PENDIDIKAN LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAGAIMANA MENGAJARKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP?

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Handoyo, Mustika K S, Jatiningsih, Wasis, & Soeryanto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah pada proses pembelajaran

MODEL KURIKULUM MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bertahan hidup dan mampu menghadapi perkembangan

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Information and Communication Tecknology (ICT) dalam bidang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan kesiapan semua pihak untuk mengembangkan kemampuan

II. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BIOLOGI. A. Identitas Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills),

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

Eksperimen: uji hipotesis Eksperimen merupakan fondasi dari metode ilmiah, suatu metode sistematik yang mengeksplorasi lingkungan sekitar

I. PENDAHULUAN. Kemampuan memecahkan masalah merupakan satu aspek yang sangat. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

DESAIN KURIKULUM. Farida Nurhasanah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Hasil Belajar Hasil Belajar IPS

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN. 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sains Biologi di SMP

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LO = CP, CAPAIAN PEMBELAJARAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BIOLOGI BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN SIKAP RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senna Ferisra, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

PENILAIAN OTENTIK ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No.81a Tahun 2013 Lampiran IV tentang Pedoman

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

PERANAN PRAKTIKUM DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KERJA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghita Fasya Azuar, 2015

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Metode konvensional (ceramah) kurang mengena untuk diterapkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mei Indah Sari, 2013

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF SSCS

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan yang baik dicerminkan oleh lulusan yang memiliki

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

Transkripsi:

PENDIDIKAN LINGKUNGAN Oleh: YUSUF HILMI ADISENDJAJA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FPMIPA-UPI SEJARAH CONSERVATION MOVEMENT: Preservation Management Environmental quality start at 1960s 1891 Wilbur Jackman, Nature study 1908 The American Nature Study Society, bertujuan: 1. Mengembangkan pemahaman tentang alam melalui pengalaman langsung di alam 2. Mendukung konservasi dan mendorong digunakan dalam pendidikan alam. 3. Meningkatkan kualitas alam dengan penerjemahan di sekolah, taman, bahan bacaan dan organisasi yang berkaitan dengan alam 1920 Outdoor education movement Alam merupakan laboratorium yang membantu mencapai tujuan pendidikan dengan memberi pengalaman langsung di alam Siswa dapat belajar lebih banyak dan lebih baik di alam melalui pengalaman langsung Filosofi pendidikan di luar kelas melalui berbagai organisasi: membantu generasi muda mengembangkan pemahaman tentang diri dan lingkungan memperkaya, memvitalisasi, dan memberi masukan terhadap kurikulum melalui first-hand observation dan direct learning experiences 1

Conservation education Membantu generasi muda dan semua orang dewasa memahami karakteristika, sebaran, status, penggunaan, masalah-masalah, dan kebijakan yang berkaitan dengan sumber daya alam (SDA) Menyadarkan masyarakat Amerika terhadap penurunan kualitas atau degradasi SDA Mendukung pengelolaan SDA ENVIRONMENTAL EDUCATION: is aimed producing a citizenry that is knowledgeable concerning the total environment and its associated problems, aware and skilled in how to become involved in helping to solve these problems and motivated toward their solution. (Stapp, et al., 1971) ENVIRONMENTAL CRISIS Menyadari adanya masalah Analisis masalah untuk mengidentifikasi root-causes. Pemecahan masalah yang berasal dari pemahaman rootcauses- mengembangkan strategi untuk mengoreksi masalah yang ada dan mencegah terjadi lagi pada masa datang TUJUAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN Keterampilan yang harus dimiliki untuk memecahkan masalah: a. Penggunaan informasi ekstrapersepsinya (extraperceptual information) b. Kesadaran penginderaan (sensory awareness) c. Hubungan diri sendiri dengan masyarakat d. Berpikir ekologis e. Pengembangan dan klarifikasi nilai 2

