BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. literatur-literatur dan pedoman perencanaan bangunan sesuai dengan kaidah

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Termasuk di dalamnya berat sendiri struktur dan beban mati. jenis material yang digunakan adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS BEBAN GEMPA Analisis Beban Gempa Berdasarkan SNI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peraturan Gempa Indonesia SNI

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bangunan memerlukan proses desain. Proses desain ini dapat dibedakan dalam

PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN TANPA DAN DENGAN DINDING GESER BETON BERTULANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

CALCULATION SHEET FOR FOUNDATION & ANCHOR TAIL PULLEY FRAME COAL CONVEYOR C-1B PLTU LONTAR 3X315 MW

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN STRUKTUR SHEARWALL PADA BANGUNAN GARDU INDUK TINJAUAN TERHADAP PERATURAN GEMPA SNI

ANALISA PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR PADA GEDUNG DENGAN VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG

BAB 3 METODE ANALISIS BEBAN GEMPA. meramalkan respons struktur akibat gempa. Tetapi untuk melakukan analisis time

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI

BAB II STUDI PUSTAKA

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Analisis Perencanaan Terhadap Gempa (SNI ) Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Perhitungan Balok Existing WI = WF-400x200x8x13 (tabel baja) mm mm

ANALISA SIMPANGAN PADA STRUKTUR GEDUNG 10 LANTAI MENGGUNAKAN SNI DAN RSNI X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA

Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN 26 LANTAI BERDASARKAN SNI DAN SNI Oleh: Yohan Aryanto NPM

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover

f ' c MPa = MPa

ϕ b M n > M u ϕ v V n > V u

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB III LANDASAN TEORI

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

ABSTRAK. Kata kata kunci : Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, dinding geser, tahan gempa, SNI

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

8/22/2016. : S-2 : Earthquake Engineering, GRIPS-Tokyo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Wilayah Gempa... 6

Perbandingan perencanaan struktur berdasarkan SNI dan SNI 1726:2012 (Studi Kasus : Apartemen Malioboro City Yogyakarta) 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

PENGARUH PENETAPAN SNI GEMPA 2012 PADA DESAIN STRUKTUR RANGKA MOMEN BETON BERTULANG DI BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MODEL BANGUNAN SEKOLAH DASAR DI DAERAH RAWAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI Analisis Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN SNI

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perencanaan Struktur Konsep perencanaan struktur diperlukan sebagai dasar teori bagi perencanaan dan perhitungan struktur. Konsep ini meliputi pemodelan struktur, penentuan dimensi kolom, balok, dan plat, pembebanan, pengaruh gempa pada struktur. 2.1.1 Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa Tinjauan ini diperlukan untuk mengetahui metode analisis yang akan digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa. 2.1.1.1 Metode Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa Prosedur yang di syaratkan menurut Pasal 7 SNI 1726-2012 sebagai berikut: Tabel 2.1 Prosedur Analisis Yang Boleh Digunakan CATATAN I: Diizinkan, TI: Tidak Diizinkan 1. Prosedur Gaya Lateral Ekivalen Geser dasar seismik, (V), dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut: V = C s W (2.1) II-1

Keterangan: C s =koefisien respons seismik yang ditentukan sesuai dengan Pasal 7.8.1.1; W =berat seismik efektif menurut Pasal 7.7.2. Koefisien respons seismik, C s, harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 2.2. (2.2) Keterangan: D S S = parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek seperti ditentukan dalam Pasal 6.3 atau Pasal 6.9 R = faktor modifikasi respons dalam Tabel 9 (SNI 1726-2012) e I = faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai dengan 4.1.2. Nilai C s yang dihitung sesuai dengan Persamaan 2.2 tidak perlu melebihi berikut ini: (2.3) C harus tidak kurang dari I e > 0,01 Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana S 1 sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari: (2.4) Keterangan: II-2

di mana e I dan R sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 7.8.1.1, dan D1 S =parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda sebesar 1,0 detik, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.10.4 T =perioda fundamental struktur (detik) yang ditentukan Pasal 7.8.2 1 S = parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan yang ditentukan sesuai Pasal 6.10.4 Untuk struktur beraturan dengan ketinggian lima tingkat atau kurang dan mempunyai perioda, (T), sebesar 0,5 detik atau kurang, C s diijinkan dihitung menggunakan nilai sebesar 1,5 untuk s S. Perioda fundamentalstruktur, (T), dalam arah yang ditinjau harus diperoleh menggunakan properti struktur dan karateristik deformasi elemen penahan dalam analisis yang teruji. Perioda fundamental struktur, (T), tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada perioda yang dihitung C U dari Tabel14 dan perioda fundamental pendekatan, (T a ), yang ditentukan sesuai dengan Pasal 7.8.2.1. Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda fundamental struktur, (T), diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, (T a ), yang dihitung sesuai dengan 7.8.2.1. Perioda fundamental pendekatan (T a ), dalam detik, harus ditentukan dari persamaan berikut: T a = C t h (2.5) Keterangan: h n adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur, dan koefisien C t dan x. II-3

