KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

dokumen-dokumen yang mirip
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA ARTIKEL PENELITIAN OLEH :

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI IDENTIFIKASI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING ARTIKEL PENELITIAN OLEH:

ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI TITRASI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING ARTIKEL PENELITIAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SMA NEGERI 3 SINGKAWANG

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEORI ASAM BASA DENGAN MODEL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING ARTIKEL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN MTsN 2 PONTIANAK

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

DESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PONTIANAK

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

PENERAPAN CONSTRUCTIVE FEEDBACK PADA PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA NEGERI 7 PONTIANAK

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA ARTIKEL PENELITIAN OLEH

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. *Corresponding author, telp: ,

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA FLUIDA STATIS UNTUK MEREMEDIASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.1, Maret 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

STUDI KOMPARASI PBI DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI MAN 1 PONTIANAK

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Yang Berorientasi Pada Kurikulum 2013 Dengan Materi Fluida Statis Di Kelas X SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

Septi Lilis Suryani dan Eko Hariyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya. Key Words : academic skill, guided discovery, learning output, heat

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

Keyword: Model Of Brain Writing Learning, Scientific Writing

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER.

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MATARAM TAHUN AJARAN

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi

PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SMP

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 1, pp Januari 2014

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI ASAM BASA DI SMA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENGGUNAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh Wana Ginandi Putra

Chemistry in Education

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PEMECAHAN MASALAH SAINS ANAK KELOMPOK B

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lamtaruli Purba RSA1C113025

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN SRATEGI INKUIRI DENGAN STRATEGI EKSPOSITORI

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

Ragil Kurnianingsih 1, Srini M. Iskandar 1, dan Dermawan Afandy 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH TEKNIK PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SD

KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMA PADA PRAKTIKUM SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH: SELLY MARSELA LUDOVIKA SAYAK NIM F

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VII

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

Transkripsi:

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Nadia Ulfa, Hairida, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN, Pontianak Email: nadia.ulfa.nu.94@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan kerja ilmiah siswa XI IPA 1 Sanggau pada materi indikator asam basa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini menggunakan metode preeksperimen design dengan rancangan One-Group Pretest-Posttest Design. Penentuan sampel penelitian menggunakan purposive sampling dan diperoleh kelas XI IPA 1 yang berjumlah 32 siswa. Keterampilan kerja ilmiah siswa pada kategori tidak terampil, kurang terampil, terampil dan sangat terampil sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran model inkuiri terbimbing berturut-turut sebesar 9,4% ; 75,% ; 15.6% ; 0% menjadi 0% ; 0% ; 40.6% ; 59.4%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan kerja ilmiah siswa sebelum dan setelah digunakan model ppembelajaran inkuiri terbimbing. Kata kunci: keterampilan kerja ilmiah, inkuiri terbimbing, indikator asam basa Abstract: The purpose of this research is to describe the scientific work skills of students in class XI IPA SMAN 1 Sanggau materials Acid-Base Indicator used model of guided inquiry learning. This research based on pre-experimental design with One-group pretest-posttest design. The sampling research using purposive sampling technique and obtained XI IPA 1 class consist of 32 students. The scientific work skills of students before and after guided inquiry learning are in the category of unskilled, less skilled, skilled and highly skilled with consecutive results of 9,4% ; 75,% ; 15.6% ; 0% to 0%; 0%; 40.6% and 59.4%. Results of the data analysis showed that a difference of the scientific work skills of students after better than before using guided inquiry learning model. Keywords: scientific work skills, guided inquiry, acid-base indicator. S tandar Nasional Pendidikan (Pasal 1, ayat 15) menjelaskan bahwa Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), selanjutnya dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 dijelaskan sebagai berikut: 1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) Kurikulum pada semua jenjang dan 1

jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut keterampilan kerja ilmiah yang dieksplisitkan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan penjabarannya pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kelompok mata pelajaran yaitu melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Permendiknas No.23 tahun 2006). Menurut Susanto dalam Depdiknas (2003) terdapat tiga permasalahan dalam pembelajaran IPA. Pertama, pendidikan sains masih berorientasi hanya pada produk pengetahuan dan kurang berorientasi pada proses sains. Kedua, pengajaran sains hanya mencurahkan pengetahuan tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek atau praktikum. Ketiga, pengajaran sains berfokus pada guru karena siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan diajarkan oleh guru atau tertulis dalam buku ajar. Berdasarkan fakta dilapangan diketahui bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa SMA/MA masih rendah, salah satunya dapat terlihat dari hasil prariset yang telah dilakukan pada SMAN 1 Sanggau. Hasil tes penelusuran awal kemampuan awal keterampilan kerja ilmiah32 siswa kelas XI IPA sebagian besar berada pada kategori kurang dan tidak terampil yang di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Data Hasil Tes Keterampilan Kerja Ilmiah pada Materi Laju Reaksi Siswa SMA Negeri 1 Sanggau Tahun 2014 ( N = 32) Kategori (0%) No Indikator S T KT TT T 1 Merumuskan masalah 10 3 37 50 2 Merumuskan prediksi 0 4 33 63 3 Merumuskan variabel percobaan (variabel 0 0 10 90 respon, manipulasi, dan kontrol) 4 Merumuskan definisi operasional variabel 0 0 10 90 percobaan (variabel respon, manipulasi, dan kontrol) 5 Mengkomunikasikan data hasil percobaan 0 16 10 74 dalam bentuk tabel atau grafik 6 Menganalisis data hasil percobaan 0 0 0 100 7 Membuat kesimpulan 0 0 4 96 ST = Sangat Terampil, T = Terampil, KT = Kurang Terampil, TT = Tidak Terampil Hasil pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa rendahnya pencapaian siswa kelas XI IPA SMAN 1 Sanggau dalam tujuh indikator yang digunakan untuk melihat keterampilan kerja ilmiah siswa. 2

Berdasarkan permasalahan dan fakta yang telah dijelaskan, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menjadi solusi dalam membantu mengembangkan keterampilan kerja ilmiah siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan proses investigasi untuk mengumpulkan data berupa fakta dan memproses fakta tersebut sehingga siswa mampu membangun kesimpulan secara mandiri guna menjawab pertanyaan atau permasalahan yang diajukan oleh guru (Bell dan Smetana dalam Maguire dan Lindsay, 2010). Model pembelajaran inkuiri terbimbing memungkinkan siswa untuk terlibat aktif untuk merumuskan masalah hingga dapat menyelesaikan masalah tersebut. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing adalah orientasi, perumusan masalah, perumusan hipotesis, siswa mencari informasi data, fakta yang diperlukan, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan jawaban. Salah satu materi kimia yang cocok untuk melihat keterampilan kerja ilmiah siswa adalah materi asam basa khususnya pada materi indikator asam basa dikarenakan pada materi tersebut siswa dituntut untuk dapat menentukan trayek ph dari indikator alami. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan hasil yang lebih baik, penelitian tersebut diantaranya: (1) Mintania, Su aidy, dan Dasna (2013) terdapat perbedaan pada hasil belajar kognitif siswa dimana hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing adalah 80,1, sedangkan siswa yang dibelajarkan dengan metode konvesional adalah 74,8. (2) Paidi (2007) terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan kerja ilmiah siswa (scientific skill) dari 12,5% menjadi 50%. (3) Hasil penelitian Nopri Jumarni1, Tri Jalmo, Berti Yolida (2013) rata-rata peningkatan keterampilan proses sains siswa sebesar 62,93%. Sebagian besar siswa (90,32%) memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Pre-Experimental. Bentuk penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest dengan rancangan pada Tabel 2. Tabel 2 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design Pretest Treatment Posttest O 1 X O 2 (Sugiyono, 2010). Keterangan: O 1 = Nilai pretest (sebelum diberi diklat) O 2 = Nilai posttest (setelah diberi diklat) X = Perlakuan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sanggau 2015/ 2016 yaitu XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA Negeri 1 3

