BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas hanya kamera Digital Single Lens Reflect (DSLR) tetapi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep perencanaan dan perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1.4 Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan sebuah momen yang sangat dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu yang paling populer ialah seni minum teh.

BAB I PENDAHULUAN. 1 - Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah bidang bangunan. Pembangunan gedung-gedung saat ini

PERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY SCHOOL AND CENTRE FOR CHILDREN ABSTRAK. anak yang dapat mendukung kegiatan eksplorasi dalam fotografi.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Jumlah Penyadang Cacat Yogyakarta Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta,

1 BAB I PENDAHULUAN. - Pusat : pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk

BAB I PENDAHULUAN PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini akan semakin berkembang. Karena itu hal tersebut perlu didukung. berkembang di dalam maupun luar negri.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

BAB I. A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia kereta api di negara-negara sekarang ini

ABSTRAK. umumnya, mereka mengalami penolakan dari masyarakat. Selain penolakan, diseuaikan dengan kemampuan fisik mereka.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

TUGAS AKHIR. Perencanaan dan perancangan interior rumah sakit umum di Surakarta (lobby, ruang rawat inap anak dan perpustakaan)

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR TK ISLAM BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (sumber:kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) 2. Menurut pakar John C. Maxwell, difabel adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memanjakan diri, sehingga membuat masyarakat menjadi jenuh. Waktu liburan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

GRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kehidupan yang sempurna, tapi jika kenyataan berbeda dengan harapan, bukan berarti tak ada jalan kesempurnaan. Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, untuk saling melengkapi satu sama lain. Anggapan difabel hanya menjadi beban harus dibuang jauh-jauh, karena sebagai individu pada hakikatnya mereka memiliki potensi yang terkadang melebihi kapasitas dan kemampuan orang yang sempurna secara fisik dan mental. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan sehingga para difabel dapat mengembangkan kemampuan diri secara aktif untuk mampu bersaing di tengah masyarakat. 1

Selain keluarga, dibutuhkan juga balai rehabilitasi sosial difabel yang bertugas mewujudkan kemandirian dan fungsi sosial bagi para difabel, yang mengalami masalah dalam hubungan sosial dengan masyarakat, keluarganya maupun dirinya sendiri. Para difabel, khususnya disabilitas fisik sangat membutuhkan bimbingan sosial untuk memulihkan keadaanya baik jasmani maupun rohani, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai anggota penuh yang swasembada, produktif dan berguna bagi masyarakat dan negara. Berdasarkan sensus Dinas Sosial provinsi Jawa Barat, provinsi Jawa Barat mempunyai 153.026 orang disabilitas fisik dengan dua balai rehabilitasi, yaitu Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Tuna Daksa di Cibinong, Bogor dan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat di Cibabat, Cimahi. Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Cibabat-Cimahi sendiri untuk saat ini hanya mampu menampung 100 orang diabilitas fisik dan disabilitas pendengaran per-angkatan. Jumlah tersebut didapat berdasarkan kemampuan pemerintah Dinas Sosial provinsi Jawa Barat dalam memberikan bantuan biaya operasional. Ketidakseimbangan jumlah pusat rehabilitasi sosial disabilitas fisik dengan jumlah disabilitas fisik menyebabkan banyak disabilitas fisik mengalami masalah dalam hubungan sosial dengan masyarakat, keluarganya maupun dirinya sendiri. Sementara di era globalisasi saat ini untuk merebutkan pasar kerja dibutuhkan tenaga kerja yang benar-benar terampil, disiplin dan produktif. Sikap mental sosial psikologis yang kerap kali mengisolir diri dengan kondisi mobilitas yang rendah dan aspek kelemahan lain yang dimilikinya tentu akan menyulitkan penempatan kerja di perusahaan-perusahaan yang membutuhkan. Belum lagi sulitnya pemenuhan aksesibilitas di perusahaan yang hanya akan digunakan beberapa orang disabilitas fisik saja. Dengan banyaknya jumlah disabilitas fisik yang menjadi wiraswastawan dibidang seni, pelatihan dibidang seni lah yang dinilai mampu menjawab masalah diatas. Hal ini didukung dengan industri pariwisata di provinsi Jawa Barat yang semakin berkembang cepat dan dinamis, selain itu seni merupakan kegiatan manusia yang memberi kesenangan jiwa bagi pelakunya. Melalui seni para disabilitas fisik secara tidak langsung dapat melakukan art therapy yang secara psikologis dapat membantu penyembuhan mental mereka. Namun kurangnya 2

pelatihan dan tempat untuk menjual hasil karya para disabilitas fisik, membuat hasil karya mereka kurang mampu bersaing untuk diakui di dalam masyarakat. Sudah saatnya menciptakan kondisi yang membuat kaum disabilitas fisik nyaman dengan kekurangannya. Oleh karena itu perancangan Pusat Rehabilitasi Sosial Disabilitas Fisik dirasa perlu. Diharapkan para disabilitas fisik dapat mewujudkan kemandirian dan fungsi sosialnya di masyarakat, serta mampu meningkatkan kreativitas, inovasi dan kualitas produk seni dan kriya daerah, hingga mampu bersaing sampai pasar internasional. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, berikut ini akan diidentifikasikan masalah yang muncul dari fenomena atau cuplikan data di lapangan yaitu sebagai berikut. 1) Kurangnya wadah bagi para difabel untuk mengembangkan diri. 2) Masalah hubungan sosial difabel dengan masyarakat, keluarganya maupun dirinya sendiri. 3) Minimnya keterampilan kaum difabel untuk bersaing dalam masyarakat. 4) Sulitnya kaum difabel memperoleh pekerjaan. 5) Paradigma negatif terhadap kaum difabel di dalam masyarakat Indonesia. 6) Kebutuhan sarana dan prasarana difabel dianggap sebagai sesuatu yang eksklusif. 1.3 Ide / Gagasan Perancangan Kurangnya wadah bagi para disabilitas fisik untuk mengembangkan diri, membuat minimnya keterampilan kaum disabilitas fisik untuk bersaing dalam dunia pekerjaan. Hal ini diikuti dengan perkembangan provinsi Jawa Barat sebagai industri pariwisata yang berkembang cepat. Dibutuhkan sebuah pusat rehabilitasi sosial disabilitas fisik yang mampu memfasilitasi disabilitas fisik mengasah diri dalam bidang seni dengan menciptakan kondisi yang membuat disabilitas fisik nyaman dengan kekurangannya. Melalui tema Maslow s Hierarchy of Needs, diharapkan mampu menjawab kebutuhan dasar, psikologis 3