Tabel 2.2 Koefisien Untuk Batas Pada Perioda yang Dihitung Tabel 2.3 Nilai Parameter Perioda Pendekatan C t dan x Sebagai alternatif, diijinkan untuk menentukan perioda fundamental pendekatan (T a,) dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m: T a =0,1 N (2.6) Keterangan: N =jumlah tingkat Gaya gempa lateral F x (kn) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut : Fx= CvxV (2.7) dan II-4

(2.8) Keterangan: Cvx = faktor distribusi vertikal V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur, dinyatakan dalam kilonewton (kn) wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W ) yang ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, dinyatakan dalam meter (m) k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut: untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2 untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2 Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx ) (kn) harus ditentukan dari persamaan berikut: V X (2.9) Keterangan: Fi adalah bagian dari geser dasar seismik (V )yang timbul di Tingkat i, dinyatakan dalam kilo newton (kn) Geser tingkat desain gempa (Vx ) (kn) harus didistribusikan pada berbagai elemen vertical sistem penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen penahan vertikal dan diafragma. Untuk diafragma yang tidak fleksibel, distribusi gaya lateral di masing-masing tingkat harus memperhitungkan pengaruh momen torsi bawaan, Mt, yang dihasilkan dari eksentrisitas antara lokasi pusat massa dan pusat kekakuan. Untuk II-5

diafragma fleksibel, distribusi gaya ke elemen vertikal harus memperhitungkan posisi dan distribusi massa yang didukungnya. Jika diafragma tidak fleksibel, desain harus menyertakan momen torsi bawaan (M t) (kn) yang dihasilkan dari lokasi massa struktur ditambah momen torsi tak terduga (M ta ) (kn) yang diakibatkan oleh perpindahan pusat massa dari lokasi aktualnya yang diasumsikan pada masing-masing arah dengan jarak sama dengan 5 persen dimensi struktur tegak lurus terhadap arah gaya yang diterapkan. Jika gaya gempa diterapkan secara serentak dalam dua arah ortogonal, perpindahan pusat massa 5 persen yang disyaratkan tidak perlu diterapkan dalam kedua arah orthogonal pada saat bersamaan, tetapi harus diterapkan dalam arah yang menghasilkan pengaruh yang lebih besar. 2. Analisis Spektrum Respon Ragam Analisis harus dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model. Nilai untuk masing-masing parameter desain terkait gaya yang ditinjau, termasuk simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen struktur individu untuk masing-masing ragam respons harus dihitung menggunakan properti masing-masing ragam dan spectrum respons didefinisikan dalam Pasal 6.4 atau Pasal 6.10.2 dibagi dengan kuantitas (R/ Ie ). Nilai untuk perpindahan dan kuantitas simpangan antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas (Cd / I e ). II-6

BAB II Tinjauan Pustaka Nilai untuk masing-masing parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk berbagai ragam, harus dikombinasikan menggunakan metoda akar kuadrat jumlah kuadrat (SRSS) atau metoda kombinasi kuadrat lengkap (CQC), sesuai dengan SNI 1726. Metoda CQC harus digunakan untuk masing-masing nilai ragam di mana ragam berjarak dekat mempunyai korelasi silang yang signifikan di antara respons translasi dan torsi. Gambar 2.1 Penentuan Simpangan Antar Lantai Geser dasar (V ) harus dihitung dalam masing-masing dua arah horisontal orthogonal menggunakan perioda fundamental struktur yang dihitung (T) dalam masing-masing arah dan prosedur Pasal 7.8. Bila perioda fundamental yang dihitung melebihi Cu Ta, maka Cu Ta harus digunakan sebagai pengganti dari (T) dalam arah itu. Kombinasi respons untuk geser dasar ragam (Vt ) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V ) menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan 0,85 Keterangan: II-7

