BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua pengusaha tentunya menginginkan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usahanya tentu berbagai upaya dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Usaha srundeng yang semakin berkembang mendorong penulis untuk meneliti semua aspek yang berhubungan dengan usaha tersebut khususnya di bidang akuntansi. Semakin berkembangnya usaha menuntut UMKM untuk berhubungan dengan pihak lain yaitu pihak eksternal perusahaan. Misalnya, untuk meningkatkan pendanaan suatu UMKM, maka perusahaan tersebut akan berhubungan dengan pihak bank atau lembaga keuangan lainnya. Sejak awal didirikannya usaha srundeng pengelola sama sekali tidak mengetahui apa itu akuntansi dan pencatatan akuntansi yang benar sesuai pedoman standar akuntansi. Apabila suatu usaha harus melakukan pencatatan akuntansi, maka membutuhkan sumber daya manusia yang mampu dalam keahliannya menyusun laporan keuanagn pada usaha manufaktur. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) untuk mempermudah perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. SAK ETAP ini cukup sederhana dan tidak akan menyulitkan penggunanya. SAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Oleh sebab itu bagi perusahaan yang telah 1
2 memutuskan akan menggunakan SAK ETAP sudah harus mengadakan penyesuaian sejak tahun 2010. Penggunaan PSAK ini harus konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Bagi perusahaan yang sudah memutuskan untuk menggunakan PSAK Umum dalam penyajian laporan keuangan, maka untuk selanjutnya tidak boleh merevisi kebijakannya ke SAK ETAP. Pada penelitian ini peneliti membahas laporan keuangan sesuai SAK ETAP menyajikan laporan keuangan secara lengkap dimana laporan tersebut terdiri dari ruang lingkup, konsep dan prinsip pervasif, penyajian laporan keuangan, neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, persediaan, aset tetap, ekuitas dan pendapatan. Konsep dan prinsip pervasif dimana berisi tentang tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khsuus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Penyajian laporan keuangan membahas mengenai pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas. Laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukan seluruh perubahan dalam ekuitas dan perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya. Dalam suatu laporan keuangan
3 lengkap, suatu entitas menyajikan setiap laporan keuangan dengan keunggulan yang sama. Laporan keuangan memiliki ruang lingkup masing-masing pos seperti laporan laba rugi menyajikan penghasilan dan beban entitas suatu periode dimana laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode. Laporan perubahan ekuitas menunjukan laba atau rugi untuk satu periode, pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas. Neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu yaitu akhir periode pelaporan. Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas yang menunjukan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Aset tetap harus menerapkan kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan aset tetap. Oleh karena itu, ekuitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap jika, kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau dalam entitas dan pos tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal. Persediaan harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk mengukur persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan serta, kemudian total jumlah tercatat persediaan dan klasifikasinya yang tepat dengan entitas serta jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama persediaan. Mengingat pentingnya pengembangan UMKM, maka banyak peneliti seperti Narsa, dkk (2012), menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan mengungkap kesiapan UMKM dalam implemetasi SAK ETAP untuk meningkatkan akes modal perbankan. Satriyo (2014), menyatakan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
4 bagaimana kebutuhan dan pemahaman serta memberikan petunjuk praktis dalam pembuatan sistem pencatatan akuntansi pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Lilya, dkk (2014), menyatakan bahwa, penelitian ini mengacu pada UMKM Peggy Salon tentang praktik pencatatan keuangan yang dilakukan UMKM, dan faktorfaktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP. Dan juga Salmiah, dkk (2015), menyatakan bahwa penelitian ini mengacu pada UMKM Binaan DinKop dan UMKM Pekanbaru belum memahami isi SAK ETAP dan tidak menggunakan komputerisasi selama satu periode serta tidak memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan. Pengusaha kecil secara umum menganggap bahwa informasi akuntansi tersebut tidak penting, selain sulit diterapkan juga membuang waktu dan biaya. Hal terpenting bagi pengelola usaha kecil adalah bagaimana cara menghasilkan laba yang banyak tanpa repot menerapkan akuntansi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keberadaan dan pentingnya akuntansi belum dipahami oleh pengusaha UMKM. Padahal dengan adanya laporan keuangan sebagai salah satu bentuk penyampaian informasi akuntansi, para pemilik usaha dapat mengetahui bagaimana posisi serta kinerja keuangannya, tidak hanya itu pemilik usaha akan lebih mudah untuk menghitung pajak, karena laporan keuangan merupakan sumber data untuk menghitung pajak (Pinasti, Hariyanto, Idrus, Marbun, 2007). Atas kontribusi dan dukungan peneliti termotivasi meneliti perkembangan UD. Srundeng Rahayu dengan mereplika dari penelitian Pratiwi, dkk (2014), menyatakan bahwa penelitian ini menganalisis penerapan SAK ETAP pada penyajian laporan keuangan PT. Nichindo Manado Suisan. Hasil penelitian berdasarkan neraca dan laporan laba rugi tahun 2011 dan 2012, menunujukan bahwa