dan pemuasan diri, dimana disabilitas fisik dapat menjadi seseorang yang mandiri serta produktif dalam keluarga dan masyarakat. Perancangan Pusat Rehabilitasi Disabilitas Fisik ini, menyediakan fasilitas yang mendukung proses rehabilitasi, keterampilan dan aktualisasi diri. Fasilitasfasilitas yang disediakan berupa pusat rehabilitasi sosial, ruang konsultasi, poliklinik, perpustakaan, ruang kelas teori, ruang kelas praktik dan galeri yang menampung hasil karya difabel. Pusat Rehabilitasi Sosial Disabilitas Fisik yang akan dirancang pada proyek tugas akhir ini memiliki nilai sosial dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan semangat para penyandang disabilitas fisik untuk mandiri dan produktif di tengah masyarakat. Hal ini juga merupakan salah satu peran swasta dalam mendukung program pemerintah yang terdapat dalam UU 4 tahun 1997, Peraturan Kota Bandung no.26 Tahun 2009 tentang penyandang cacat, serta merubah paradigma negatif terhadap kaum difabel, khususnya disabilitas fisik yang muncul di masyarakat. 1.4 Rumusan Masalah Sesuai dengan permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas, berikut ini akan dirumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, ditelaah dan dipecahkan dalam perancangan yaitu sebagai berikut. 1) Bagaimana merancang fasilitas pusat rehabilitasi sosial disabilitas fisik yang mendukung tahap rehabilitasi sosial dan keterampilan di bidang seni? 2) Bagaimana merancang interior yang fungsional, efektif dan efisien tanpa mengurangi aksesibilitas disabilitas fisik dalam melakukan aktivitasnya? 1.5 Tujuan Perancangan Berdasarkan pokok-pokok persoalan yang telah dikemukakan dan dirumuskan di atas, berikut ini akan dipaparkan garis-garis besar hasil yang ingin dicapai setelah dipecahkan dan dijawab, yaitu sebagai berikut: 1) Menggelompokkan berbagai fasilitas pendukung bagi disabilitas fisik sesuai dengan tahap rehabilitasinya. 4

2) Merancang interior dan sarana aksesibilitasi yang menjawab kebutuhan dasar disabilitas fisik dengan mengutamakan standar ergonomi. 1.6 Manfaat Perancangan Perancangan balai rehabilitiasi sosial difabel di Kota Bandung memiliki manfaat : a. Bagi penulis membuka wawasan mengenai standar perancangan balai rehabilitasi, khususnya yang berhubungan dengan disabilitas fisik, dikarenakan difabel membutuhkan perhatian cermat terhadap standar keselamatan dan kemudahan aksesibilitas. b. Bagi Fakultas Seni Rupa dan Desain menambah koleksi literatur mengenai data balai rehabilitasi sosial khususnya yang berkaitan dengan disabilitas fisik. c. Bagi pemerintah, membantu melaksanankan program-program pemerintah tentang kesetaraan hak dan kewajiban difabel, serta memperkenalkan standar yang tepat bagi aksesibiltas difabel. d. Bagi masyarakat awam, sebagai media edukasi nonformal yang rekreatif dengan mengangkat pesan bahwa dibalik kekurangan pasti terdapat kelebihan, dimana para difabel mampu menghasilkan karya dengan kreativitas, inovasi dan kualitas produk yang tinggi. 1.7 Batasan Perancangan Dalam perancangan balai rehabilitasi sosial disabilitas fisik ini yang akan didesain merupakan area utama, seperti area rehabilitasi, asrama, area kelas teori, kelas praktik dan galeri. User disabilitas fisik golongan ringan dan sedang, berusia 15-30 tahun serta mampu berkarya dalam bentuk lukisan, patung dan kriya. 1.8 Sistematika Penulisan Dalam Bab I yang merupakan bab pendahuluan akan dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, ide / gagasan perancangan, tujuan perancangan, manfaat, batasan dan sistematika penyajian. 5

Dalam Bab II yang merupakkan bab kajian teori akan dijabarkan mengenai pengertian rehabilitasi, pengertian dan pengelompokkan disabilitas fisik, penjabaran rehabilitasi sosial, seni rupa dan galeri. Dalam Bab III yaitu deskripsi objek studi yang akan mendeskripsikan proyek, site, analisis fungsi, analisis site, identifikasi user, flow activity, kebutuhan ruang, zoning-blocking, dan ide implementasi konsep pada objek studi. Dalam Bab IV yaitu deskripsi perancangan Rehabilitasi Sosial Disabilitas Fisik yang menjabarkan konsep dasar, implementasi dalam konsep dan perancangannya. Dalam Bab V yang merupakan bab kesimpulan, akan dijelaskan hasil dari tujuan perancangan melalui penerapan design interior. 6