V =geser dasar prosedur gaya lateral ekivalen, yang dihitung sesuai dengan Pasal 7.8 V t =geser dasar dari kombinasi ragam yang disyaratkan Jika respons terkombinasi untuk geser dasar ragam (Vt ) kurang dari 85 persen dari C s W, di mana C s diperoleh dari Persamaan 25, simpangan antar lantai harus dikalikan dengan 0,85 2.1.2 Kriteria Dasar Perencanaan Pada tahap awal dari perecanaan struktur bangunan, konfigurasi denah, material Struktur, bentuk struktur dan dimensi (kolom, balok,plat) harus ditentukan terlebih dahulu sesuai ketentuan dari (SNI 1726:2012). Pemilihan ini akan mempengaruhi tahap selanjutnya dari proses perancangan struktur. 2.1.3 Pembebanan Besar dan macam beban yang bekerja pada struktur sangat tergantung dari jenis struktur. Berikut ini akan disajikan jenis-jenis beban, data beban serta faktorfaktor dan kombinasi pembebanan sebagai dasar acuan bagi perhitungan struktur. 2.1.4 Jenis - jenis Beban Jenis-jenis beban yang biasa diperhitungkan dalam perencanaan struktur bangunan gedung adalah sebagai berikut : 1. Beban Mati (Dead Load) Beban mati merupakan beban yang bekerja akibat gravitasi yang bekerja tetap pada posisinya secara terus menerus dengan arah ke bumi tempat struktur didirikan.yang termasuk beban mati adalah berat struktur sendiri dan juga semua benda yang tetap posisinya selama struktur berdiri. II-8

2. Beban Hidup (Live load) Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung dan barang-barang yang dapat berpindah, mesin dan peralatan lain yang dapat digantikan selama umur gedung. 3. Beban Gempa ( Earthquake Load ) Besarnya beban gempa dasar nominal horizontal akibat gempa menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 1726 2012 ), dinyatakan sebagai berikut : (2.10) dimana : V = beban gempa dasar nominal (beban gempa rencana) Wt = kombinasi dari beban mati dan beban hidup vertikal yang direduksi C = faktor respons gempa, yang besarnya tergantung dari jenis tanah dasar dan waktu getar struktur I = faktor keutamaan struktur R = faktor reduksi gempa 2.2 Perencanaan Beban Gempa Gempa merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Banyak tempat di dunia yang berada pada daerah gempa, salah satunya adalah Indonesia. Oleh sebab itu, pada daerah yang rawan gempa perlu memperhitungkan beban gempa dalam desain semua jenis struktur. Menurut peraturan SNI-03-1726-2012, sub bab 4.1.1, Tata cara ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan II-9

evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 persen. Untuk struktur beton bertulang yang berada di wilayah rawan gempa harus didesain sebagai struktur strong column weak beam. Maksudnya kolom didesain harus lebih kuat dari balok, sehingga jika terjadi gempa kuat, pada balok akan terjadi kerusakan, namun kolom masih dapat berdiri dengan baik sehingga nyawa manusia yang berada didalam bangunan dapat terselamatkan (SNI 03-1726-2012). Gambar 2.2 Kolom Kuat Balok Lemah 1. Faktor keutamaan dan kategori risiko struktur bangunan Menurut peraturan SNI-03-1726-2012, Pasal 4.1.2 Indonesia ditetapkan berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai Tabel 2.1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie. II-10

Data-data untuk menentukan beban gempa rencana antara lain: 1. Faktor Keutamaan (I) menurut peraturan SNI-03-1726-2012, Pasal 4.1.2 I = I 1 I 2 (2.11) dimana: I = faktor keutamaan. Adapun Faktor-faktor Keutamaan I sebagai berikut : Tabel 2.4 Faktor Keutamaan I Untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan Kategori Gempa Fasilitas pertanian, perkebunan, Faktor Keutamaan Gempa (I) 1,0 fasilitas sementara, gudang penyimpanan, dan struktur kecil lainnya. (Kategori Resiko 1) Perumahan, ruko, rukan, pasar, 1,0 kantor, apartement, rusun, mall, pabrik. (Kategori Resiko 2) Bioskop, gedung pertemuan, 1.25 stadion, pesantren, penjara. (Kategori Resiko 3) Rumah sakit, sekolah, pusat 1,5 pembangkit energy, bangunan monumental. (Kategori Resiko 4) SNI 03-1726-2012 II-11

2. Klasifikasi Situs Pasal ini memberikan penjelasan mengenai prosedur untuk klasifikasi suatu situs untuk memberikan kriteria desain seismik berupa faktor-faktor amplifikasi pada bangunan. Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai dengan Tabel 2.2 berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwewenang atau ahli desain geoteknik bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga parameter tanah yang tercantum dalam Pasal 2.2. Dalam hal ini, kelas situs dengan kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data tanah yang spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah harus diestimasi oleh seorang ahli geoteknik yang memiliki sertifikat/ijin keahlian yang menyiapkan laporan penyelidikan tanah berdasarkan kondisi getekniknya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak diperkenankan jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit fondasi dan permukaan batuan dasar. II-12

