PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga bola basket ialah olahraga yang memiliki cukup banyak peminat di dunia termasuk di Indonesia. Berdasarkan perhitungan PT DBL Indonesia selaku penyelenggara National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.pada zaman sekarang basket tetap menjadi olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari minat para siswa Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas untuk mengikuti ekstrakulikuler basket di sekolahnya. Disamping itu orang dewasa juga semakin banyak membentuk klub-klub amatir. Hal tersebut menyebabkan kompetisi di kalangan pelajar, mahasiswa, klub amatir hingga klub profesional sedikit demi sedikit mulai bermunculan. Kompetisi yang diikuti oleh para pelajar, mahasiswa, tim dan klub-klub tersebut antara lain POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah), POPNAS (Pekan Olahraga Pelajar Nasional), POMDA (Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah), LIMA (Liga Mahasiswa), AUG (ASEAN University Games), NBL (National Basketball League) dan WNBL (Women National Basketball League), dan SEA GAMES (South East Asean Games) (http://nblindonesia.com). Bola basket sebagai jenis olahraga permainan dan kompetisi pasti menghasilkan kemanangan untuk salah satu pihak. Akan tetapi tidak mudah untuk memperoleh sebuah kemenangan karena selain memiliki teknik bermain yang baik diperlukan juga mental yang baik (Winahyu, 2016). Pada beberapa gelaran SEA GAMES terakhir ditemukan fakta bahwa Indonesia tidak bisa menjadi juara untuk cabang olahraga bola basket. Indonesia selalu kalah oleh Filipina di partai semi final atau final. Padahal para pemain Filipina yang berlaga di SEA GAMES masih mahasiswa sedangkan pemain Indonesia ialah pemain profesional. Pada SEA GAMES 2015, Indonesia yang diperkuat para pemain profesional seperti Ronaldo Sitepu,
Sandy Febriansyah, Mario Wuysang dan lain-lain masih kalah dari Filipina dengan skor 64-72. Filipina bisa menjadi juara melawan pemain profesional meskipun hanya menggunakan pemain mahasiswa dikarenakan pembinaan yang baik yang dilakukan di Filipina. Pembinaan tersebut dilakukan mulai dari usia dini dengan perhatian yang baik dari pemerintah (http://sport.sindonews.com/read/1012949/51/basket-putra-indonesia-dipaksa-pungut-perak). Apabila dibandingkan dengan Filipina dan negara-negara lain yang unggul dalam olahraga basket maupun olahraga lainnya, pembinaan usia muda menjadi salah satu hal yang vital. Pembinaan usia muda di Indonesia dirasa masih minim. Di cabang olahraga basket misalnya, persebaran klub pembina usia muda di Indonesia yang profesional dan masih belum merata. Kalau di Jakarta dan Surabaya memiliki Indonesia Muda dan Detection Basketball League (DBL) Academy serta beberapa klub lainnya, lain halnya dengan Semarang dan Yogyakarta yang memiliki klub pembina usia tidak sebanyak dan tidak sebagus di dua kota besar tersebut. (http://nblindonesia.com) Menurut Cook & Woollacott (1995), dalam olahraga basket dan olahraga lainnya, selain pembinaan fisik, pembinaan mental juga menjadi hal krusial. Latihan mental pada atlet sebaiknya juga dilakukan sejak usia dini. Pelatih juga secara rutin harus memantau perkembangan mental atlet karena peran pemantauan mental juga penting bagi pelatih. Martens (2004) menyatakan bahwa atlet yang berhasil tidak hanya kuat fisik dan tekniknya saja, tetapi harus memiliki mental yang kuat juga. Apabila atlet memiliki mental yang kuat atlet akan mudah berkonsentrasi, percaya diri dan memiliki motivasi lebih. Terlebih lagi atlet akan lebih mudah menghilangkan kecemasan yang dialami sebelum pertandingan. Menurut Lazarus (1991) kecemasan ialah suatu wujud emosi negatif yang muncul sebagai ketidakpastian terhadap situasi yang akan terjadi. Kecemasan akan mengalami peningkatan apabila keadaan fisiologis seorang individu terganggu atau mendapatkan bahaya atau mengalami suatu ancaman terhadap suatu peristiwa tertentu. Jika ancaman tersebut
