebiotik bermanfaat dalam memperbaiki efisiensi pemanfaatan pakan, produksi dan kesehatan ternak. Kombinasi penggunaan probiotik dan prebiotik disebut sinbiotik. Probiotik merupakan mikroba hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang menguntungkan bagi kesehatan dan memperbaiki mikroflora usus. Prebiotik adalah makanan yang dapat bertahan sampai di saluran pencernaan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme baik. Prebiotik yang paling potensial adalah oligosakarida yang merupakan bagian dari karbohidrat. Sumber probiotik yang dapat digunakan dalam pakan ternak dapat berupa ragi seperti ragi tape. Ragi tape dipilih sebagai sumber probiotik karena mengandung kapang, khamir, dan bakteri yang dapat menghidrolisis pati sehingga membuat keseimbangan mikroorganisme pada saluran pencernaan dan membantu penyerapan zat-zat makanan (Fuller, 1992; Fardiaz, 1992) dan ragi tape mudah didapat karena tersedia di pasar tradisional. Ubi jalar dipilih karena kandungan karbohidrat dan serat sebagai sumber prebiotik. Ubi jalar saat dipanen mempunyai berat kering 16%-40% dan 75%-90% adalah karbohidrat. Komponen utama karbohidrat yaitu pati (60%-70% amilopektin dan 30%-40% amilosa), dan serat pangan (sellulosa, hemisellulosa dan pentosa) serta beberapa jenis gula bersifat larut. Jenis oligosakarida ubi jalar adalah rafinosa sebagai oligosakarida tidak tercerna yang dapat 209

menurunkan timbulnya penyakit kanker usus, hati dan saluran pencernaan (Palmer, 1982). Pemberian ubi jalar yang diolah menjadi tepung dengan penambahan ragi tape dalam ransum sebagai sumber sinbiotik diharapkan dapat memperbaiki performa unggas. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian laboraqtorium dengan pendekatan eksperimental, subyek penelitian ialah ayam pedaging sebanyak 180 ekor, teknik pengumpulan data secara kuantitatif, teknik analisis data dengan menggunakan analisis varians tunggal menggunakan bantuan program SPSS 16.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Nilai sidik ragam pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape terhadap performa meliputi konsumsi pakan, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan (PBB), bobot akhir, dan konversi pakan periode starter dan finisher. Konsumsi Air Minum Konsumsi minum ayam ayam pedaging hasil pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape dalam ransum menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi air minum ayam saat starter pada setiap perlakuan. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai konsumsi air minum tertinggi 2179,33 ml/ekor pada U6,0R1,0 dan terendah 2107,67 ml/ekor pada U6,0R0,5. Nilai konsumsi yang berbeda antara ternak menunjukan jumlah kebutuhan setiap ternak tidak sama. Pemberian tepung ubi dan ragi tape tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan saat finisher pada setiap perlakuan di Tabel 9. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif konsumsi air minum tertinggi 4516,83 ml/ekor pada U1,5R0,25 dan terendah 4315,67 ml/ekor pada U3,0R0,25 Nilai terendah saat finisher dipengaruhi saat starter dengan konsumsi air minum juga rendah dibandingkan perlakuan lain. Shaw et al. (2006) menjelaskan bahwa konsumsi air meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi pakan dan komposisi pakannya. Konsumsi air minum tidak berbeda antara perlakuan diduga lebih banyak dipengaruhi suhu lingkungan kandang selama pemeliharaan yang cukup panas, khususnya siang hari. Pada penelitian ini pengaruh suhu tampaknya menutupi pengaruh lainnya, karena suhu juga mempengaruhi konsumsi air minum. Konsumsi Pakan Pada ayam