BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran, tetapi guru harus mampu membelajarkan anak. 1 Hal ini memaksa seorang

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah melibatkan interaksi atau hubungan timbal

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka mampu berpikir luas untuk mendapatkan apa yang setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha manusia untuk men bumbuhkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

... BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendididkan adalah hal yang memang seharusnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU Dahyana SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

PENGARUH METODE EKSPERIMEN DAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

Miftakhul Jannah. Guru IPA SMP Negeri 2 Pringapus Desa Jatirunggo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH MODEL COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAU ABSTRAK

Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: ERWIN SETYANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam proses pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu. Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang pengukuran, sebab segala sesuatu yang diketahui tentang dunia fisika dan tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilakunya telah dipelajari melalui pengamatanpengamatan terhadap gejala alam. 1 Sehingga dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan keadaan. Pelajaran fisika di sekolah yang berisi konsep-konsep, fakta dan hukumhukum menuntut siswa mempunyai kemampuan berfikir agar dapat memahami konsep, fakta dan hukum-hukum tersebut serta dapat menerapkan konsep itu untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa memahami kejadian di alam sekitar secara ilmiah, sehingga siswa sangat membutuhkan pemahaman konsep yang berhubungan dengan aktivitas dikehidupan nyata. Salah satu faktor terpenting untuk menghasilkan prestasi siswa yang tinggi yaitu keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran seperti bertanya, mengamati, 1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 143. 1

2 mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkrit sebagai hasil pelajaran. Secara umum menunjukkan, bahwa hasil pembelajaran fisika yang dilakukan masih kurang sesuai dengan yang diharapkan. Siswa cenderung diam dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru ketika guru menjelaskan konsep fisika, sehingga sebagian siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika seperti yang dijelaskan oleh guru. Hal ini karena, tidak semua siswa aktif dalam pembelajaran seperti bertanya dan berdiskusi. Keterlibatan siswa masih kurang dan hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu. Hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di MAN Model Palangka Raya, pembelajaran fisika di MAN Model khususnya untuk kelas X menggunakan kurikulum 2013. Model atau metode yang diterapkan oleh guru pada kelas X sudah menggunakan pendekatan scientific, namun kegiatan eksperimen masih belum sering dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga penggunaan alat-alat laboratorium masih belum optimal. MAN Model mempunyai sarana dan prasarana yang tersedia sudah dapat menunjang proses pembelajaran seperti alatalat laboratorium yang cukup lengkap untuk kegiatan eksperimen. 2 Kurikulum 2013 menuntut siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran, model-model pembelajaran yang dikembangkan guru harus sesuai dengan karakterisrik materi dan siswa. Kesungguhan guru sangat dibutuhkan dalam membimbing siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, baik keaktifan dalam berdiskusi maupun tanya jawab dengan sesama siswa maupun dengan guru 2015 2 Wawancara dengan guru bidang studi Fisika MAN Model Palangka Raya, 09 Maret

3 khususnya dalam pembelajaran fisika pokok bahasan gerak lurus. Rendahnya pencapaian dalam belajar tidak hanya di pengaruhi oleh faktor siswa saja, namun juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainya seperti fasilitas, guru, lingkungan sekitar maupun metode pembelajaran yang diterapkan. Penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Alternatif metode pembelajaran agar siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung adalah dengan menerapkan metode modeling the way dan metode eksperimen. Diharapkan dengan menggunakan metode ini, keaktifan siswa meningkat. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik terutama dalam pelajaran fisika yang banyak mempunyai konsep-konsep dan persamaan-persamaan, sehingga siswa tidak menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit. Melalui pemilihan metode pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran yang disajikan. 3 Penelitian yang dilakukan oleh Shofiatin dengan memberikan perlakuan dikelas yaitu dengan melakukan pembelajaran konvensional dan metode modeling the way diperoleh peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa. Penelitian yang dilakukan Harlena menyimpulkan bahwa penerapan Metode Eksperimen pada 3 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta, 2010, h. 140-143.

