BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PENDIDIKAN

Pembelajaran Menggunakan Media Gambar

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa,

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

Peranan Media Gambar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No 2 Kalukubula

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

Hakikat Media Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa. tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA

BAB II PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN KARTU DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PERILAKU TERPUJI DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

Verbal Simbol visual Visual Radio Film Tv Wisata Demonstrasi partisipasi Observasi Pengalaman langsung

I. PENDAHULUAN. pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi dari materi pembelajaran. Padahal sesungguhnya menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

MAKALAH Media Visual Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran Dosen pengampu : Hermawan Wahyu Setiadi, M.

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat. jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN

02. Konsep Dasar Media

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB VI MEDIA PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

Transkripsi:

17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PEMBELAJARAN MEMBACA 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Membaca Pembelajaran itu adanya dua hal yaitu adanya aktivitas individual siswa dan adanya lingkungan yang dikondisikan secara khusus untuk mengarahkan aktivitas siswa. Dimana tujuan dari aktivitas ini yaitu agar terjadi belajar pada siswa (Saylor, et al 1981: 257). Lebih jelas lagi menurut Gagne (1992: 3) menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian aktivitas untuk membantu mempermudah seseorang belajar, sehingga terjadi belajar secara optimal. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (DEPDIKBUD, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pembelajaran bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh isi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca

18 melalui kalimat yang tertuang dalam bahasa tulis (Tarigan 1979: 7). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) definisi membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang ditulis itu. Membaca adalah kegiatan melihat deretan aksara atau kalimat serta memahami isi dari apa yang ditulis dan mempelajari makna kata dari bahan bacaan. Selain itu tujuan kegiatan membaca untuk memperoleh pesan atau informasi yang diinginkan. Setiap pengajar bahasa haruslah menyadari serta memahami bahwa membaca adalah keterampilan yang kompleks dan rumit. Menurut Broghton (1978: 90 dalam Tarigan 1979:12) pembelajaran membaca merupakan kemampuan pemahaman yang diajarkan secara seimbang dan terpadu. Seimbang dalam arti pembelajaran membaca disampaikan secara seimbang dengan keterampilan berbahasa lain. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, kompetensi dasar membaca akan menjadi fokus pembelajaran, sedangkan aspek keterampilan berbahasa lain menyertai dalam kegiatan pembelajaran. Hal itulah yang dimaksud dengan adanya keseimbangan keempat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran. Terpadu maksudnya bahwa dalam kegiatan pembelajaran membaca dapat dipadukan dengan keterampilan lainnya, yaitu mendengarkan, berbicara, dan menulis. Sedangkan kemampuan yang disampaikan adalah kemampuan berbahasa dan

bersastra. Oleh karena itu, wacana dalam pembelajaran membaca bisa berupa wacana sastra maupun nonsastra. 19 Menurut Pandawa (2009: 17) pembelajaran membaca mengandung arti karena setiap kegiatan membaca dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan membaca dan memperoleh nilai-nilai yang baru. Proses pembelajaran membaca pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran membaca merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Jadi, belajar dan pembelajaran membaca diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pembelajaran membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan lebih kecil lainnya. Secara garis besar, terdapat dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran membaca, yaitu, keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman.

20 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Membaca Berdasarkan pengertian pembelajaran membaca, maka pembelajaran membaca dilaksanakan dengan tujuan membina siswa agar mereka memiliki kemampuan memahami isi atau pesan yang terkandung dalam bacaan (http://www.ut.ac.id). Di dalam tujuan tersebut terkandung tugas-tugas pengajar (guru) yang harus disadari sebagai suatu tanggung jawab untuk siswa memiliki: 1. Kemampuan membaca yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangan berfikirnya. 2. Pengetahuan tentang nilai dan fungsi membaca seta berbagai teknik yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan membaca yang hendak dibaca. 3. Sikap positif terhadap membaca dan belajar membaca sehingga siswa menyadari bahwa pembelajaran membaca tidak sekedar mampu membaca (learning to read), tetapi juga mereka mampu memanfaatkan kemampuan membacanya untuk belajar (reading to learn) 2.1.3 Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Membaca Menurut Tarigan (1978:12-13) menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran membaca. a. Sesuai dengan atau dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