Sanggau dengan nilai rata-rata ulangan berturut-turut adalah 68,03 dan 67,5. Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas XI IPA 1. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, sehingga diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dikarenakan berdasarkan nilai tertinggi, hasil wawancara dari guru mata pelajaran kimia dan juga karakteristik siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran berupa tes keterampilan kerja ilmiah, yang bertujuan untuk mengukur perbedaan keterampilan kerja ilmiah siswa sebelum dan sesudah diberikan model pembelajaran model inkuiri terbimbing, Tujuan dari pemberian pre-test adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Tujuan dari post-test adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal setelah diberi perlakuan. Soal pre-test dan post-test yang diberikan kepada kelas eksperimen bentuk tes esai. Pengolahan data pada penelitian ini diarahkan untuk mengetahui keterampilan kerja ilmiah setiap siswa dengan memberikan skor pada setiap indikator pre-test dan post-test keterampilan kerja ilmiah masing-masing siswa. Adapun kategori keterampilan kerja ilmiah siswa daapt dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kategori Keterampilan Kerja Ilmiah Persentase Skor Kategori 1% - 25% Tidak terampil 26% - 50% Kurang terampil 51% - 75% Terampil 76% - 100% Sangat terampil (Kubizayn dan Borich, 2003). Perbedaan keterampilan kerja ilmiah siswa sebelum dan sesudah diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing di uji dengan uji T sampel berpasangan (Paired Sample-Test). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil pretest keterampilan kerja ilmiah setiap indikator ditunjukkan pada Tabel 4. 4

Tabel 4 Hasil Pretest Keterampilan Kerja Ilmiah Setiap Indikator No Indikator Kategori (%) ST T KT TT 1 Merumuskan masalah 21,9 25,0 43,8 9,4 2 Menerapkan konsep 0,0 6,3 25,0 68,8 3 Merumuskan hipotesis 3,1 21,9 40,6 34,4 4 Merumuskan variabel 0,0 6,3 56,3 37,5 5 Merumuskan definisi operasional variabel 0,0 12,5 34,4 53,1 6 Mengkomunikasikan data 0,0 0,0 3,1 96,9 7 Menganalisis data 0,0 0,0 18,8 81,3 8 Membuat kesimpulan 0,0 12,5 43,8 43,8 Rata-rata 3,1 10,6 33,2 53,1 Keterangan: ST: Sangat Terampil; T: Terampil; KT: Kurang Terampil; TT: Tidak Terampil Berdasarkan Tabel 4 rata-rata persentase pada kategori tidak terampil dan kurang terampil lebih besar dibandingkan pada kategori terampil dan sangat terampil. Hal ini mengindikasikan bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa masih tergolong rendah sebelum diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil postest keterampilan kerja ilmiah setiap indikator ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil Postest Keterampilan Kerja Ilmiah Setiap Indikator No Indikator Kategori (%) ST T KT TT 1 Merumuskan masalah 96,9 3,1 0,0 0,0 2 Menerapkan konsep 0,0 9,4 18,8 71,9 3 Merumuskan hipotesis 0,0 84,4 3,1 12,5 4 Merumuskan variabel 46,9 46,9 3,1 3,1 5 Merumuskan definisi operasional variabel 37,5 56,3 6,3 0,0 6 Mengkomunikasikan data 56,3 43,8 0,0 0,0 7 Menganalisis data 34,4 53,1 12,5 0,0 8 Membuat kesimpulan 31,3 50,0 18,8 0,0 Rata-rata 37,9 43,4 7,9 10,9 Keterangan: ST: Sangat Terampil; T: Terampil; KT: Kurang Terampil; TT: Tidak Terampil Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil bahwa rata-rata persentase pada kategori tidak terampil dan kurang terampil lebih kecil dibandingkan pada 5