4 pelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat. 4 Penelitian yang dilakukan oleh Eka Larasati menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan berkomunikasi sains siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah. 5 Penelitian dengan metode eksperimen dan materi gerak lurus ini akan dilakukan kembali pada sekolah yang sama karena ingin menindaklanjuti dari penelitian sebelumnya, akan tetapi yang diteliti berbeda dari sebelumnya yaitu hasil belajar dan keaktifan siswa. Harapannya agar siswa lebih bisa aktif, kreatif, inovatif dan melakukan sendiri apa yang dipelajari. Metode modeling adalah metode yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan perilaku orang lain. Melalui pengamatan guru (model) yang melakukan kegiatan semisal demonstrasi atau eksperimen, maka siswa dapat meniru perilaku (langkah-langkah) yang dimodelkan. 6 Penelitian ini juga menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran. Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa melakukan percobaan dan mengalami sendiri untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. 7 4 Putri Harlena, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Tanjung Kemuning Kab. Kaur, Skripsi, FKIP, Sukrakarta: UNS, t.d. 5 Eka Larasati, Keterampilan Berkomunikasi Sains Siswa Melalui Metode Eksperimen Pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus Kelas X MAN Model Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2014, t.d. 6 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 54. 7 Syaiful Syagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2003, h. 220.

5 Metode modeling the way dan metode eksperimen bisa dijadikan sebagai alternatif belajar fisika yang menuntut siswa dalam memahami beberapa konsep yang ada di fisika. Guru yang menerapkan pembelajaran menggunakan metode modeling the way dan metode eksperimen pada materi gerak lurus, maka siswa akan diberi kesempatan melakukan pengamatan langsung atau melakukan eksperimen serta menunjukkan keterampilannya dalam upaya memahami konsepkonsep fisika. Selain itu diharapkan dapat menarik minat belajar siswa dan merangsang siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul Penerapan Metode Modeling The Way dan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa pada Materi Pokok Gerak Lurus di Kelas X Semester I MAN Model Palangka Raya Tahun 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus? 2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara keaktifan siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus?

6 3. Bagaimanakah peningkatan keaktifan siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus? C. Batasan Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan untuk kelas eksperimen adalah metode eksperimen dan metode pembelajaran yang digunakan untuk kelas kontrol adalah metode modeling the way. 2. Hasil belajar siswa diukur dari ranah kognitif dengan menggunakan tes berdasarkan tingkatan Taksonomi Bloom. 3. Keaktifan belajar siswa yang diukur hanya pada dimensi psikomotor (keterampilan) dan afektif (sikap) dengan menggunakan lembar pengamatan. Dimensi psikomotor meliputi menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat, menggunakan alat, misalnya menggukur panjang lintasan serta menggunakan stopwatch. Sedangkan dimensi afektif meliputi bertanya, menjawab, kerjasama, mengemukakan pendapat, serta menyampaikan hasil eksperimen atau demonstrasi secara jelas. D. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian ini yaitu: 1. Ha = Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan siswa yang diajar

7 menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus. H 0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus. 2. Ha = Ada perbedaan yang signifikan antara keaktifan siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus. H 0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara keaktifan siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

8 1. Ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dengan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus. 2. Ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara keaktifan siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dengan siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus. 3. Mengetahui peningkatan keaktifan siswa yang diajar menggunakan metode modeling the way dan metode eksperimen pada siswa kelas X semester 1 MAN Model Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 pokok bahasan gerak lurus. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menambah informasi bagi guru bidang studi fisika dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar fisika dengan memilih dan menerapkan metode modeling the way dan metode eksperimen yang tepat dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi peneliti selanjutnya sebagai sarana informasi untuk menggali masalah-masalah yang lain yang belum terpecahkan melalui penelitian. 3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.

9 G. Definisi Konsep Definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Modeling Modeling adalah pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modeling berarti mendemonstrasikan suatu prosedur kepada siswa. 8 2. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu. 9 3. Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis, penuh aktivitas, sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. 10 4. Hasil Belajar Hasil belajar Dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar. Jadi hasil itu adalah besarnya skor tes yang dicapai siswa setelah mendapat perlakuan selama proses belajar mengajar berlangsung. Belajar 8 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, h. 47. 9 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, Jakarta: Kencana. 2013, h. 87. 10 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta. 2010, h. 59.

10 menghasilkan suatu perubahan pada siswa, perubahan yang terjadi akibat proses belajar yang berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap. 11 5. Gerak lurus adalah gerak yang memiliki lintasan berbentuk garis lurus (tidak berbelok-belok). 12 Gerak lurus dibagi menjadi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). H. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu: BAB I: Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, definisi konsep, sistematika penulisan. BAB II: Kajian Pustaka terdiri dari penelitian yang relevan, pengertian belajar, pengertian model pembelajaran, metode moeling the way dan eksperimen, pembahasan tentang materi gerak lurus, kerangka berpikir. BAB III: Metode Penelitian terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik keabsahan data. BAB IV: Hasil Penelitian terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan dari datadata penelitian yang diperoleh. 11 Winkel, W. S, Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia, 1996, h. 50. 12 Marthen Kanginan, Fisika SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 53.

11 BAB V: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang hasil penelitian dan saran berisi tentang pelaksanaan penelitian selanjutnya.