BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL JUDUL : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. BY ; NUZLIATI T DJAMA S.SiT, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Batasan usia remaja menurut BKKBN adalah usia 10 sampai 24 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada remaja terjadi percepatan pematangan emosi serta adanya kebebasan, yang menyebabkan permasalahan yang dialami remaja semakin komplek (Kemenkes RI, 2015). Penduduk remaja perlu mendapat perhatian serius, karena sangat berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi. Dalam kesehatan reproduksi remaja, salah satu risiko yang sering dihadapi remaja yaitu risiko yang berkaitan dengan seksualitas. (Irmawaty, 2013). Seksualitas dalam kesehatan reproduksi remaja adalah segala hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang remaja, fungsi dan proses reproduksi lakilaki dan perempuan serta risiko hubungan seks pranikah (BKKBN, 2007) Kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas. Konsekuensi dari adanya minat tersebut, diantaranya muncul perubahan perilaku seksual pada remaja. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman mengenai seksualitas mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi, dan sikap yang kurang dalam memandang perilaku seksual (Kustanti, 2013). 1

2 Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) didapatkan bahwa remaja yang mengaku mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah usia 14-19 tahun sebesar 34,7% pada remaja perempuan dan 30,9% pada remaja laki-laki, sedangkan yang berusia 20-24 tahun sebesar 48,6% pada remaja perempuan dan 46,5% pada remaja laki-laki (BKKBN, 2013). Data yang diperoleh dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan 48 dari 1.000 kehamilan di perkotaan terjadi pada kelompok remaja usia 15-19 tahun. Angka ini meningkat dibandingkan temuan SDKI 2007 yang hanya 35 dari 1.000 kehamilan (Unicef Indonesia, 2012). Dalam hal pengetahuan mengenai perubahan fisik pada masa pubertas, diperoleh 14,7% remaja putri dan 31,2% remaja putra tidak tahu mengenai perubahan fisik pada masa pubertas (SDKI, 2012). Remaja dengan rasa keingintahuan yang sangat besar memiliki kecenderungan untuk mencoba segala sesuatu yang baru, termasuk aktivitasaktivitas seksual. Para remaja akan mencari informasi yang berbau seksualitas dan akan melakukan berbagai cara untuk memuaskan rasa ingin tahu tersebut tanpa terlebih dahulu memikirkan dampak-dampak yang akan terjadi di kemudian hari (Ernawati, 2015). Ironisnya pada saat remaja mengalami masa peralihan, mulai timbul jarak antara remaja dan orang tua. Hal tersebut timbul karena pada masa peralihan remaja, juga merupakan masa penting dalam hubungan sosialnya. Remaja cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya. Seringkali teman sebaya menjadi pusat bertanya dan berdiskusi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Termasuk permasalahan seksualitas yang ingin diketahui (Prihartini, 2002). Informasi yang diterima remaja tentang seksualitas dari orang tua hanya 11%, selebihnya lagi diperoleh dari sesama remaja. Sebanyak 52,8% remaja putri dan 48,2% remaja putra cenderung lebih senang

3 berdiskusi mengenai masalah seksualitas dengan temannya (SDKI, 2012). Komunikasi adalah kunci yang membuka hubungan harmonis antara orang tua dan anak. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak memiliki peranan yang penting dalam membentuk karakter dan perilaku seksual anak. Selain itu, dengan komunikasi yang baik akan memberikan gambaran atau pandangan mengenai pemaknaan seks yang benar sehingga anak dapat mengerti batasan mana yang baik atau tidak baik bagi mereka. Melalui komunikasi yang baik, orang tua dapat membimbing serta memberikan pemahaman-pemahaman mengenai seksualitas dan perilaku seksual yang bertanggung jawab pada anak. Dengan komunikasi, orang tua dapat menyadari masalah-masalah yang terjadi pada diri anak, termasuk masalah seksualitas dan dapat membantu mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi (Fitriyan, 2013). Dalam lingkungan keluarga, diharapkan dapat terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja. Komunikasi efektif ayah dan ibu mengenai seksualitas terhadap remaja memberikan kontribusi dalam memprediksi perilaku seks berisiko yang dilakukan remaja (Rakhmawati, 2014). Komunikasi antara orang tua dan remaja seringkali terhambat, dikarenakan orang tua kurang menanggapi dan menganggap tabu saat remaja mulai membicarakan masalah-masalah seputar seksualitas (D Vega, 2012). Dalam proses komunikasi, komunikasi dapat berlangsung dengan sangat efektif dan dapat pula sangat tidak efektif. Komunikasi yang efektif dapat tercapai apabila, terpenuhinya 5 kualitas umum yaitu keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan (De Vito,1997). Komunikasi yang dilandasi empati, keterbukaan dan dukungan yang positif pada anak akan membuat anak dapat menerima apa yang disampaikan oleh orang tua. Hal ini dapat dijadikan strategi utama dalam meningkatkan perilaku seksual yang bertanggung jawab (Rakhmat, 2007). Semakin