Root-causes of the crisis is life-style Sekolah perlu mengembangkan: Keyakinan, Sikap dan Nilai-nilai Kendala pelaksanaan Pendidikan Lingkungan: 1. Pendidikan lingkungan bersifat interdisipliner dengan pendekatan problem-solving. Materi pelajaran lebih terorganisir dalam mata pelajaran dan kurang menekankan pemecahan masalah. 2. Kurikulum sarat materi 3. Nilai-nilai khususnya norma masyarakat telah dikendalikan di sekolah sedangkan EE tak terhindarkan dari pertanyaan-pertanyaan tentang nilainilai, sehingga EE perlu klarifikasi nilai. 4. Guru yang belum siap 5. Dukungan administrator, masyarakat, guru, siswa, orangtua, kelompok remaja, lembaga keagamaan, transport, materi, fasilitas, dsb. STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN EVALUASI 1. Membentuk dan memapankan komite untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program pendidikan lingkungan dan memfasilitasi komunikasi. 2. Menyusun maksud/tujuan umum pendidikan lingkungan sesuai dengan program pendidikan lingkungan yang akan dirancang. 3. Menyusun tujuan khusus pendidikan lingkungan sesuai dengan program yang akan dicapai. 4. Mereview literature berkaitan dengan teori-teori belajar, pengajaran, dan sikap serta perubahan perilaku yang berfungsi sebagai prinsip-prinsip pemandu dalam formulasi, implementasi, dan evaluasi program pendidikan lingkungan. 3

5. Menyusun tujuan umum program untuk membantu mencapai maksud dan tujuan pendidikan lingkungan yang sudah dinyatakan 6. Menyusun kurikulum (model pengajaran) program pendidikan lingkungan, yang terdiri atas: a. Bagian pertama: filosofi dan konsep-konsep (gagasan utama) b. Bagian kedua: Proses-proses yang mendasari program c. Bagian ketiga: Penekanan program pada tingkat usia yang berbeda d. Bagian keempat: Model belajar-mengajar e. Bagian kelima: Panduan kepekaan untuk siswa memasuki komunitas untuk bekerja dalam masalah lingkungan sekitar (local) 7. Memapankan program pendidikan in-service bagi guru secara komprehensif. 8. Mengembangkan lingkungan penguatan 9. Menyusun strategi untuk menangani kesenjangan program 10. Mengembangkan instrumen untuk evalusi keefektifan program pendidikan lingkungan Fase 1. Tugas komite pendidikan lingkungan adalah: 1. Membantu pengembangan filosofi dan struktur program 2. Mengidentifikasi perubahan yang diperlukan untuk secara penuh implementasi program. 3. Mengidentifikasi kekuatan sistem di sekolah dan di masyarakat. 4. Mengembangkan strategi untuk implementasi program 5. Mengimplementasikan program 6. Mengadministrasikan program 7. Memelihari komunikasi yang efektif di dalam sistem sekolah dan diantara sistem sekolah dan masyarakat. 8. Mengevaluasi keefektifan program dalam pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus. Fase 2: Menyusun maksud/tujuan umum pendidikan lingkungan sesuai dengan program pendidikan lingkungan yang akan dirancang Tujuan umum program pendidikan lingkungan adalah mengembangkan setiap individu dalam hal: 4

1. Kesadaran, pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalahnya yang berkaitan. 2. Pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan komitmen untuk bekerja dalam pemecahan masalah-masalah yang ada dan diproyeksikan. Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan struktur dan proses yang dapat membantu individu dan kelompok: 1. Mendapatkan pemahaman bahwa manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem lingkungan dan apapun yang mereka lakukan terhadap perubahan lingkungan. 2. Mendapatkan pengetahuan dasar untuk dapat memecahkan masalah lingkungan, dan mempertimbangkan tanggung jawab individu-individu dan bagian dari masyarakat untuk bekerjasama dalam pemecahan masalah. 3. Mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak untuk mencegah dan memperbaiki penyalahgunaan lingkungan. Fase tiga: Menyusun tujuan khusus pendidikan lingkungan sesuai dengan program yang akan dicapai 1. Afektif 2. Kognitif- 3. Keterampilan berperilaku Fase 4: Mereview literature berkaitan dengan teori-teori belajar, pengajaran, dan sikap serta perubahan perilaku yang berfungsi sebagai prinsip-prinsip pemandu dalam formulasi, implementasi, dan evaluasi program pendidikan lingkungan. Hasil review kepustakaan untuk dipertimbangkan dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program pendidikan lingkungan. 1. Perilaku yang positif dan kuat harus diperkuat oleh keadaan di rumah, sekolah, lembaga keagamaan, organisasi generasi muda, dsb. 2. Usaha yang paling efektif adalah manakala siswa dihadapkan pada tugas yang ada dalam rentang kemampuannya, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. 5

