BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan baik perusahaan milik pemerintah atau perusahaan swasta pada awal periode akan merumuskan rencana-rencana yang menjadi pedoman untuk ditaati. Biasanya, rencana-rencana ini dirumuskan juga dalam bentuk angka atau yang kita kenal sebagai anggaran. Tanpa adanya anggaran, perusahan tidak akan mampu memperkirakan berapa banyak pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Anggaran yang baik adalah anggaran yang mampu meramalkan masa depan. Anggaran adalah rencana yang ditulis berisi kegiatan dalam organisasi dimana dinyatakan dengan cara kuantitatif serta digunakan pada satuan uang dalam periode tertentu (Purmita dan Adi Erawati, 2014). Sedangkan menurut Harefa, 2008 dalam (Pello, 2014), anggaran merupakan alat manajemen yang digunakan untuk mengkomunikasikan semua rencana manajemen dalam suatu organisasi, mengalokasikan sumber daya serta mengoordinasikan aktivitas. Karena anggaran ini nantinya akan menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan, anggaran ini haruslah disusun dengan sebaik mungkin agar semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Anggaran memiliki beberapa fungsi utama, salah satunya adalah sebagai alat perencanaan dan sebagai alat pengendalian. Sebagai alat perencanaan, anggaran berfungsi untuk merencanakan dan 1
mengalokasikan dana yang nantinya akan menjadi sumber pembiayaan perusahaan. Sebagai alat pengendalian, anggaran berfungsi untuk memberikan rencana detail mengenai pendapatan dan pengeluaran agar nantinya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Pada awalnya, proses penyusunan anggaran hanya dilakukan oleh manajer tingkat atas. Para manajer tingkat bawah hanya bertugas menjalankan kewajibannya sesuai anggaran yang telah disusun oleh atasan mereka. Hal ini juga didukung dengan adanya teori keagenan (Agency theory). Seiring berjalannya waktu, para manajer tingkat bawah ini mulai diikutsertakan dalam merencanakan anggaran perusahaan. Dengan diikutsertakannya manajer tingkat bawah dalam penganggaran, diharapkan dapat meningkatkan kinerja mereka. Perkembangan yang terjadi ini bisa disebut penganggaran partisipatif. Penganggaran partisipatif merupakan proses yang menggambarkan setiap individu akan terlibat dalam proses penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran, serta adanya penghargaan atau pencapaian anggaran tersebut (Brownell, 1982) dalam (Pello, 2014). Partisipasi anggaran akhir-akhir ini dianggap sebagai cara terbaik untuk melakukan penyusunan anggaran. Para manajer tingkat bawah berlomba-lomba untuk melakukan budgetary slack agar mendapatkan kepercayaan yang lebih dari manajer tingkat atas. Dengan terlibatnya manajer tingkat bawah dalam penyusunan anggaran dapat menimbulkan masalah. Masalah yang ditimbulkan adalah munculnya kesenjangan anggaran atau budgetary slack. 2
Kesenjangan anggaran adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2005) dalam (Rahmiati, 2013). Manajer tingkat bawah cenderung meningkatkan biaya dan merendahkan pendapatan dalam proses penyusunan anggaran. Hal ini mengakibatkan target yang telah dirancang jadi mudah tercapai. Bawahan menciptakan kesenjangan anggaran atau budgetary slack karena dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan memudahkan pencapaian target anggaran, terutama jika penilaian prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian anggaran (Schiff dan Lewin, 1970) dalam (Putranto, 2012). Informasi asimetri adalah suatu kondisi apabila pemilik/atasan tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen/bawahan sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi bawahan terhadap hasil aktual perusahaan (Falikhatun, 2007). Manajer tingkat bawah cenderung akan memberikan informasi yang tidak sebenar-benarnya kepada manajer tingkat atas. Hal ini akan mengakibatkan manajer tingkat bawah mendapatkan keuntungan atas informasi yang telah dibiaskan. Ketika budgetary slack terjadi, ada kemungkinan hal ini juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Menurut saya, budaya organisasi adalah kebiasaankebiasaan yang terjadi dalam lingkungan organisasi. Kebiasaan-kebiasaaan buruk yang dilakukan oleh manajer tingkat atas akan diikuti oleh manajer tingkat bawah yang juga ikut dalam menyusun anggaran. Tidak menutup kemungkinan 3