kategori terampil dan sangat terampil. Hal ini mengindikasikan bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan. Perbedaan keterampilan kerja ilmiah siswa sebelum dan sesudah dianalisis dengan menggunakan menggunakan uji T sampel berpasangan ( Paired Sample- Test). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai sig.0,000<0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan keterampilan kerja ilmiah siswa sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembahasan Perbedaan keterampilan kerja ilmiah ini dikarenakan menggunakan model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajarannya. Hasil keterampilan kerja ilmiah dalam penelitian ini dipaparkan dibawah ini. Pada indikator merumuskan masalah sebelum diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, 43,8% siswa masih kurang terampil dan 9, 4% siswa tidak terampil dalam merumuskan masalah. Hasil pretest menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum benar dalam dalam merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah siswa membuat dalam kalimat tanya tetapi tidak mempertanyakan hubungan antara hal-hal yang berpengaruh dan ada juga yang tidak sesuai dengan topik permasalahan, hal ini terjadi karena dalam pembelajaran kimia siswa jarang mendapatkan kegiatan merumuskan masalah dalam melakukan praktikum. Manfaat dari merumuskan masalah adalah siswa dapat menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan dua atau lebih variabel dan juga melatih cara berpikir siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan. Setelah diterapkan model inkuiri terbimbing, terjadi peningkatan keterampilan merumuskan masalah. Hasil posttest menunjukan bahwa tidak ada siswa dalam merumuskan masalah berada pada kategori kurang terampil dan tidak terampil. Persentase kategori keterampilan kerja ilmiah siswa berada pada kategori sangat terampil adalah sebesar 96,9%. Keterampilan siswa dalam merumuskan masalah mengalami peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa siswa telah mampu membuat rumusan masalah dalam kalimat tanya yang mengarahkan pada proses penyelidikan dan mempertanyakan dua variabel yang berhubungan sesuai dengan topik. Hal ini terjadi karena siswa sudah diajarkan cara merumuskan masalah pada fase merumuskan masalah dalam pertemuan pertama dan ketiga. Pada indikator menerapkan konsep sebelum diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, sebanyak 93,8% siswa belum dapat menerapkan konsep dengan benar. Kesulitan siswa dalam menerapkan konsep dikarenakan siswa sebelumnya belum pernah diajarkan keterampilan menerapkan konsep. Selain itu siswa juga belum mengerti apa itu menerapkan konsep dan bagaimana cara menerapkan konsep yang sesuai. Setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, keterampilan menerapkan konsep pada kategori terampil mengalami peningkatan hanya sebesar 3,1% Hal ini menunjukkan tidak terjadinya peningkatan keterampilan kerja 6