ayam pedaging periode starter umur 7-21 hari dengan perlakuan pemberian tepung ubi dan ragi tape tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan diantara perlakuan. Rataan konsumsi pakan pada Tabel 8 di setiap perlakuan berjumlah sama yaitu 850 g/ekor. Konsumsi setiap minggu yang berbeda saat starter disebabkan kecernaan pakan ternak yang berbeda namun dengan hasil kumulatif sama pada setiap perlakuan. Hal tersebut dipengaruhi suhu lingkungan berbeda setiap hari menyebabkan kebutuhan konsumsi pakan juga berbeda pada ternak. Nilai konsumsi pakan saat starter masih rendah dibandingkan standar performa ayam pedaging CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm sebesar 1071 g/ekor. Namun lebih tinggi dari penelitian Ehsani (2011) dengan nilai 779,94 g/ekor saat starter menggunakan sumber probiotik komersil mengandung Saccharomyces cerevisiae. Pemberian tepung ubi dan ragi tape pada Tabel 9 menunjukan bahwa berbeda nyata (p<0,05) terhadap konsumsi pakan saat finisher. Nilai konsumsi pakan saat finisher tertinggi 1610,52 g/ekor pada U1,5R0,25 sedangkan terendah 1506,93 g/ekor pada U1,5R0,75. Nilai konsumsi pakan berbeda setiap ternak pada tiap perlakuan. Pada U1,5R0,75 memiliki nilai terendah mungkin disebabkan ketidakseimbangan antara serat kasar pada pakan yang dicerna dan jumlah mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Nilai pada U1,5R0,25 dengan konsumsi tertinggi yang mungkin disebabkan mekanisme kerja prebiotik yang mendukung pertumbuhan dan meningkatkan jumlah bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan saat starter dan 210

Seminar Nasional Hasil Penelitian 2016 mempertahankannya saat finisher dengan ransum perlakuan yang diberikan pada ayam ayam pedaging sampai umur 34 hari. Namun nilai konsumsi pakan saat finisher masih rendah dibandingkan standar konsumsi pakan ayam pedaging CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm sebesar 3282 g/ekor. Interaksi kombinasi antara tepung ubi jalar dan ragi tape sebagai sinbiotik berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan saat periode finisher. Kombinasi antara tepung ubi jalar dan ragi tape sebagai sinbiotik yang terbaik pada perlakuan U1,5R0,25. Hal tersebut diduga taraf pemberian tepung ubi jalar seimbang dengan penambahan ragi tape sehingga konsumsi pakan tinggi, tetapi kecernaan dalam saluran pencernaan belum tentu terbaik. Hasil tersebut menunjukkan kinerja probiotik asal ragi tape akan bekerja optimal dengan penambahan prebiotik dari tepung ubi jalar untuk meningkatkan konsumsi pakan. Pemberian probiotik mengandung yeast menurut Widodo (2006) bahwa ditinjau dari konsumsi pakan, lebih baik dari pemberian antibiotik Sulfamix. Peningkatan jumlah bakteri dapat meningkatkan keseimbangan mikroba usus yang dapat memperbaiki kondisi saluran pencernaan dan meningkatkan nafsu makan ternak. Hal tersebut sesuai pernyataan Ensminger et al. (1992), bahwa pengolahan pakan secara fisik, kimia, enzimatis maupun penambahan zat nutrisi lain dapat meningkatkan palatabilitas atau kecernaan dan memperbaiki komposisi pakan. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Pemberian tepung ubi jalar dan ragi menunjukan bahwa pemberian tepung ubi jalar berbeda nyata (P<0,01) terhadap PBB periode starter. Hasil pada Tabel 8 nilai rataan terbesar 659,54 g/ekor pada U3,0 dengan nilai PBB tertinggi 661,17 g/ekor pada U3,0R1,0 dan terendah 603,67 g/ekor pada U6,0R1,5. Hasil penelitian memperlihatkan nilai pertambahan bobot badan yang berbeda menunjukan bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi langsung oleh konsumsi pakan sesuai Amrullah (2004). Perbedaan hasil PBB selama pemeliharaan sangat dipengaruhi konsumsi pakan dan taraf pemberian sumber probiotik dapat mempengaruhi daya cerna pakan. Pemberian tepung ubi jalar dan ragi pada ayam selama perlakuan tidak berbeda nyata terhadap PBB periode finisher. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai pertambahan bobot badan tertinggi 864,48 g/ekor pada U3,0R0,75 dan terendah 722,43 g/ekor pada U1,5R0,5. Hasil tersebut menunjukkan peranan prebiotik dan probiotik meningkatkan kecernaan makanan sehingga pertambahan bobot badan dengan nilai yang tinggi dan nilai konsumsi pakan tertinggi. Mikroba lipolitik, selulolitik, lignolitik, dan mikroba asam lambung yang terkandung dalam probiotik diduga telah berperan aktif dalam meningkatkan kecernaan zat makanan terutama kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung ubi jalar. Prebiotik juga menyediakan makanan untuk mikroorganisme sehingga dapat mempertahankan keseimbangan ekosistem mikroorganisme baik dalam usus. Nilai pertambahan bobot badan (PBB) baik periode starter maupun finisher setiap minggu selalu meningkat. Hal tersebut disebabkan kebutuhan zat makanan untuk tubuh yang semakin meningkat sehingga konsumsi pakan juga meningkat dan hasil bobot badan akhir tinggi. Hasil nilai PBB lebih besar dari standar PBB ayam pedaging CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm yaitu 637 g/ekor saat periode starter, namun lebih besar dari standar PBB ayam pedaging CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm 831 g/ekor saat periode finisher. Bobot Badan Akhir Pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape menunjukan pemberian tepung ubi jalar berbeda nyata (P<0,01) terhadap nilai bobot badan akhir periode starter antara perlakuan. Hasil pada Tabel 8 nilai rataan terbesar 807,26 g/ekor pada U3,0 dengan nilai bobot badan akhir tertinggi 812,07 g/ekor pada U3,0R1,5 dan terendah 765,47 g/ekor pada U6,0R1,5. Hal ini mungkin saat periode starter ayam masih dalam masa pertumbuhan sehingga mikroorganisme dalam saluran pencernaan belum banyak, maka bobot badan akhir pada U6,0R1,5 nilainya rendah disebabkan pemberian 6% tepung ubi jalar tidak dapat tercerna dengan baik walaupun diberikan 1,5% ragi tape. Nilai tinggi 211

pada U3,0R1,5 mungkin keseimbangan antara serat kasar dalam tepung ubi yang diberikan dengan mikroorganisme dari tepung ragi yang mencerna zat makanan tersebut. Pemberian tepung ubi jalar dan ragi pada ayam selama perlakuan tidak berbeda nyata terhadap bobot badan akhir periode finisher. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai bobot badan akhir pada Tabel 9 tertinggi 1630,35 g/ekor pada U3,0R0,75 dan bobot badan akhir terendah 1522,00 g/ekor pada U1,5R0,5. Hal tersebut seiring bertambahnya umur ternak yang dapat mentoleransi jumlah pemberian sumber prebiotik dengan probiotik sebagai mikroorganisme pencerna sehingga meningkatkan daya tahan ayam seperti yang dijelaskan Pusponegoro (2007). Ayam pada periode finisher memiliki mikroorganisme yang terbentuk ketika periode starter sehingga saat finisher hanya mempertahankan jenis mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Hal tersebut didukung oleh mekanisme kerja prebiotik yang mendorong jumlah bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan, fungsi bakteri tersebut yaitu meningkatkan keseimbangan mikroba usus yang dapat memperbaiki saluran pencernaan. Nilai bobot badan akhir baik periode starter maupun finisher setiap minggu selalu meningkat, hal ini disebabkan konsumsi pakan yang meningkat akan membuat PBB semakin tinggi sehingga hasil bobot badan akhir tinggi. Namun