kebiasaan-kebiasaan manajer tingkat atas yang melakukan budgetary slack akan ditiru oleh manajer tingkat bawah. Selain itu, komitmen organisasi juga mempengaruhi seseorang untuk melakukan budgetary slack. Jika para penyusun anggaran memiliki komitmen terhadap organisasi kemungkinan tidak akan melakukan budgetary slack. Begitupun sebaliknya, jika para penyusun anggaran tidak memiliki komitmen terhadap organisasi kemungkinan akan melakukan budgetary slack. Sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack. Tetapi penelitian mereka menghasilkan hasil yang berbeda-beda. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Supanto pada tahun 2010, didapatkan hasil pengaruh negatif dan signifikan partisipasi anggaran terhadap budgetary slack. Yang artinya, semakin tinggi partisipasi anggaran semakin menurunkan kesenjangan anggaran. Hal ini juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Apriyandi pada tahun 2011. Berbeda dengan Supanto dan Apriyandi, menurut hasil penelitian dari M. Faruq Dwi Jaya pada tahun 2013. Dalam penelitiannya ditemukan pengaruh positif dan signifikan partisipasi anggaran terhadap budgetary slack. Yang artinya, semakin tinggi partisipasi anggaran semakin tinggi pula kesenjangan anggaran yang ditimbulkan. Penelitian yang dilakukan oleh Triana, Yuliusman, dan Wirmie Eka Putra pada tahun 2012 juga menghasilkan hasil yang sama dengan yang dihasilkan oleh Faruq. 4
Penelitian terdahulu tentang informasi asimetri sebagai variabel moderasi yang dilakukan oleh Supanto pada tahun 2010 menyatakan bahwa informasi asimetri memoderasi hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Hasil dari penelitian Supanto juga didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi dan Yasa pada tahun 2014 dan Falikhatun pada tahun 2007. Dalam penelitiannya, menyatakan bahwa informasi asimetri mampu memoderasi hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmiati pada tahun 2013 menyatakan bahwa, informasi asimetri tidak memoderasi hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Penelitian terdahulu tentang budaya organisasi yang dilakukan oleh Supanto pada tahun 2010 menyatakan bahwa variabel budaya organisasi tidak memoderasi hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Yasa pada tahun 2014 berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supanto. Berdasarkan Hasil penelitian Dewi dan Yasa pada tahun 2014, budaya organisasi mampu memoderasi hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Penelitian terdahulu tentang komitmen organisasi yang dilakukan oleh Dewi dan Yasa pada tahun 2014 menyatakan bahwa komitmen organisasi mampu memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dan budgetary slack. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel-variabel yang akan diteliti. Penelitian ini merupakan perpaduan dari 5
penelitian yang dilakukan oleh Supanto dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Yasa. Sehingga penelitian ini lebih bersifat melengkapi penelitianpenelitian sebelumnya. Penelitian ini akan dilakukan ditempat yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Yaitu di satuan kerja perangkat daerah (SKPD) kota Bontang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap budgetary slack? 2. Apakah informasi asimetris, budaya organisasi, dan komitmen organisasi mampu memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, tujuan penelitian yang akan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack? 6
2. Untuk menganalisis kemampuan informasi asimetris, budayaa organisasi, dan komitmen organisasi sebagai pemoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack? 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman tentang budgetary slack. Hasil dari penelitian ini nantinya akan menambah bukti empiris tentang penelitian yang serupa. Penelitian ini diharapkan nantinya dijadikan referensi oleh peneliti selanjutnya. 2. Bagi praktisi, diharapkan para penyusun anggaran dapat mengetahui variabel-variabel mana yang akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan budgetary slack. Selain itu, diharapkan bagi mereka setelah mengetahui variabel-variabel yang akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan budgetary slack, agar mampu meminimalisirnya. 7