5 perusahaan belum menyajikan laporan perubahan ekuitas, laporan keuangan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan serta terjadi inkonsisten dalam penyajian beberapa pos pada neraca yang tidak diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek yang diteliti. Penulis melakukan penelitian pada UD. Srundeng Rahayu dengan mengidentifikasi kelemahan sistem pencatatan transaksi keuangan di Srundeng Rahayu beserta akibat yang ditimbulkan oleh lemahnya sistem pencatatan laporan keuangan di Srundeng Rahayu. Metode yang digunakan yaitu metode pengumpulan data dengan model wawancara, observasi dan dokumentasi serta metode analisis dengan model deskriptif kualitatif. Sedangkan, penelitian Pratiwi, dkk (2014), menyatakan bahwa penelitian ini menganalisis penerapan SAK ETAP pada penyajian laporan keuangan PT. Nichindo Manado Suisan. Hasil penelitian berdasarkan neraca dan laporan laba rugi tahun 2011 dan 2012, menunujukan bahwa perusahaan belum menyajikan laporan perubahan ekuitas, laporan keuangan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan serta terjadi inkonsisten dalam penyajian beberapa pos pada neraca yang tidak diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Metode yang digunakan yaitu metode analisis data dengan menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Berdasarkan uraian yang tersaji diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap perusahaan harus memiliki laporan keuangan dan bagi perusahaan berskala kecil telah terdapat SAK ETAP yang mempermudah penyusunan laporan keuangannya. Srundeng Rahayu terletak di jalan Ulin Utara 2 no. 312, Semarang. Akan tetapi, Srundeng Rahayu belum menerapkan pencatatan transaksi keuangan yang sesuai dengan standar pelaporan keuangan, dalam hal ini belum sesuai dengan prinsip akuntansi. Peneliti ingin mengidentifikasi kelemahan sistem pencatatan
6 transaksi keuangan di Srundeng Rahayu beserta akibat yang ditimbulkan oleh lemahnya sistem pencatatan laporan keuangan di Srundeng Rahayu. Alasan lain diadakannya penelitian tentang sistem pencatatan laporan keuangan di UMKM ini adalah meneliti lebih dalam mengenai transaksi keuangan yang digunakan pada Srundeng Rahayu. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka mendorong peneliti untuk melakukan replika dari penelitian Pratiwi, dkk (2014), menyatakan bahwa penelitian ini menganalisis penerapan SAK ETAP pada penyajian laporan keuangan PT. Nichindo Manado Suisan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang berjudul PENERAPAN SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI DENGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (PADA UD. SRUNDENG RAHAYU BANYUMANIK, SEMARANG) 1.2. Rumusan Masalah Dari penjelasan pada latar belakang, dapat ditemukan bahwa rumusan masalahnya adalah : a. Bagaimana sistem pencatatan laporan keuangan di UD. Srundeng Rahayu? b. Bagaimana sistem pencatatan transaksi keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP? 1.3. Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui sistem pencatatan transaksi laporan keuangan pada UD. Srundeng Rahayu.
7 b. Untuk memberikan kontribusi pembuatan laporan keuangan yang tepat sesuai sistem pencatatan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) terhadap laporan keuangan UD. Srundeng Rahayu. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini berisi pengetahuan bagi manajemen pabrik untuk menekan kelemahan dan akibat yang timbul dari sistem pencatatan transaksi keuangan yang selama ini kurang baik dan kurang terstruktur. Penelitian ini juga diharapkan membawa manfaat bagi pengetahuan khususnya di bidang akuntansi. Selain itu, penelitian ini bisa menjadi referensi untuk meningkatkan kinerja usaha-usaha kecil melalui penerapan sistem pencatatan laporan keuangan yang baik sehingga memperluas penerapan akuntansi dalam kehidupan. 1.5. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang masing masing akan menguraikan pembahasan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai skripsi ini. Penguraian masing-masing bab akan dibagi sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah yang menjadi pokok bahasan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian dan kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini.
8 Bab III: Metode Penelitian Menjelaskan tentang tempat dan waktu, obyek penelitian, pendekatan penelitian, jenis, sumber dan metode pengumpulan data, teknik analisa data serta kendala yang dihadapi dalam melakukan penelitian. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang deskripsi dari obyek penelitian, hasil dan pembahasan penelitian. Bab V: Kesimpulan Dan Saran Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran serta penutup.