III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi terkait erat dengan jumlah penggunaan berbagai kombinasi input dengan jumlah dan kualitas output yang dihasilkan. Dalam usahatani, produksi menjadi suatu proses yang penting. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan petani untuk mengelola berbagai sumberdaya yang mereka miliki untuk menghasilkan output yang diinginkan. Namun akan banyak kendala yang dihadapi petani, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan produksi tetapi petani sendiri tidak dapat mengendalikannya, seperti iklim, curah hujan, dan hama serta penyakit. Risiko-risiko tersebut dapat diatasi dan diminimalkan oleh petani dengan melakukan pengelolaan atau manajemen usahatani yang baik. Fungsi produksi dalam usahatani merupakan hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi (Soekartawi, 1986). Fungsi produksi menggambarkan hubungan fisik antara input dan output (Doll & Orazem 1984) Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut (Doll & Orazem 1984) : Y = f ( X 1,X 2,X 3,.X n ) Keterangan : Y = jumlah produksi yang dihasilkan dalam proses produksi X 1,X 2,..X n = faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi f = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor produksi ke-n dalam hasil produksi Doll dan Oranzem (1984) menyatakan ada asumsi-asumsi yang digunakan dalam fungsi produksi. Asumsi-asumsi tersebut antara lain: 1) Kepastian. Dalam pertanian, hasil produksi yang lalu mungkin kurang baik untuk mengestimasi hasil produksi tahun sekarang, sedangkan dalam bisnis yang menggunakan mesin buatan mungkin hasil produksi yang lalu dapat digunakan untuk mengestimasi hasil produksi sekarang. Permasalahan dalam 27
pertanian muncul karena masa depan tidak dapat diketahui atau diperkirakan. Hal ini disebut risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu digunakan asumsi Perfect certainty. 2) Tingkat Teknologi. Sebuah produk atau output dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Oleh karena itu, petani harus menggunakan cara atau teknik yang paling efisien. 3) Panjang Periode Waktu. Fungsi produksi menggambarkan output yang dihasilkan dari proses produksi selama periode waktu tertentu. Input tetap jumlahnya tidak berubah selama proses produksi, sedangkan input variabel berubah-ubah selama proses produksi. Fungsi produksi klasik menunjukkan tiga daerah produksi dalam suatu fungsi produksi, yaitu ketika MPP lebih besar dibandingkan APP, ketika MPP lebih kecil dibandingkan APP, dan ketika MPP negatif (Doll dan Oranzem 1984). Marginal Physical Product atau MPP merupakan perubahan output akibat dari perubahan input variabel, sedangkan Averange Physical Product atau APP merupakan total output dibagi dengan total variabel input (Doll dan Oranzem 1984). Daerah-daerah tersebut dibedakan berdasarkan elastisitas produksi, yaitu ukuran derajat kepekaan output terhadap perubahan input (Doll dan Orazem 1984). Pada Gambar 1, daerah-daerah tersebut ditunjukkan oleh daerah I, daerah II, dan daerah III. Daerah I terletak antara 0 dan X 2 dengan nilai elastisitas yang lebih besar dari satu ( > 1), artinya bahwa setiap penambahan faktor produksi sebesar satu satuan, akan menyebabkan pertambahan produksi yang lebih besar dari satu satuan. Kondisi ini terjadi jika MPP lebih besar dari APP. Pada kondisi ini, keuntungan maksimum belum tercapai karena produksi masih dapat diperbesar dengan menggunakan faktor produksi yang lebih banyak. Daerah I disebut juga sebagai daerah irrasional atau inefisien. 28
Y TPP X APP X 1 X 2 X 3 MPP Gambar 1. Kurva Fungsi Produksi Sumber : Doll dan Oranzem (1984) 29
Daerah II terletak antara X 2 dan X 3 dengan nilai elastisitas produksi yang berkisar antara nol dan satu (0 < < 1).Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan input sebesar satu satuan akan meningkatkan produksi paling besar satu satuan dan paling kecil nol satuan. Daerah ini menunjukkan tingkat produksi memenuhi syarat keharusan tercapainya keuntungan maksimum. Daerah ini dicirikan dengan penambahan hasil produksi yang semakin menurun (diminishing returns). Kondisi ini terjadi ketika MPP lebih kecil dibandingkan APP. Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor-faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum. Hal ini menunjukkan penggunaan faktorfaktor produksi telah optimal sehingga daerah ini disebut daerah rasional atau efisien (rational region atau rational stage of production). Daerah III merupakan daerah yang dengan nilai elastisitas lebih kecil dari nol ( < 0)yang terjadi ketika MPP bernilai negatif yang berarti bahwa setiap penambahan satu satuan input akan menyebabkan penurunan produksi. Penggunaan faktor produksi di daerah ini sudah tidak efisien sehingga disebut daerah irrasional (irrational region atau irrational stage of production). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dimana penambahan input variabel dapat meningkatkan atau menurunkan ouput yang digambarkan dalam grafik linear. Pada penelitian ini, daerah produksi pada umumnya terletak pada daerah II dan III. Daerah II merupakan daerah dengan elastisitas antara nol dan satu. Daerah ini merupakan daerah Increasing Return to Scale dimana penambahan input variabel akan meningkatkan hasil produksi. Daerah III merupakan daerah dengan nilai elastisitas lebih kecil dari nol. Daerah ini merupakan daerah Decreasing Return to Scale dimana penambahan input juga dapat menurunkan hasil produksi. Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input dan output. Hal ini akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada pendapatan dan efisiensi usahatani. Fungsi produksi menggambarkan penggunaan variabel-variabel input yang menjadi bagian dari struktur biaya dan juga menggambarkan hasil produksi yang merupakan bagian dari penerimaan. Selisih antara penerimaan dengan biaya merupakan pendapatan usahatani dan perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C Rasio) menggambarkan efisiensi 30
usahatani yang terjadi. Seperti yang telah dijelaskan, pada fungsi produksi klasik terdapat tiga derah produksi dimana daerah-daerah tersebut dibedakan berdasarkan elastisits produksi. Elastisitas produksi dapat menjelaskan berapa banyak penambahan input yang dapat dilakukan agar output dapat berproduksi pada tingkat yang maksimum. Tingkat produksi maksimum merupakan hal yang ingin dicapai agar tercapai tingkat efisiensi yang maksimum sehingga nantinya diperoleh pendapatan yang maksimum. 3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan dating dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo & Patong 1973). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan dari hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga dari produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam satu periode produksi. Penerimaan usahatani dapat terbentuk tiga hal, yakni (1) hasil penjualan tunai (seperti tanaman pangan, ternak, ikan, dan lain sebagainya), (2) produk yang dikonsumsi keluarga petani, (3) kenaikan hasil inventaris selisih nilai akhir tahun dengan nilai akhir tahun (Prihartono 2009). Sementara itu, pengeluaran usahatani meliputi biaya tetap dan biata tidak tetap (variabel). Bentuk pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan menggunakan uang tunai, seperti biaya pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran uapah tenaga kerja luar keluarga, sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan untuk memperhitungkan nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga diperhitungkan (Prihartono 2009). 31
Menurut Soekartawi (1985), ada beberapa istilah yang terkait dengan pengukuran pendapatan usahatani, yaitu: 1) Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total yang sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani. 2) Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai nilai mata uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pendapatan kotor usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan dikonsumsi. 3) Pendapatan kotor tidak tunai atau pendapatan diperhitungkan adalah pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil yang dikonsumsi, hasil panen yang digunakan untuk bibit atau makanan ternak, untuk pembayaran, disimpan di gudang, dan menerima pembayaran dalam bentuk benda. 4) Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani meliputi pengeluaran tunai danpengeluaran tidak tunai. 5) Pengeluaran tunai (explicit cost) adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi, segala pengeluaran untuk keperluan kegiatan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. 6) Pengeluaran tidak tunai (implicit cost) atau biaya diperhitungkan adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau nilai input yang dibuat sendiri seperti benih. 7) Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi. 3.1.3 Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Soeharjo dan Patong 1973 menyatakan bahwa pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. Ukuran efisiensi pendapatan 32