Tabel 2.5 Klasifikasi Situs Kelas situs vs (m/detik) N atau Nch s u (kpa) SA (batuan>1500 N/A N/A keras) SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A SC (tanah <100 keras, sangat 350 sampai 750 SD (tanah175 sampai 350 15 sampai 50 50 sedang) SE lunak) SF (tanah (tanah sampai < 175 <15 <50 Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai berikut : 1. Indeks plastisitas, PI > 20, Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu khusus,yang membutuhkan investigasi geoteknik spesifik dan analisis atau lebih dari karakteristik berikut: - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah - Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan > 3 m) II-13

3. Parameter Percepatan Terpetakan Parameter Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan S1 (percepatan batuandasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik pada pasal 14 dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam 50 tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi. Bila S1 0,04 g dan Ss 0,15 g, maka struktur bangunan boleh dimasukkan ke dalam kategori desain seismik A. 4. Koefisien-koefisien situs dan paramater-parameter respons spectral percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa ) danfaktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (Fv ). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS )dan perioda 1 detik (SM 1 ) yangdisesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut ini: SMS = Fa SS (2.12) SM 1 = Fv S1 (2.13) II-14

Keterangan: SS = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek; S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik. Tabel 2.6 Klasifikasi Situs CATATAN: (a) (b) Untuk nilai nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik II-15

Tabel 2.7 Klasifikasi Situs CATATAN : (a) Untuk nilai-nilai antara S1 \dapat dilakukan interpolasi linier (b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs- spesifik. 5. Parameter Percepatan Spektral Desain Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek,sd1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini: (2.14) (2.15) II-16

6. Spektrum Respons Desain Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus dikembangkan dan mengikuti ketentuan di bawah ini : a. Untuk perioda yang lebih kecil dari spectrum respons percepatan desain harus diambil dari persamaan ( ) (2.16) b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan dan lebih kecil dari atau sama dengan spectrum respons percepatan desain, sama dengan ; c. Untuk perioda lebih besar dari spectrum respons percepatan desain, diambil berdasarkan persamaan : (2.17) Keterangan : = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda 1 detik T = perioda getar fundamental struktur = = II-17

BAB II Tinjauan Pustaka Gambar 2.3 Spektrum Respons Desain 7. Kombinasi Beban Untuk Metoda Ultimit Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut: (2.18) U1 = 1,4D U2 = 1,2D+1,6L +0,5( U3 = 1,2D+1,6L ( U4 = 1,2D +1,0W+L+0,5( U5 = 1,2D+1,0E+L (2.22) U6 = 0,9D+1,0W (2.23) atau R) atau R)+(L atau 0,5W) atau R) (2.19) (2.20) (2.21) II-18

U7 = 0,9D+1,0E (2.24) Keterangan : D L E W A R = beban mati = beban hidup = beban gempa = beban angin = beban atap = beban hujan Pada Working Stress Method perencanaannya berdasarkan daerah elastis hingga batas elastis,sedangkan pada Ultimate Design Method berdasarkan daerah plastis hingga batas ultimit. 8. Peta Wilayah Gempa SNI 03-1726-2012 merupakan pengkinian dari SNI 03-1726-2002. Pengkinian ini dimaksudkan untuk mendapatkan tata cara perencanaan yang lebih rasional dan lebih akurat. Hal ini didasari oleh munculnya hal-hal baru seperti : kejadian gempa dan tsunami, data geologi, teknologi, pemahaman, dan pengetahuan baru yang berkembang dalam bidang kegempaan. Acuan normatif yang digunakan SNI 03-1726-2012 adalah American Society of Civil Engineer(ASCE 7-10), 2010 edition, Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, tidak lagi mengacu ke Uniform Building Code (UBC), 1997 Editon, volume 2, Structural Engineering Design Provisions, International Conference of Building Officials, april 1997 seperti pada SNI 03-1726-2002 II-19

Dalam penentuan penentuan kategori desain seismik SNI 03-1726-2012 menggunakan parameter Ss (percepatan batuan dasar pada periode pendek 0,2 detik) dan S 1 (percepatan batuan dasar pada periode 1 detik). Penentuan parameter tersebut berdasarkan pada peta zonasi gempa yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Gambar 2.4 Peta respon spektra percepatan 0.2 detik di batuan dasar SB untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (redaman 5%) Gambar 2.5 Peta respon spectra percepatan 1 detik di batuan dasar SB untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (redaman 5%) II-20