3. Siswa kemungkinan akan melibatkan diri secara aktif kedalam suatu kegiatan manakala keberadaan mereka memiliki peran bermakna dalam pemilihan dan perencanaan setiap kegiatan. 4. Reaksi dari guru yang berlebihan kemungkinan akan menjadi bertentangan, bertahan atau melarikan diri. 5. Hal yang telah dipelajari kemungkinan besar dapat digunakan jika segera diperoleh sebelum waktunya diperlukan. 6. Proses belajar harus melibatkan metode inkuiri yang dinamis. 7. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa. Hal yang dipelajari harus sesuai dengan yang dia lakukan, bukan sesuai dengan yang dilakukan guru. Hal yang paling penting adalah memberi pengalaman bukan memberi sesuatu yang akan diabaikan siswa. 8. Salah satu kunci motivasi adalah ketakjuban atas suatu penemuan bukan terhadap sesuatu yang secara umum ditampilkan guru dan mengatur siswa agar membuktikannya. 9. Membantu setiap siswa mendapatkan hanya pengetahuan teknis tanpa memperdulikan masalah lingkungan tidak akan meningkatkan kepedulian mereka terhadap masalah lingkungan. 10. Setiap orang kemungkinan akan terlibat di dalam masalah lingkungan secara personal jika kehadirannya memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan. Fase 5: Menyusun tujuan umum program untuk membantu mencapai maksud dan tujuan pendidikan lingkungan yang sudah dinyatakan. Tujuan umum program merupakan cara-cara untuk membantu mendapatkan tujuan khusus pendidikan lingkungan seperti berikut: 1. Rentang kurikulum mulai dari TK sampai kelas 12 harus menampilkan pengalaman-pengalaman pada setiap tingkatan, sehingga memiliki efek kumulatif terhadap program. 2. Hubungkan setiap subjek dengan hubungan yang erat dengan lingkungan terutama sains dan IPS sehingga pengetahuan tentang sains dan ilmu sosial dapat digunakan dalam memahami dan memecahkan masalah lingkungan. 3. Integrasikan dan hubungkan program dengan kurikulum yang ada melalui cara-cara yang dapat memperkuat tujuan instruksional. 4. Usahakan untuk meningkatkan minat, ketertarikan siswa, kesadaran, dan kepekaan terhadap lingkungan. 5. Berpusat pada partisipasi-siswa harus memiliki peran aktif dalam proses belajar dan harus mengembangkan sikap melalui 6