nilai bobot badan akhir besar dari standar yang diperoleh dari perhitungan bobot badan ayam pedaging CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm yaitu 757,00 g/ekor saat periode starter dan 1117,00 g/ekor saat periode finisher. Konversi Pakan Nilai konversi pakan atau FCR (Feed Conversion Ratio) yang rendah mencerminkan keberhasilan dalam menyusun pakan yang berkualitas. Pada pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape menunjukan bahwa pemberian tepung ubi jalar berbeda nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan saat starter antara perlakuan. Hasil pada Tabel 8 nilai rataan terbaik 1,32 pada U3,0 dengan nilai konversi pakan tertinggi 1,48 pada U6,0R1,5 dan terendah 1,31 pada U3,0R1,0. Hal tersebut menunjukan ayam saat starter memiliki efisiensi pemanfaatan pakan baik sehingga kecernaan baik pada pemberian 3% tepung ubi jalar yang diimbangi 1% ragi tape dan pemberian 6% tepung ubi jalar dan 1,5% ragi tape menyebabkan efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik sehingga konversi tinggi. Nilai konversi penelitian ini tidak berbeda jauh dari penggunaan probiotik komersil Ehsani (2011) saat starter yaitu 1,46. Penggunaan ekstrak oligosakarida dari ubi jalar sebagai prebiotik pada ayam pedaging oleh Haryati dan Supriati (2010) bahwa akan memberikan nilai konversi pakan yang baik sampai umur 3 minggu, penambahan pada level 0,1% akan memperbaiki penyerapan kalsium dan fosfor. Pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape menunjukan tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan saat finisher. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai konversi pakan pada Tabel 9 tertinggi 2,34 pada U1,5R0,5 dan terendah 1,93 pada U3,0R0,75. Hasil nilai konversi yang diperoleh menunjukan bahwa pemberian sumber prebiotik dan probiotik dapat memperbaiki nilai kecernaan pakan dengan memperbaiki kondisi saluran pencernaan yaitu meningkatkan mikroorganisme pencernaan sehingga zat makanan dapat dicerna dan diserap lebih baik. Namun berbeda denga periode starter, nilai konversi pada periode finisher lebih tinggi. Hal ini sesuai Wahju (2004) bahwa pada masa akhir setelah umur empat minggu, pertumbuhan ayam menjadi lambat dan mulai menurun sedangkan penggunaan ransum bertambah terus. Konversi pakan merupakan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dalam penggunaan ransum, semakin rendah konversi pakan maka semakin efisien penggunaan pakan dalam tubuh ternak untuk menghasilkan pertambahan bobot badan selama waktu tertentu. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh konsumsi dan PBB, kemungkinan nilai kecernaan yang berbeda dengan taraf penambahan ragi dan tepung ubi jalar yang tinggi. Namun nilai konversi periode starter dan periode finisher berbeda dengan nilai standar konversi pakan ayam pedaging CP 707 dari PT. Charoen Phokphand Jaya Farm yaitu pada periode starter 1,25 dan finisher 1,6. Mortalitas 212

Seminar Nasional Hasil Penelitian 2016 Mortalitas atau angka kematian merupakan perbandingan antara jumlah keseluruhan ayam yang mati selama pemeliharaan dengan jumlah awal ayam yang dipelihara. Nilai rataan mortalitas ayam perlakuan dengan pemberian tepung ubi jalar (prebiotik) dan ragi tape (probiotik) tergolong rendah yaitu 5 ekor dari 180 ekor (2,78%) mortalitas pada penelitian selama pemeliharaan. Hal tersebut lebih baik dari hasil Daud (2005) bahwa mortalitas 8,33% dengan penggunaan sinbiotik dari daun katuk yang ditambahkan Bacillus sp. Mortalitas pada penelitian selama pemeliharaan terjadi di masa akhir pemeliharaan yaitu periode finisher yaitu umur pemeliharaan 