BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai. polipeptida globin (α atau β) yang membentuk

KADAR HEMOGLOBIN, STATUS GIZI, POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN THALASSEMIA. Universitas Jenderal Soedirman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Thalassaemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang disebabkan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KONTROL DENGAN TINGGI BADAN PADA PASIEN TALASEMIA MAYOR SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang


BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Talasemia adalah gangguan produksi hemoglobin yang diturunkan, pertama kali ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

KELAINAN METABOLISME KARBOHIDRAT (PENYAKIT ANDERSEN / GLIKOGEN STORAGE DISEASE TYPE IV) Ma rufah

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan


BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Hubungan antara Kadar Feritin dengan Kadar BUN-Kreatinin pada Pasien Talasemia Beta Mayor di RSD dr. Soebandi Jember

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

RINGKASAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

Gambaran Status Gizi Anak Talasemia β Mayor di RSUP Dr. M. Djamil Padang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Thalassemia atau sindrom thalassemia merupakan sekelompok heterogen dari anemia hemolitik bawaan yang ditandai dengan kurang atau tidak adanya produksi salah satu rantai globin dari hemoglobin yang mempunyai ciri khas menyebabkan ketidakseimbangan sintesis rantai globin serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012). Thalassemia International Federation (TIF) memperkirakan 7% dari penduduk dunia merupakan pembawa kelainan hemoglobin dan 300.000 500.000 anak dilahirkan dengan kelainan hemoglobin parah. 80% anak yang menderita penyakit tersebut berasal dari negara berpenghasilan menengah - rendah dan 50.000 100.000 anak dengan β-thalassemia mayor meninggal (TIF, 2014). Negara negara yang memiliki prevalensi tinggi untuk thalassemia sering disebut sebagai Sabuk Thalassemia. Wilayah tersebut membentang sepanjang pantai Mediterania dan seluruh jazirah Arab, Turki, Iran, India, dan Asia Tenggara; khususnya Thailand, Kamboja, dan Cina selatan (Giardina & Rivella, 2013). Kurang lebih 3% jumlah penduduk dunia mempunyai gen thalassemia yang memiliki angka kejadian tertinggi sampai dengan 40% kasus adalah di Asia (TIF, 2014). Di Indonesia, Pembina Pusat Yayasan Thalassemia Indonesia (YTI) 1

2 menyatakan bahwa jumlah penderita thalassemia di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2006 tercatat 3.653 penderita dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 6.647 penderita (Ruswandi, 2014). Thalassemia sebagai penyakit genetik yang diderita seumur hidup membawa banyak masalah bagi penderitanya. Thalassemia secara klinis dibedakan menjadi thalassemia minor dan thalassemia mayor. Kasus thalassemia mayor umumnya memberikan gejala klinis yang berat, berupa anemia kronis, hepatosplenomegali, pertumbuhan yang terhambat dan gizi kurang atau gizi buruk (Arijanty & Nasar, 2003). Anemia kronis terjadi oleh karena proses hemolisis yang dapat menyebabkan hipoksia jaringan. Terjadinya hipoksia kronis menyebabkan gangguan penggunaan nutrien pada tingkat sel sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan (Fuchs, et al., 1997), serta kondisi tersebut dapat menyebabkan anak menjadi lemah, nafsu makan menurun, dan mengalami penurunan asupan makanan dari yang telah direkomendasikan (Tienboon, 2006). Asupan nutrisi yang baik merupakan modalitas dalam pengobatan jangka panjang dan mencegah gangguan gizi, gangguan pertumbuhan, perkembangan pubertas yang terlambat (Fuchs, et al., 1997). Anemia kronis yang dialami oleh anak dengan thalassemia membutuhkan transfusi darah yang berulang-ulang. Transfusi darah dilakukan untuk menjaga kadar hemoglobin pada pasien diatas 9 hingga 10,5 gr/dl (Giardina & Rivella, 2013). Komplikasi seperti hemosiderosis atau hemokromatosis merupakan akibat dari pemberian transfusi yang terus

3 menerus yang menyebabkan penimbunan zat besi akibat pemecahan sel darah merah di dalam jaringan tubuh sehingga dapat mengakibatkan kerusakan organ - organ tubuh seperti hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan pankreas (Munthe, 2011). Akumulasi zat besi juga dapat terjadi pada kelenjar endokrin dan hipofisis sehingga akan mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan (Mehta & Hoffbrand, 2008). Anak penderita thalassemia diharuskan untuk menghindari makanan dengan kandungan besi tinggi agar tidak terjadi hemosiderosis yang lebih parah (Arijanty & Nasar, 2003). Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan frekuensi transfusi darah terhadap status gizi pada anak dengan thalassemia di POPTI Yogyakarta tahun 2015 yang diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan thalassemia di POPTI Yogyakarta. 1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dirumuskan sebuah masalah, yaitu : Bagaimana hubungan frekuensi transfusi darah dengan status gizi pada anak thalassemia di POPTI cabang Yogyakarta tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi transfusi darah dengan status gizi anak thalassemia di POPTI cabang Yogyakarta tahun 2015.

4 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pengaruh frekuensi transfusi darah dengan status gizi pada anak thalassemia. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang hubungan frekuensi transfusi darah dengan status gizi anak thalassemia. Peneliti juga dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan penelitian. 2. Pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kemajuan ilmu kedokteran khususnya yang terkait dengan thalassemia dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.5 KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan penelitian pada Tabel 1.1, terdapat perbedaan penelitian yang diajukan meliputi lokasi, waktu, metode, serta variabel penelitian. Penelitian yang diajukan, dilakukan di POPTI Yogyakarta untuk menggambarkan hubungan frekuensi transfusi darah dengan status gizi pada anak dengan thalassemia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode potong lintang menggunakan data primer.

5 Penulis, Judul Penelitian, Tahun Terbit Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Metode Penelitian Hasil Atyanti Isworo, dkk. Kadar Hemoglobin, Status Gizi, Pola Konsumsi Makanan, dan Kualitas Hidup Pasien Thalassemia Ilma Anisa. Hubungan Lama Sakit dengan Status Gizi Anak Penderita Talasemia di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. 2013 Studi dengan dekskriptif, metode purposive sampling. Studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin 7,99 gr/dl, (59%). 49% berada pada status gizi kurus. Pola konsumsi makanan bersumber dari karbohidrat (nasi=2,87 kali/hari), protein (telur ayam dan tempe= 0,89 kali/hari dan 1,48 kali/hari), sayuran, dan di Semarang. 2012. buah (wortel dan pisang=1,02 kali/hari dan 0,61 kali/hari), dan minuman (teh=1,45 kali/hari). Rata-rata pengukuran kualitas hidup 67,24±(9,68). Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara lama sakit dengan status gizi pada anak penderita talasemia berdasarkan IMT (p = 0,403 dan p = 0,408). Dari hasil analisis hubungan jenis kelamin, transfusi darah, kelasi besi, splenomegali, dan food recall 1 hari dengan status gizi diperoleh nilai p > 0,05.