21 b. Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya. c. Terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan. d. Mencangkup hal-hal yang bersifat fakual maupun konstekstual. Membaca dan bahan pembelajaran membaca ditetapkan dengan mengacu pada materi dan bahan pembelajaran yang ingin dicapai. Bahan pembelajaran yang diberikan bermakna bagi para siswa, dan merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya. 2.1.4 Metode Pembelajaran Membaca Dalam kenyataan sehari-hari seorang siswa perlu menggunakan kemampuan membaca cepat untuk mengambil makna bahan bacaan secara efektif dan efisien. Menurut Broghton (1978: 211) dalam Tarigan (1978: 22) ada beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan membaca yang dimiliki siswa hingga sampai pada taraf yang efektif. Beberapa metode yang pernah dikembangkan untuk meningkatkan hal ini adalah: a. Metode kosakata Metode kosakata adalah metode yang mengembangkan kecepatan membaca melalui pengembangan kosakata. Artinya, metode ini mengembangkan perhatian pada aspek pembendaharaan kata seseorang

22 pembaca. Contohnya, kosakata seseorang itu terbatas jumlahnya, dan akan selalu berkembang terus sesuai dengan kemampuannya menambah kosakata itu setiap hari. Latihan meningkatkan dan menambah kosakata baru dengan dan dalam jumlah yang banyak inilah prinsip metode kosakata. Dasar pikiran metode ini sudah jelas, yaitu semakin besar dan semakin banyak pembendaharaan kata siswa, semakin tinggi kecepatan membaca. Inilah yang diajarkan kepada siswa. b. Metode motivasi Metode motivasi ialah memotivasi para pemula dengan berbagai macam rangsangan bacaan yang menarik, sehingga tumbuh minat membacanya. Dari sisi ini kemudian diharapkan muncul kebiasaan membaca tinggi, yang pada akhirnya meningkat pula kecepatan dan pemahamannya terhadap bacaan. Pikiran yang mendasari lahirnya metode ini adalah pembelajaran membaca semakin tinggi atau berminatnya seseorang pada jenis buku tertentu, semakin tinggi kecepatan dan pemahaman seseorang. c. Metode bantuan alat Metode bantuan alat merupakan metode yang dapat membantu pembaca dalam membaca (melihat baris-baris bacaan), gerak matanya dipercepat dengan bantuan alat yang berupa ujung pensil, ujung jari, atau alat petunjuk khusus dari kayu. Semula dengan kecepatan rendah,

23 kemudian dipercepat, dan semakin dipercepat. Jadi, kecepatan mata mengikuti kecepatan gerak alat. d. Metode gerak mata Metode gerak mata adalah metode yang paling banyak dipakai dan dikembangakan orang saat ini, baik untuk pembelajaran membaca permulaan, maupun bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kecepatan membacanya. Cara melatihnya yaitu mengembangkan kecepatan membaca dengan meningkatkan kecepatan gerak mata, karena kecepatan membaca itu sendiri berarti kecepatan gerak mata dalam menyelusuri unitunit bahasa. Pokok pikiran yang melandasi metode ini adalah semakin panjang dan semakin luas jangkauan mata (eye span) dalam meningkatkan unit-unit bahasa, semakin cepat pula kemampuan membacanya. Logikanya, jika kita hanya membaca unit-unit bahasa yang paling kecil, maka yang harus dibaca itu jumlahnya semakin besar sehingga menghambat kecepatan membaca. 2.1.5 Model model Pembelajaran Membaca Menurut Tarigan (1978: 22), terdapat tiga jenis model pembelajaran membaca, yaitu:

24 a. Bottom Up Dalam bottom up atau dari bawah ke atas dimulai dari pemahaman terkecil sampai terbesar. Pemahamannya dapat dimulai dari kata, struktur kalimat, paragraf, sampai wacana. b. Top Down Top down atau dari atas ke bawah, dimulai dari pemahaman secara global (keseluruhan) hingga ke bagian-bagian terkecil. Pemahaman dapat dimulai dari garis besar wacana, paragraf, struktur kalimat, sampai kata. c. Integrative Approach Integrative approach merupakan perpaduan antara bottom up dan top down, dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal positif dan menghindari hal-hal yang negatif dari kedua pendekatan sebelumnya, sehingga sesuai dengan situasi dan kondisi. 2.2 MEDIA PEMBELAJARAN 2.2.1 Arti, Fungsi, dan Manfaat Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin, yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar informasi dari sumber pesan ke penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya, segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

25 dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar, (National Education Association,2001). Adapun pengertian media pembelajaran menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: a. Media adalah salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Didalamnya tercangkup peralatan fisik komunikasi seperti buku, modul, komputer, slide serta tape recorder (Briggs,1970 dalam Sadiman, 2011: 6). b. Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Gagne,1970 dalam Sadiman, 2011: 6). c. Media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. (Gerlach dan Ely, 1971 dalam Arsyad, 2005: 3). d. Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (National Education Association, 1969 dalam Sadiman, 2011: 7). Menurut Levie & Lentz dalam Arsyad (2005: 16-17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. 1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan

26 dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran, 2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, 3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, 4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2005:24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;

27 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. 2.2.2 Jenis Media Menurut Schramm dalam Sadiman (2011: 28), kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonimisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakainya. Karakteristik media juga bisa dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengeran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaian dengan tingkatan hierarki belajar seperti yang digarap oleh Gagne (1965 dalam Sadiman 2011: 23-25). Menurut Saudjana (2002: 3) ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran, diantaranya: 1. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain.

