BAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor dengan ruas jalan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam penanganan korban atau pasien gawat darurat diperlukan. dengan melibatkan beberapa pihak (Depkes,2016).

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PELATIHAN BALUT BIDAI TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden.

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif kuantitatif. Deskriptif

The 2 nd University Research Coloquium 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Semarang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 1992), hlm Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. farmasi klinik agar memberikan kontribusi terhadap perkembangan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. yang ada disekelilingnya. Keterampilan motorik seperti berlari, berjalan,

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

Jessicha Angel Warouw Lucky Tommy Kumaat Linnie Pondaag

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non-eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. terkait hasilnya belum sesuai yang diharapkan (Aryono, 2011). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2011 dalam Badan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Kuasa. Di dalam Al Qur'an Surat Ali Imran surat ke 3 ayat ke 185

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. M DENGAN POST OPERASI ORIF FRAKTUR FEMUR DISTAL DEXTRA DI BANGSAL AB RSU PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang merupakan masa peralihan dari masa kanak - kanak ke masa. ancaman kanker serviks yang mengintai setiap waktunya.

Emergency First Aid Course

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi standar pelayanan yang berlaku (Sutrisna, 2008). peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang Yogyakarta sejumlah 130 pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel hanya

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun

BAB III METODE PENELITIAN. yang sedang dilakukan secara obyektif dengan desain penelitian cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB I PENDAHULUAN. (Simamora, 2009). Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan asuhan keperawatan serta menjadi suatu ciri atau persyaratan profesi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emergency atau gawat darurat merupakan suatu kondisi yang bersifat mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja (Susilowati, 2015) (Meriam-Webster, 2016). Fraktur merupakan salah satu kondisi darurat yang membutuhkan pertolongan dengan segera guna menghilangkan ancaman nyawa korban (Furwanti, 2014). Fraktur termasuk dalam cedera muskuloskeletal (Smith dan Stahel, 2014). Fraktur memerlukan perlakuan dengan segera dan tepat, karena penanganan yang kurang tepat atau salah akan mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi, kerusakan saraf dan pembuluh darah, hingga kerusakan jaringan lunak yang lebih lanjut (Lukman dan Ningsih, 2013). Adapun komplikasi terparah yang dapat terjadi pada fraktur adalah kematian (World Health Organization (WHO) dalam Widyastuti, 2015). Kejadian fraktur dapat terjadi karena beberapa penyebab, namun menurut Igho, Isaac, & Eronimeh (2015), penyebab utama fraktur adalah kecelakaan lalu lintas yakni sebanyak 125 (57,87%). Berdasarkan hasil studi retrospektif di Bangsal Ortopedi Rumah Sakit Geral Roberto Santos (HGRS), Salvador, Bahia, Brazil terdapat sebanyak 81 pasien dengan fraktur terbuka yang mereka alami, terjadi akibat kecelakaan lalu lintas 1

2 dan sebagian besar pasien pada usia dewasa muda. (Matos Nascimento, & Silva, 2014). Prevalensi fraktur di Ughelli, Nigeria menurut Igho, Isaac, & Eronimeh (2015) banyak terjadi pada bagian ekstremitas atas yakni humerus sebesar 28 (12,96%) dan ekstremitas bawah yakni femur sebesar 49 (22,69%). Persebaran usia korban yang mengalami fraktur banyak terjadi pada usia 21-40 tahun sebanyak 94 (43,52%), sedangkan jenis kelamin pada korban fraktur memiliki frekuensi laki-laki sebanyak 124 (57,41%) dan perempuan sebanyak 92 (42,59%). Adapun prevalensi fraktur berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2013) pada jenis cedera patah tulang di Indonesia tercatat sebesar 5,8 %. Susetya (2016) mengatakan bahwasannya kejadian fraktur di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta tercatat dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Januari 2016 sebanyak 126 pasien. Kejadian fraktur banyak terjadi pada usia 18-40 tahun yakni dengan frekuensi sebanyak 35 orang (63,6%), jenis kelamin laki-laki 29 (52,7%), jenis kelamin perempuan 26 (47,3%), lama dirawat selama 2 hari sebanyak 35 (63,6%), lama dirawat 3 hari 20 (36,4%), fraktur pada bagian ekstremitas atas sebanyak 27 (49,1%), dan fraktur ekstremitas bawah 28 (50,9%), tingkat pendidikan tinggi 12 (21,8%), tingkat pendidikan rendah 43 (78,2%). Menurut Wong dkk (2015) kejadian cedera fraktur yang tidak segera dicegah akan menimbulkan beban yang cukup dan kecacatan di seluruh dunia. Kejadian tersebut berhubungan dengan penurunan angka kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Masalah cedera tersebut ternyata memberikan