4 buruk tingkat komunikasi antara remaja dengan orang tuanya, semakin besar kemungkinan remaja melakukan perilaku berisiko (Lestary dan Sugiharti, 2011). Remaja di Bali tidak terlepas dari permasalahan terkait seksualitas. PKBI Provinsi Bali (2015) menyebutkan sebanyak 274 remaja tercatat melakukan pengobatan IMS dan ISR serta sebanyak 29 remaja melakukan konseling kehamilan. Kabupaten Gianyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bali dengan jumlah remaja yang cukup banyak yakni sebesar 86.665 orang pada tahun 2015. Dengan banyaknya jumlah remaja, permasalahan remaja di Kabupaten Gianyar cukup beragam. Tercatat sebanyak 268 kasus kehamilan remaja, 201 kasus persalinan remaja dan 1 kasus IMS (Dinkes Kab.Gianyar, 2015). Puskesmas Sukawati I merupakan salah satu Puskesmas yang ada di kabupaten Gianyar. Puskesmas ini berada di daerah pariwisata Kecamatan Sukawati. Data yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I, pada tahun 2012 menunjukkan bahwa telah terjadi kehamilan remaja sebanyak 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 9 kasus, tahun 2014 sebanyak 26 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 15 kasus. Untuk kasus IMS pada remaja pada tahun 2015 terdapat 1 kasus, yang terjadi pada remaja wanita berumur 16 tahun. Persalinan pada remaja juga cukup memprihatinkan, yakni pada tahun 2014 terdapat 20 remaja yang melahirkan dan tahun 2015 terdapat 15 remaja dari dalam wilayah dan 7 remaja dari luar wilayah kerja Puskesmas Sukawati I yang melahirkan akibat kehamilan tidak diinginkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pemegang program PKPR di Puskesmas Sukawati I diperoleh bahwa remaja cenderung membicarakan masalah yang mereka alami dengan teman sebayanya atau berkomunikasi dengan pemegang program PKPR di Puskesmas melalui SMS. Untuk kasus kehamilan remaja di luar nikah, banyak orang tua yang tidak mengetahui kehamilan anaknya sejak awal.

5 Komunikasi terkait seksualitas antara remaja dan orang tua masih sangat jarang, disebabkan karena masalah itu masih tabu untuk dibicarakan, kesibukan orang tua yang banyak berprofesi sebagai wiraswasta dan faktor pola asuh keluarga (Darwati,2016). Berdasarkan penelitian Putra,dkk (2014) peran keluarga mengenai perilaku seksual pranikah remaja SMA/sederajat di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I masih kurang yaitu sebesar 61,8%. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Data yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I, pada tahun 2012 menunjukkan bahwa telah terjadi kehamilan remaja sebanyak 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 9 kasus, tahun 2014 sebanyak 26 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 15 kasus. Untuk kasus IMS pada remaja pada tahun 2015 terdapat 1 kasus, yang terjadi pada remaja wanita berumur 16 tahun. Persalinan pada remaja juga cukup memprihatinkan, yakni pada tahun 2014 terdapat 20 remaja yang melahirkan dan tahun 2015 terdapat 15 remaja dari dalam wilayah dan 7 remaja dari luar wilayah kerja Puskesmas Sukawati I yang melahirkan akibat kehamilan tidak diinginkan. Komunikasi terkait seksualitas antara remaja dan orang tua sangat jarang, disebabkan karena masalah itu masih tabu untuk dibicarakan. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I tahun 2016?.

6 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan peneliti adalah Bagaimanakah tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I Tahun 2016?. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I Tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik siswa dan orang tua siswa SMA/SMK di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I b. Mengetahui tingkat efektivitas komunikasi berdasarkan karakteristik siswa dan orang tua siswa c. Mengetahui tingkat efektivitas komunikasi berdasarkan aspek-aspek komunikasi 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis a. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi orang tua, sehingga orang tua mampu memahami berbagai problematika yang sedang dialami oleh remaja serta mengerti kebutuhan-kebutuhan psikis dan emosional disamping kebutuhan materi. Selain itu orang tua diharapkan membahas masalah

7 seksualitas sejak dini, agar anak terbiasa dengan topik bahasan tersebut, sehingga pada akhirnya anak bersedia terbuka kepada orang tua mengenai masalah seksualitas. b. Bagi Remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi remaja dalam membangun komunikasi yang lebih baik dengan orang tua, mengenai seksualitas sehingga permasalahan remaja terkait seksualitas dapat dicegah. 1.5.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan bahan referensi bagi mahasiswa yang berkepentingan untuk mengembangkan penelitian khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan komunikasi orang tua dan remaja. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang kesehatan reproduksi dan terbatas pada tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I Tahun 2016.