ilmiah. Tidak terjadinya perubahan dikarenakan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa bahwa pada indikator menerapkan konsep siswa mengalami kesulitan karena ketika proses pembelajaran pada tahap mengumpulkan informasi siswa boleh berdiskusi dan mencari informasi di dalam buku sedangkan pada saat postest tidak boleh. Meskipun dalam proses pembelajaran siswa diberikan cara menerapkan konsep yang sesuai yaitu dengan mengidentifikasi terlebih dahulu informasi yang diketahui secara jelas dan memiliki keterkaitan langsung dengan masalah yang hendak diselesaikan dan serta dapat dijadikan sebagai hipotesis. Namun, pada hasil postest sebagian besar siswa masih menulis kembali wacana pada uraian masalah dan tidak tidak membuat rumusan konsep yang sesuai dengan masalah yang dapat dijadikan hipotesis. Pada indikator merumuskan hipotesis, sebelum dilakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing sebanyak 75,0% siswa tidak dapat merumuskan hipotesis yang sesuai dengan masalah. Dalam proses pembelajaran, siswa dijelaskan tentang merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan suatu hal terhadap hal yang diamati. Hipotesis adalah rumusan dugaan jawaban terhadap masalah. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan. Setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, terjadi peningkatan keterampilan merumuskan hipotesis. Siswa menjadi terampil dalam merumuskan masalah sebesar 84,4%. Peningkatan ini membuktikan bahwa siswa telah mampu membuat dugaan sementara yang sesuai dengan masalah dan mengkaitkan dengan konsep dan teori yang dikumpulkan. Siswa sudah mengetahui bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan suatu hal terhadap hal yang diamati. Peningkatan ini terjadi karena siswa sudah diajarkan cara merumuskan hipotesis pada fase merumuskan hipotesis dalam pertemuan pertama. Pada indikator merumuskan variabel sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, 37,5% siswa berada pada kategori tidak terampil dan 56,3% pada kategori kurang terampil. Hal ini terjadi karena siswa belum pernah diajarkan keterampilan merumuskan variabel sebelumnya. Dalam proses pembelajaran, siswa mendapat penjelasan bahwa variabel adalah besaran yang dapat berubah-ubah dan terdiri dari variabel manipulasi, respon dan kontrol. Variabel manipulasi adalah variabel yang sengaja diubah. Variabel respon adalah variabel yang harganya berubah-ubah karena pemanipulasian variabel manipulasi sedangkan variabel kontrol adalah variabel yang dijaga agar tidak memberikan pengaruh. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing, terjadi peningkatan keterampilan merumuskan variabel percobaan. Hasil posttest menunjukan bahwa hampir seluruh siswa memperoleh kategori terampil dan sangat terampil, hanya 3,1% siswa yang berada pada kategori kurang terampil dan tidak terampil. Siswa telah mampu menentukan variabel kontrol, manipulasi, dan respon sesuai dengan masalah yang dibuat dengan benar karena sudah diajarkan pada pertemuan pertama fase mengumpulkan data. Pada indikator merumuskan definisi operasional variabel sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, 53,1% siswa berada pada kategori tidak terampil dan 34,4% pada 7

kategori kurang terampil. Hal ini terjadi karena siswa belum mengerti apa itu definisi operasional variabel dan bagaimana cara merumuskan definisi operasional variabel yang sesuai. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan bahwa definisi operasional variabel dapat dirumuskan ketika telah mengidentifikasi variabel manipulasi, respon dan kontrol. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing, terjadi peningkatan keterampilan merumuskan variabel percobaan. Hasil posttest menunjukan bahwa 56,3% siswa memperoleh kategori terampil dan 37,5% sangat terampil, hanya 6,3% siswa yang berada pada kategori kurang terampil. Siswa telah mampu merumuskan definisi operasional variabel kontrol, manipulasi, dan respon sesuai dengan masalah yang dibuat dengan benar karena pada pertemuan pertama fase mengumpulkan data siswa sudah dijelaskan cara mendefinisikan operasional variabel. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan kerja ilmiah siswa pada indikator merumuskan definisi operasional variabel. Pada indikator mengkomunikasikan data sebelum diberikan perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing, tidak ada siswa yang berada pada kategori terampil dan kurang terampil. Hal ini disebabkan karena siswa belum mengetahui variabel manipuasi, respon dan kontrol sehingga berdampak juga pada saat mengkomunikasikan data karena pada saat mengkomunikasikan data siswa harus mengetahui variabel manipulasi dan responnya. Selain itu, pada pretest, siswa tidak menghitung laju reaksi yang dihasilkan tetapi langsung memasukkan data yang ada bahkan ada yang tidak menjawab karena bingung dalam menentukan variabel-variabelnya. Setelah diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, tidak ada siswa yang berada pada kategori kurang terampil dan tidak terampil. Siswa sudah lebih paham cara mengkomunikasikan data dengan benar karena sudah diajarkan dalam pertemuan kedua dan ketiga pada hasil pengamatan dan fase menganalisis data sehingga terjadinya peningkatan keterampilan kerja ilmiah siswa pada indikator mengkomunikasikan data. Pada indikator menganalisis data sebelum diberikan perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing,siswa tidak dapat menganalisis data dengan benar. Hal ini terjadi karena dalam menentukan variabel dan mengkomunikasikan data kedalam tabel dan grafik belum benar. Setelah diterapkan model inkuiri terbimbing, 87,5% siswa sudah dapat menganalisis data dengan benar. Peningkatan pada indikator menganalisis data menunjukan bahwa siswa telah mampu menjelaskan makna yang sesuai dengan data dengan bahasa yang jelas. Hal ini terjadi karena siswa sudah diajarkan menganalisis data dalam pertemuan kedua dan ketiga pada fase menganalisis data. Pada indikator merumuskan kesimpulan sebelum diberikan perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing, 87,5% siswa belum dapat merumuskan kesimpulan dengan benar. Hal ini disebabkan dalam merumuskan informasi, menentukan variabel dan juga mengolah dan menganalisis data belum benar sehingga kesimpulan yang dibuat juga tidak sesuai. Dalam proses pembelajaran siswa dijelaskan bahwa membuat kesimpulan berarti membuat pernyataan yang merangkum yang telah dipelajari atau didapat berdasarkan informasi-informasi yang telah dikumpulkan. Setelah diterapkan model inkuiri terbimbing, 81,3% siswa sudah mampu merumuskan kesimpulan dengan benar. 8