3 kontribusi pada kematian yang dapat diproyeksikan meningkat dari 5,1 juta menjadi 8,4 juta atau setara dengan 9,2% dari kematian secara keseluruhan dan diestimasikan menduduki peringkat ketiga disability adjusted life years (DALYs) pada tahun 2020 (WHO, 2016). Menurut Kemenkes RI (2014) penyebab disabilitas di dunia mencapai 45 per 6.437 populasi ini dialami oleh semua usia. Menurut Budiman dan Riyanto (2014), tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan, dimana tingkat pendidikan mampu mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hubungan ini diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 BAB VI tentang Sistem Pendidikan Nasional terkait Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan pasal 14 mengatakan bahwasannya jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah, dan jenjang pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang berada setelah pendidikan menengah, yakni meliputi program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berada di jenjang pendidikan tinggi yang termasuk kedalam program pendidikan sarjana. Jurusan keperawatan mempelajari banyak ilmu kesehatan, salah satunya tentang muskuloskeletal. Sebanyak 425 mahasiswa keperawatan UMY saat ini sudah terpapar informasi tentang

4 fraktur dan pertolongan pertama namun masih banyak yang memiliki sikap yang terbilang belum berani dalam melakukan pertolongan pertama fraktur. Menurut Azwar 2016 suatu sikap akan terbentuk dari adanya paparan berbagai faktor seperti institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, faktor emosi dalam diri individu dan media masa. Media masa memiliki peran yang tidak kecil, dimana informasi-informasi baru didalamnya akan memberikan landasan kognitif baru dalam pembentukan sikap. Informasi yang berifat sugestif dan positif tentunya akan mempengaruhi komponen sikap afektif yang positif. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, sebanyak lima orang mahasiswa keperawatan UMY, semua mahasiswa sudah pernah mengikuti seminar terkait pertolongan pertama yang didalamnya terdapat materi fraktur dan cara penanganannya. Sebanyak lima mahasiswa keperawatan UMY, dua diantaranya sudah pernah melihat kejadian fraktur dan tiga lainnya belum pernah melihat secara langsung kejadian fraktur. Empat dari lima mahasiswa keperawatan UMY yang sudah pernah melihat kecelakaan lalu lintas, sikap yang dilakukan keempat mahasiswa tersebut adalah takut untuk menolong, hanya melihat sekilas kemudian pergi, dan tidak melakukan apapun. Disamping itu dari lima mahasiswa keperawatan, dua diantaranya masih ragu untuk menolong, satu diantaranya tidak siap, dan dua lainnya siap untuk menolong, pada saat ini semua mahasiswa sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan fraktur namun hanya secara umum.

5 Studi pendahuluan diatas menunjukkan bahwasannya mahasiswa keperawatan masih belum berani menangani permasalahan patah tulang bahkan sebelum mereka mengetahuinya. Sebagai calon perawat harus memiliki karakteristik didalam dirinya agar dapat menjadi perawat professional, karakteristik tersebut yakni pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) yang tinggi, dan sikap (attitude) profesional sebagai perawat tentunya (Cahyono, 2015). Perawat selain dituntut untuk memiliki karakteristik diatas juga harus bisa sebagai care giver terutama dalam melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mawu dkk, 2016). Sebagai seorang muslim juga diperintahkan untuk saling tolong menolong antarsesama manusia dalam hal kebajikan, seperti yang telah dijelaskan dalam Al Quran yakni (QS Al Maidah 5:2) : قعا ببو ر ب ع با تا ع با ع ع و قت و ع و با ع و ر ت را و ر ب رث بإ عىلعع ع ع ا ع ت و ع عل ع و و رق ع ا و ر ب ل عىلعع ع ع ع ا ع ت و Yang artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolonglah dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-nya. B. Rumusan Masalah Fraktur atau patah tulang merupakan kasus cedera muskuloskeletal yang membutuhkan penanganan dengan baik. Pada kasus tersebut bisa terjadi dimana dan kapan saja tanpa mengenal waktu sehingga membutuhkan penanganan dengan segera dan tepat supaya tingkat keparahan cedera dapat di kurangi. Balut bidai merupakan hal yang bisa dilakukan pada cedera fraktur. Balut bidai mampu dilakukan oleh siapa saja

6 dan terlebih bagi calon perawat pun harus mampu memahaminya karena penyebab cedera ini dapat terjadi begitu saja, sedangkan mahasiswa keperawaan baru mendapatkan mata kuliah tentang balut bidai pada semester akhir. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan tingkat pengetahuan Balut Bidai dengan sikap pertolongan pertama fraktur pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan balut bidai dengan sikap pertolongan pertama fraktur pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan balut bidai terkait definisi balut bidai, tujuan balut bidai, prinsip pembalutan dan pembidaian, macam-macam balut bidai, dan komplikasi balut bidai pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. b. Mengetahui sikap pertolongan pertama fraktur terkait sikap menolong fraktur, sikap membalut luka terbuka, dan sikap pembidaian fraktur pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa keperawatan Mengetahui gambaran tentang sikap mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam penanganan fraktur. 2. Bagi Institusi Keperawatan Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber referensi serta pertimbangan dalam menggunakan suatu intervensi pada pertolongan pertama fraktur pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai dasar atau pertimbangan penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan masalah kesehatan tentang fraktur sebagai upaya pencegahan atau preventive. E. Penelitian Terkait 1. Sari (2015), dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pelatihan Balut Bidai terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa di SMA Negeri 2 Sleman. Pada penelitian ini menggunakan metode desain One Group Pretest Posttest. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 64 orang, sedangkan sempel yang digunakan sebanyak 30 orang. Sempel didapatkan berdasarkan pusat pendidikan dan pelatihan kesehatan yakni maksimal diadakan pelatihan sebanyak 30 orang dengan luas ruangan ± 40 m 2. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya tingkat pengetahuan tinggi 6,7% menjadi 66,7% serta penurunan tingkat

8 pengetahuan rendah 43,3% menjadi 10,0%. Keterampilan siswa yang baik dari 10,0% menjadi 53,3% dan mengalami penurunan keterampilan yang kurang dari 66,7% menjadi 10,0%. Pelatihan Balut Bidai memiliki pengaruh pada pengetahuan dan ketrampilan yang dibuktikan oleh nilai signifikan pengetahuan pretest dan posttest sebesar 0,000 (p<0,05) dan nilai signifikan keterampilan pretest dan posttest sebesar 0,000 (p<0,05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada variabel yang digunakan yakni peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan balut bidai pada mahasiswa keperawatan UMY. Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan yakni purposive sampling dan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode korelasi cross sectional. 2. Chanif, Maryam, Widodo (2015), dalam penelitiannya tentang Optimalisasi UKS dalam Penanganan Kegawatdaruratan di Sekolah melalui Pelatihan Kegawatdaruratan Dasar. Penelitian ini meggunakan metode deskriptif. Sampel pada penelitian ini sebanyak 44 orang anggota disetiap Palang Merah Remaja (PMR) dari SMA Muhammadiyah 1 dan SMK Muhammadiyah 2 Semarang. Hasil penelitian ini didapatkan peningkatan pengetahuan pada siswa-siswi anggota PMR tentang dasar-dasar pertolongan pada kegawatdaruratan di sekolah yakni dengan rata-rata skor pengetahuan dari sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan 46 menjadi 68. Perbedaan penelitian ini

9 dengan penelitiaan yang dilakukan adalah variable yang digunakan, peneliti mengukur tingkat pengetahuan balut bidai. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling yakni memilih sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini hanya memaparkan gambaran dari pengetahuan siswa/siswi anggota PMR tentang kegawatdaruratan dasar di sekolah, sedangkan peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan balut bidai dengan sikap pertolongan pertama fraktur pada mahasiswa. 3. Widodo, Yuniar, Sarwono (2015) dalam penelitiannya tentang Hubungan Pengetahuan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dengan Perilaku Menolong Dewan Kerja Hizbul Wathan (HW) di SMA Muhammadiyah Gombong. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi korelasi dengan cara menyebarkan kuesioner. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yakni 55% responden memiliki pengetahuan kategori baik, 17,5% pengetahuaan kategori cukup, 27,5% pengetahuan kategori kurang. 47,5% responden memiliki perilaku menolong tinggi, 35% kategori sedang, 17,5% kategori rendah. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang ingin diteliti merupakan tingkat pengetahuan tentang pertolongan pertama. Perbedaan pada penelitian ini adalah peneliti menggunakan metode korelasi cross sectional dengan melakukan pengukuran data variabel independen dan dependen satu kali pada satu waktu. Tempat penelitian

10 tersebut adalah di SMA Muhammadiyah Gombong Kabupaten Kebumen, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di PSIK FKIK UMY