pengalaman dan berpikir secara personal bukan hanya melalui presentasi kesimpulan-kesimpulan. 6. Fokuskan pada lingkungan sekitar tetapi tidak menolak masalah lingkungan daerah, nasional, bahkan internasional. 7. Fokuskan pada issu yang ada sekarang dengan pendekatan yang berorientasi proses. 8. Tekankan pada pembentukan sikap, klarifikasi nilai, dan keterampilan berperilaku (berpikir kritis, problem-solving, strategi perubahan sosial, dsb.). 9. Fokuskan pada manusia untuk kehidupan masa depan dengan orientasi global (filosofi keruangan planet bumi). 10. Sediakan pendidikan in-service yang komprehensif bagi guru sepanjang tahun, sehinggadapat mengarahkan dan membantu guru untuk meningkatkan pemahaman, interes, kesadaran, dan keterampilan mengajar dalam masalah-masalah lingkungan, dan libatkan guru dalam pengembangan kurikulum. Fase 6: Menyusun kurikulum (model pengajaran) program pendidikan lingkungan a. Filosofi dan konsep. Program pendidikan lingkungan harus membantu siswa memahami filosofi dasar tentang keruangan planet bumi. Filosofi ini merupakan kerangka dasar program karena konsep-konsepnya mendasar dan esensial untuk pendidikan lingkungan. konsep-konsep di bawah ini: 1). Sistem tertutup 2). Biosfir. 3). Populasi manusia 4). Ekonomi dan Teknologi 5). Keputusan lingkungan 6). Etika Lingkungan b. Proses yang mendasar untuk program. yaitu pemecahan masalah (problem solving) dan penilaian (valuing). Keduanya saling berhubungan dalam pengembangan keterampilan: perumusan masalah; mengumpulkan, mengorganisasikan dan menganalisis data, menurunkan alternatif pemecahan, mengevaluasi dan memilih alternatif pemecahan; pengembangan, implementasi dan evaluasi rencana tindakan.. Kedua proses ini juga membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, merencanakan perubahan sosial, dan komunikasi interpersonal. 7

Aplikasi dasar dari model berorientasi tindakan adalah pemecahan masalah dalam komunitas. Tahapannya adalah: 1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah lingkungan. 2. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data yang berhubungan dengan masalah. 3. Menurunkan dan mengevaluasi alternatif pemecahan masalah. 4. Mengevaluasi alternatif dan pemilihan pemecahan yang terbaik. 5. Mengembangkan suatu rencana tindakan. 6. Mengimplementasikan rencana tindakan. 7. Mengevaluasi proses implementasi Proses klarifikasi nilai yang diperkenalkan oleh Raths, et al. (1966) meliputi tiga aspek tindakan yaitu pemilihan, pemberian hadiah dan tindakan. Tahapan proses klarifikasi nilai adalah: 1. Siswa dihadapkan dengan masalah. 2. Siswa menduga alternatif pemecahan. 3. Siswa mempertimbangkan konsekuensi dari setiap alternatif. 4. Siswa mengekspresikan perasaannya terhadap setiap alternatif. 5. Siswa membuat satu pilihan. c. Penekanan program pada setiap tingkatan. P 12 E k Pengetahuan Ketr. Problem Filosofi N e faktual Solving Keruangan E l Bumi K a A s kepekaan N lingkungan A N Area penekanan Gambar 1. Penekanan program Pendidikan Lingkungan 8

d. Model pembelajaran. Lingkungan Materi (Content) G S Gambar 2. Model guru sebagai penyampai informasi Lingkungan =materi G S Gambar 3. Interaksi Guru-Siswa e. Panduan kepekaan siswa untuk bekerja pada masalah lingkungan local. 1). Evaluasi diri dan sumber; 2). Kepekaan menuju masyarakat. 3). Identifikasi proyek masyarakat 4). Pemilihan proyek kegiatan masyarakat. 5). Implikasi proyek kegiatan masyarakat Fase 7. Memapankan program pendidikan in-service bagi guru secara komprehensif Fase 8: Mengembangkan lingkungan penguatan Fase9: Menyusun strategi untuk menangani kesenjangan program Analisis lapangan 9

Asesmen terhadap kekuatan atau daya dorong dan kelemahan masalah khusus. Mengidentifikasi tindakan dan strategi yang mungkin untuk membantu mencapai tujuan Fase 10: Mengembangkan instrumen untuk evalusi keefektifan program pendidikan lingkungan Instrumen penilaian: dalam hal orientasi masyarakat, ranah kognitif, ranah afektif, keterampilan berperilaku, persepsi terhadap lingkungan, nilai-nilai dan perilaku eksplorasi, konsep diri, interaksi siswa-guru, motivasi, dan pemahaman konsep. Individu-individu dan komite yang tertarik dalam evaluasi program pendidikan lingkungan harus familier, akrab dengan instrumen evaluasi (misal, Edwards, 1950, Oppenheim, 1966, Stapp et al., 1972 dsb). 10