dianggap sebagai sesuatu yang tidak aman bagi seorang individu maka kecemasan akan menjadi sebuah hal yang menakutkan. Berdasarkan diskusi yang dilakukan peneliti dengan seorang pemain basket putri Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada berinisial AE menjelaskan bahwa kecemasan sebelum pertandingan hampir selalu menghinggapinya. Kecemasan paling tinggi terjadi ketika partai-partai krusial seperti semi final atau final. Di partai-partai tersebut biasanya para pemain akan mengalami kecemasan sehingga tidak bisa menampilkan performa secara maksimal. Kemudian diskusi peneliti dengan atlet basket putra Universitas Gadjah Mada, RA juga mengemukakan bahwa kecemasan sebelum bertanding akan dialaminya. Apabila kecemasan ini tidak dapat diatasi maka akan berpengaruh terhadap penampilannya di lapangan. Kecemasan sebelum bertanding setiap pemain akan dapat diatasi salah satunya dengan banyaknya pengalaman bertanding. Namun tidak jarang juga pemain dengan banyak pengalaman bertanding tetap mengalami kecemasan sebelum bertanding, terutama di pertandingan-pertandingan penting. Menurut RA orang yang memiliki peran penting sebelum dia bertanding yaitu pelatih karena bisa memberikan dukungan ataupun penguatan positif. Sebuah klub pasti memiliki seorang pelatih yang mengelola tim. Selama ini, keberadaan pelatih masih belum bisa bekerja secara fungsional. Pelatih yang ada di sekolahsekolah dalam hal ini guru olahraga hanya menjalankan kurikulum pendidikan jasmani di sekolah sedangkan pelatih yang berasal dari beberapa cabang olahraga kebanyakan hanya berasal dari pengalaman mereka selama menjadi atlet. Para pelatih-pelatih muda diharapkan bisa diberikan pendidikan formal kepelatihan sehingga kualitas pra pelatih Indonesia meningkat sehingga pada akhirnya pembinaan usia muda bisa lebih baik. (Buckham, 2013). Pada sebuah artikel, pelatih Timnas Basket Indonesia, Fictor Gideon Roring mengungkapkan bahwa faktor mental masih menjadi kendala para atlet Indonesia yang berlaga di kejuaraan internasional. Pada laga final kompetisi SEABA (South East Asean Basketball
Association) 2011, Fictor Roring menjelaskan bahwa sebelum pertandingan menghadapi Filipina, secara mental para pemain Indonesia sudah kalah sebelum bertanding. Pemain mengalami kecemasan dan sulit berkonsentrasi sebelum pertandingan (m.news.viva.co.id/news/read/ 229382-mental-masalah-utama-tim-basket-indonesia). Salah satu faktor yang paling mempengaruhi dalam olahraga pada anak-anak ataupun dewasa adalah pelatih (Jarvis 2005). Terry (dalam Jarvis 2005) menekankan bahwa dalam pelatihan lebih diutamakan hubungan personal daripada pelatihan. Berdasarkan perspektif social learning, pelatih harus bisa memberikan teladan kepada pemainnya dan bisa memberikan penguatan positif untuk perilaku terpuji pemainnya dan penguatan negatif untuk perilaku pemainnya yang kurang terpuji (Jarvis, 2005). Fungsi dan peran pelatih dalam dunia olahraga sangat erat hubungannya dengan capaian prestasi atlet. Fungsi pelatih ada dua yaitu sebagai pelengkap atau pendukung dalam tim sebagai sumber kompetensi dan seseorang yang mentransfer kompetensi tersebut kepada atlet. Kemudian pelatih juga memiliki fungsi untuk mengorganisir dinamika mental atlet terutama dalam situasi perlombaan atau kompetisi. Sebagai contoh ketika situasi sebelum pertandingan, para atlet pada umumnya mengalami kecemasan. Disamping memikirkan strategi yang akan digunakan, dalam kondisi tersebut pelatih berfungsi untuk mengurangi ataupun menghilangkan kecemasan yang dialami para pemain (Buckham, 2013). Berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan seorang pelatih basket, WA mengatakan bahwa kecemasan sebelum bertanding dialami oleh semua anak asuhnya. Akan tetapi dia sadar bahwa sudah menjadi tugasnya untuk mendukung anak asuhnya supaya kecemasan tersebut hilang dari benak anak asuhnya. Dia mengatakan bahwa apabila kecemasan tersebut tidak hilang maka akan mengganggu performa pemainnya di lapangan sehingga dukungan yang dia berikan agar kecemasan itu hilang dirasa sangat penting.
Berdasarkan fenomena yang ditemukan tersebut dapat dirumuskan pertanyaan dalam penelitian ini yaitu, Apakah terdapat hubungan antara dukungan pelatih dengan kecemasan sebelum bertanding pada atlet bola basket?. Supaya pertanyaan tersebut dapat terjawab, maka dilakukanlah penelitian dengan judul Hubungan antara Dukungan Pelatih dengan Kecemasan Sebelum Bertanding pada Atlet Bola Basket. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan sosial pelatih dengan kecemasan sebelum bertanding atlet bola basket mahasiswa Universitas Gadjah Mada. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan bisa memberikan sumbangan yang berarti untuk perkembangan Psikologi Olahraga, Psikologi Klinis, Psikologi Sosial dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan penelitian di masa yang akan datang 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang hubungan dukungan pelatih dengan kecemasan sebelum bertanding pada atlet bola basket yang berfungsi untuk meningkatkan performa dan prestasi olahraga terutama bola basket di Indonesia.