Peningkatan yang terjadi pada indikator merumuskan kesimpulan menunjukkan bahwa siswa dapat merumuskan kesimpulan dengan menggunakan data yang tepat, informasi atau pengetahuan yang relevan dan dapat mengaitkan antara kesimpulan dengan data, informasi atau pengetahuan secara jelas. Hal ini dikarenakan siswa sudah mengetahui cara merumuskan kesimpulan dalam pertemuan kedua dan ketiga pada fase merumuskan kesimpulan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis data keterampilan kerja ilmiah siswa SMA Negeri 1 Sanggau pada materi indikator asam basa, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa pada kategori tidak terampil, kurang terampil, terampil dan sangat terampil sebelum diberikan pembelajaran model inkuiri terbimbing berturut-turut sebesar 9,4% ; 75, % ; 15.6% ; 0,0%. Keterampilan kerja ilmiah siswa pada kategori tidak terampil, kurang terampil, terampil dan sangat terampil sesudah diberikan pembelajaran model inkuiri terbimbing berturut-turut sebesar 0,0% ; 0,0% ; 40.6% ; 59.4%. Terdapat perbedaan keterampilan kerja ilmiah siswa sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing. Saran Adapun saran yang perlu disampaikan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebaiknya peneliti melakukan pengembangan perangkat penelitian berupa pedoman wawancara yang dapat menggali lebih dalam tentang keterampilan kerja ilmiah siswa sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana perkembangan keterampilan kerja ilmiah siswa setelah dilakukan penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2006. KTSP Mata Pelajaran Kimia SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Kubiszyn dan Borich, 2003. Educational Testing and Measurement. USA: Library of Congres Catalog. 9

Maguire, L. dan M. Lindsay. 2010. Exploring Osmosis and Diffusion in Cells: A Guided Inquiry Activity for Biology Classes. Developed through the Lesson-Study Process in Cells. (online). (http: //www.questia.com/library/journal/igi240864375/exploring-osmosisdiffusion-in-cells-a-guided-inquiry, diakses tanggal 10 september 2015). Mintania, Su aidy dan Dasna.2013.Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI IPA Semester 2 SMA Negeri 5 Malang pada Materi Pokok Koloid. (on line). (http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikela9eca56a5d6df4faef612d339875 AAD8.pdf, diakses tanggal 10 Desember 2015). National Research Council. 2000. Inquiry And The National Science Education Standards: A Guide for Teaching and Learning. New York: National Academic Press. Nopri Jumarni1,Tri Jalmo, Berti Yolida.2013.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. (online).(http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/jbt/article/viewfile/2721/ 1705, diakses tangga 12 September 2015). Paidi. 2007. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode Guided Inquiry pada Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Sleman. (online). http://staff.uny.ac.id/20paidi/uny.pdf diakses pada tanggal 1 Desember 2015. Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Standar Proses Untuk Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional. Rahmat Rasmawan dan Hairida. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah dan Berpikir Kritis Siswa di Kalimantan Barat. Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 10