22-34 hari. Pemberian taraf tertinggi tepung ubi jalar dan ragi tape pada (U3,0R0,75) selama pemeliharaan memiliki mortalitas lebih tinggi yaitu 3 ekor dari 30 ekor ayam dibandingkan perlakuan dengan taraf terendah pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape (U1,5R0,25) sebesar 2 ekor dari 30 ekor ayam. Kematian ayam pada penelitian ini mungkin disebabkan suhu lingkungan siang hari yang tinggi antara 300C-340C membuat ayam stres karena panas dan ditambah dengan hasil kotoran ayam lebih pekat dan lengket. Feses ayam lebih pekat dan lengket disebabkan pemberian tepung ubi jalar yang diimbangi dengan ragi tape membuat serat kasar dapat tercerna dengan baik dan menghasilkan feses dengan kandungan air lebih banyak. Hal tersebut membuat litter berupa sekam lebih cepat basah akan mempengaruhi kelembaban pada kandang ayam dan meningkatkan gas ammonia hasil dari dekomposisi feses yang terakumulasi pada litter. Mortalitas yang rendah mungkin disebabkan mikroorganisme ragi tape dapat mempertahankan bakteri baik untuk mencegah bakteri patogen dalam usus seperti yang dilansir dari Widodo (2006). KESIMPULAN DAN SARAN Pada periode starter taraf terbaik adalah pemberian 3% tepung ubi jalar ditunjukkan oleh hasil pertambahan bobot badan tertinggi (659,54 g/ekor), bobot badan akhir tertinggi (807,26 g/ekor) dan konversi terkecil (1,32) sedangkan taraf ragi tape tidak berbeda. Pada periode finisher terdapat interaksi pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape dengan nilai tertinggi pada pemberian 1,5% tepung ubi jalar dan 0,25% ragi tape yang ditunjukkan oleh konsumsi pakan tertinggi (1610,52 g/ekor). Pemberian terbaik pada taraf 6% tepung ubi jalar periode starter yang dilanjutkan 3% tepung ubi jalar periode finisher yang ditunjukkan oleh bobot duodenum terendah (0,388%) dan jejunum yang panjang tertinggi (4,114 cm/100g bobot hidup) dengan ketebalan terendah (0,010 mm/100g bobot hidup) DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-ii. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Daud, M. 2005. Performa dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi pobiotik dan prebiotik dalam ransum. Tesis. Pascasarjana Institut Petanian Bogor. Bogor. Ehsani, M., V. Baratian, & M. Torki. 2011. Performance of broiler fed barley-based diets supplemented by two sources of commercial probiotics. World Applied Sciences Journal 14. Iran. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Fuller, R. 1992. Probiotics The Scientific Basis. Chapman dan Hall, Madras. 213

Gandjar. 1999. Fermentation of The Far East. In Batt, C. A & P. D. Patel (Eds.) Encyclopedia of Food Microbiology. Academic Press, Tokyo. Lacy, M. P & L. R. Vest. 2000. Improving Feed Convertion on Broiler : A Guide for Grower. http://www.ces.uge.edu Moran, E. T. 1985. Digestive Physiology of duck. in: Farrel, D. J dan P. Stapleton (Eds.). Duck Productions dan World Practice. University of New Engldan, Armidale. North, M. O & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Manual. 4th Edition. Champman dan Hall, New York. Palmer, J. K.1982. Carbohydrate in Sweet Potato. in: R. L. Villareal dan T.D. Griggs (Eds.). Sweet Potato Proceding of The First Internasional Symposium. AVRDC, Taiwan. Parakkasi. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. UI Press, Jakarta. Pond, W. G & D. C. Church. 1995. Basic Animal Nutrition dan Feeding. 4th Ed. John Wiley dan Sons, New York. Pusponegoro, H. 2007. Tingkatan Daya Tahan Tubuh Dengan Sinbiotik. http://www.anakku.net/ [19 September 2010]. Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. Academic Press, San Diego. 214