28 2. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampangan, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. 3. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lainlain. 4. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran Media grafis ialah media yang mengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas melalui perpaduan antara pengungkapan katakata dan gambar. Tujuan utama penampilan berbagai gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Menurut Hamalik (1986: 2), beberapa alasan sebagai dasar penggunaan gambar ialah: 1. Gambar bersifat kongkrit 2. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang 3. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia 4. Dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah 5. Gambar-gambar mudah didapat dan murah 6. Mudah digunakan, baik perorangan maupun untuk kelompok siswa Melaui pemanfaatan media gambar diharapkan dapat membantu guru dalam penyampaian materi di dalam kelas. Menurut hasil penelitian Seth Spaulding yang dikutip Sudjana (2002: 4), ilustrasi gambar merupakan

29 perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif. Hal ini karena ilustrasi gambar dapat membantu siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya. 2.3 MEDIA CERITA BERGAMBAR / STORY PICTURES 2.3.1 Pengertian Cerita bergambar/ Story Pictures Menurut Putra (2008: 6) cerita bergambar merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami. Media cerita bergambar merupakan rangkaian kegiatan/cerita yang disajikan secara berurutan kemudian siswa dilatih mengungkapkan adegan dan kegiatan tersebut yang apabila dirangkaikan akan menjadi suatu cerita. Gambar dalam cerita akan lebih menarik lagi jika didasarkan khususnya pada kegiatan kehidupan siswa. Menurut Rinanto dalam Agustin (2007: 10) memberi batasan pengertian media cerita bergambar adalah Salah satu jenis bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi, media cerita bergambar merupakan jenis bahasa yang diekspresikan lewat tanda dan simbol.

30 2.3.2 Fungsi Cerita Bergambar Media cerita bergambar termasuk kedalam media visual atau media grafis. Media grafis atau media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan (Sadiman 2011: 28). Selain fungsi umum tersebut, secara khusus media ini berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilistrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak dgrafiskan (Sadiman 2011: 28-29). Menurut Putra (2008: 7) cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsifungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cerita bergambar antara lain adalah untuk pendidikan, untuk adversing, maupun sebagai sarana hiburan. Media pembelajaran yang baik adalah media yang cocok dengan tujuan pembelajaran. Menurut Sadiman (2011: 31-32), ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan media pendidikan, yaitu: 1) Autentik Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya. 2) Sederhana Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukan poin-poin pokok dalam gambar.

31 3) Ukuran relatif Dapat memperbesar atau memperkecil objek sebenarnya. 4) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukan objek dalam keadaan diam, tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu. 5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu yang kurang, gambar karya siswa sendiri sering kali lebih baik. 6) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2.3.3 Manfaat Cerita Bergambar Media cerita bergambar termasuk ke dalam jenis media gambar, sehingga memiliki manfaat sama seperti media gambar pada proses pembelajaran. Hamalik dalam Alfiah dan Yunarko (2009: 19) menyatakan bahwa gambar memiliki sejumlah manfaat. Manfaat tersebut antara lain, (1) Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah karena itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah. (2) Bernilai ekonomis, mudah didapatkan dan murah, dan

32 (3) Mudah digunakan, baik perseorangan maupun kelompok, satu gambar dapat digunakan oleh siswa dalam satu kelas. Sulistyowati (2006: 22) berpendapat bahwa manfaat yang diperoleh dalam proses belajar membaca dengan menggunakan media cerita bergambar yaitu anak dapat memahami isi gambar sehingga anak dapat lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar. Bertolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media cerita bergambar adalah dapat memperjelas penguasaan dan pemahaman siswa mengenai pesan bacaan dan cara membaca yang baik serta dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. 2.3.4 Teknik Penggunaan Media Cerita Bergambar Sulaiman dalam Agustin (2007: 10) menyatakan bahwa Untuk dapat menggunakan media cerita bergambar secara efektif, peneliti harus mempunyai tujuan yang jelas atas dasar penggunaannya. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, media cerita bergambar digunakan dengan cara menunjukkan gambar dan siswa diajak memaparkan isi kejadian pada gambar. Setelah itu, siswa diajak mengenal suku kata, kata, dan kalimat sederhana pada teks cerita yang tersedia. Cerita bergambar memiliki berbagai jenis. Ada yang berupa rangkaian cerita atau yang umumnya biasa ditemukan adalah cerita pendek yang dihiasi