usahatani dapat diukur atau dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C Rasio). Analisis R/C rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu, maka dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu berarti penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan usahatani tersebut belum menguntungkan. Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C rasio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada titik impas. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usaha mampu menghasilkan penerimaan sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas. 3.2. Kerangka Operasional Dalam mengatasi permasalahan yang ada pada sektor pertanian, pemerintah mencanangkan Program Pembangunan Pertanian (2005-2009) yang dirumuskan dalam tiga program, yaitu (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis, dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Program Pembangunan Pertanian. Sejalan dengan ketiga Program Pembangunan Pertanian yang berkaitan dengan pembangunan perdesaan, maka pemerintah mencanangkan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Inti dari tujuan program ini adalah meningkatkan kesejahteraan petani dan menggerakkan kelembagaan petani melalui Gapoktan. Salah satu Gapoktan penerima dana PUAP adalah Gapoktan Mekarsari yang ada di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Gapoktan ini menerima dana PUAP sejak tahun 2008. Adanya program PUAP ini diharapkan dapat membawa pengaruh bagi Gapoktan penerima. Salah satu indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan PUAP adalah peningkatan kesejahteraan yang dapat dilihat dari peningkatan pendapatan petani. Namun dalam pelaksanaannya, ternyata ada beberapa anggota Gapoktan yang menerima dan tidak menerima dana PUAP. Padahal, jika dikaitkan dengan kebutuhan akan modal, beberapa anggota yang tidak menerima dana PUAP ini sebenarnya sama-sama membutuhkan modal terkait dengan proses produksinya. 33
Untuk melihat pengaruh PUAP pada produksi dan pendapatan usahatani, penelitian ini membandingkan antara anggota yang menerima dana PUAP dengan anggota yang tidak menerima dana PUAP. Selain analisis yang bersifat kuantitatif, penelitian ini mendeskripsikan proses penyaluran dana PUAP dari Gapoktan kepada anggotanya. Penelitian ini menggunakan fungsi produksi dengan analisis regresi linear berganda karena penelitian ini akan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi pada anggota Gapoktan Mekarsari. Metode regresi yang digunakan merupakan metode ordinary least square (OLS) agar diperoleh variabel-variabel yang signifikan berpengaruh pada produksi padi. Pengaruh dari program PUAP sendiri dapat dilihat dari penggunaan variabel dummy atau variabel boneka dari fungsi produksi ini. Selain menggunakan analisis regresi, penelitian ini menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang nyata pada penggunaan input antara penerima PUAP dan non penerima PUAP. Data responden yang dipilih kemudian diolah menggunakan Minitab 14 dan Ms Excell. Untuk mengetahui pengaruh pada pendapatan petani, penulis menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C Rasio. Pada analisis pendapatan usahatani, penulis membandingkan tingkat pendapatan anggota Gapoktan penerima dan non penerima. Perngaruh dana PUAP dari segi pendapatan dapat dilihat dan dianalisis dari analisis struktur biaya, analisis penerimaan, dan analisis pendapatan. Untuk melihat efisiensi usahatani, penulis menggunakan analisis R/C Rasio dan membandingkannya antara anggota penerima dan non penerima PUAP. Secara umum kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. 34
Penerima PUAP : Gapoktan Mekarsari Analisis Pengaruh PUAP bagi Gapoktan Mekarsari 1. Bagaimanakah proses penyaluran dana PUAP yang dilakukan oleh Gapoktan Mekarsari kepada anggotanya? 2. Bagaimanakah produksi dan pendapatan petani padi anggota Gapoktan Mekarsari yang menerima dana PUAP dan anggota Gapoktan Mekarsari yang tidak menerima dana PUAP? Proses Penyaluran Pengaruh Produksi dan Pendapatan Deskripsi Penyaluran Dana PUAP Penerima Dana PUAP Non Penerima Dana PUAP Analisis Pendapatan dan R/C Rasio Analisis Regresi Uji-t Statistik Evaluasi Program PUAP Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan: = Lingkup Penelitian 35