33 dengan gambar sebagai ilustrasi beberapa bagian dari cerita tetapi tidak menggambarkan cerita secara keseluruhan. Cerita bergambar yang berupa gambar disertai dengan dialog-dialog biasa disebut komik. Cerita bergambar yang lain adalah cerita yang hanya merupakan gambar tetapi memiliki urutan kegiatan yang jelas, atau komik komunikasi visual. Cerita bergambar ini tidak memiliki balon dialog dalam bentuk teks, tetapi berupa gambar atau bahkan tidak ada sama sekali. Penggunaan komik komunikasi visual sebagai media pembelajaran membaca (Dokkai) inilah yang akan digunakan peneliti sebagai objek penelitian. 2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Cerita Bergambar Diantara media pendidikan, media gambar adalah media yang paling umum dpakai. Menurut Sadiman (2011: 29-31) terdapat beberapa kelebihan dari cerita bergambar, yaitu : 1. Sifatnya kongkrit, maksudnya lebih realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu. Tidak semua benda/ peristiwa dapat dibawa kedalam kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa keobjek/ peristiwa tersebut. 3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

34 4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman. 5. Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus 6. Media ini banyak menggambarkan gerak, mimik dan rangkaian cerita, diharapkan mampu menarik motivasi untuk melatih keterampilan membaca (dokkai). Selain kelebihan kelebihan tersebut, menurut Sadiman (2011: 31 gambar mempunyai kelemahan, beberapa kelemahan tersebut adalah: 1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata 2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. 3. Ukurannya sangat terbatas kelompok besar 2.4 PENELITIAN TERDAHULU Sebatas pengamatan penulis sejauh ini belum ada penelitian yang membahas penerapan media story pictures dalam pembelajaran membaca (dokkai). Namun penulis menemukan penelitian lain yang membahas tentang story pictures (cerita bergambar).

35 Menurut Catarina (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan media story pictures dalam pembelajaran kaiwa, diambil kesimpulan bahwa berdasarkan hasil perlakuan yang dilakukan, sample mengalami kemajuan dari berbagai segi. Mulai dari pemakaian kosakata, struktur kalimat, cara berekspresi dan gerak badan. Berdasarkan hasil post-test yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil dari kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan hasil dari kelas kontrol. Hal itu dapat dilihat dari db 23 dan taraf signifikan 5% yaitu 2,07 sehingga dari nilai thitung > ttabel = 2,19 > 2,07 maka hipotesis (HK) peneliti diterima sedangkan hipotesis (Ho) ditolak. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Lalu berdasarkan angket, peneliti mengetahui respon sample, bahwa media story pictures sangat komunikatif dan juga menarik. Memiliki alur atau plot sehingga memudahkan untuk memahami cerita, dan juga membantu agar tidak mengalami kesulitan dalam berekspresi. Sedangkan menurut Elawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui metode cerita bergambar, disimpulkan bahwa kondisi objek proses pembelajaran di TK Firdaus Percikan Iman hanya mengutamakan pengembangan kemampuan akademik membaca dan berhitung. Temuan selama observasi menunjukan bahwa pada umumnya

36 anak mempunyai kreativitas, tetapi kreativitas itu kurang dapat perhatian. Disamping itu, kegiatan bercerita kurang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Padahal, kreativitas anak dapat dikembangkan melalui cerita. Dengan demikian, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode cerita bergambar selama dua siklus. Proses pembelajaran pada setiap siklus memang mengikuti prosedur baku, yaitu (a) kegiatan awal, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan akhir. Akan tetapi, pada tiaptiap pertemuan peneliti memberi sedikit variasi dengan tujuan untuk memberikan pengalaman yang baru kepada anak-anak serta agar anak didik tidak merasa bosan mengikuti pembelajaran bercerita. Pembelajaran bercerita melalui buku cerita bergambar dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan persentase kreativitas dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II, yakni sebelum tindakan kreativitas anak sebesar 11-22%, peningkatan kreativitas siklus I mencapai 33% dan peningkatan kreativitas pada siklus II mencapai 100%. Oleh karena itu, buku cerita bergambar merupakan media yang efektif untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini.