Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

REVITALISASI PERMUKIMAN BERBASIS KEGIATAN EKONOMI RUMAH TANGGA DI KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

EKSPRESI KERUANGAN MELALUI KONSEP PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PADA KAWASAN BWK A KOTA MAKASSAR (Study Kasus; Kecamatan Wajo Kota Makassar)

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DESA DONOROJO

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

DAFTAR PERTANYAAN (Kepala Lingkungan, Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat) Lokasi :... Nama :... Profesi :... Alamat :...

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

LATAR BELAKANG, TUJUAN, FUNGSI DAN SOSIALISASI PENGELOLAAN AIR PADA KELOMPOK MITRA CAI DUSUN MEKARSARI DESA NAGARATENGAH CINEAM TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

4/12/2009. Water Related Problems?

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB III ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

Lingkungan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

BAB III ANALISA PERMASALAHAN INFRASTRUKTUR PEMUKIMAN

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

Posisi Kerja Masyarakat Nelayan Kecamatan Bontang Utara

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

Transkripsi:

PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT PEMENUHAN UTILITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN PERDESAAN DI DUSUN GIRING-GIRING DESA KALASE RENA KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA Moh. Mochsin Sir, Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 589707/(0411) 589707 e-mail: mohammadmsir @yahoo.com Abstrak Dewasa ini dalam pembangunan, kemakmuran haruslah merata kepada semua masyarakat baik yang ada di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk mewujudkan pembangunan yang merata maka dirasakan perlunya pendekatan perencanaan dari bawah (bottom up approach) dengan melibatkan masyarakat pada tingkat bawah. Di Dusun Giring-Giring Desa kalase rena Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa merupakan wilayah study di dalam menerapkan pengabdian masyarakat. Ini bertujuan untuk masyarakat yang dituntut lebih mandiri didalam menghadapi tantangan untuk membangun dan perbaikan sistem utilitas/prasarana lingkungan. Permasalahan yang terjadi di Dusun Giring-Giring adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemahaman dan kesadaran kebutuhan sistem utilitas/prasarana lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga pelaksanaan pembangunan di perdesaan dapat bertepat guna bagi masyarakat sendiri dalam kehidupannya. Untuk membantu menangani masalah ini, maka diperlukan suatu bentuk atau pola partisipasi masyarakat dalam menangani dan membangun dan memperbaiki sistem utilitas/prasarana lingkungan permukiman. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis permasalahan melalui observasi di lapangan kemudian diadakan pendekatan dengan masyarakat dengan cara memberikan partisipasi masyarakat secara langsung melalui pemberian informasi tentang ruang rumah sehat yang memenuhi standar. Adapun informasi yang diberikan mengenai kondisi sistem utilitas/prasarana permukiman (jaringan jalan, drainase, listrik, MCK, air bersih, persampahan). Informasi ini langsung mengarah pada partisipasi masyarakat dalam pengembangan sistem utilitas/prasarana permukiman di perdesaan. Dengan adanya kegiatan ini maka diharapkan akan menghasilkan kebutuhan utilitas/prasarana lingkungan yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat di Dusun Giring-Giring dan sekaligus memberikan arahan tentang partisipasi masyarakat berdasarkan kesepakatan masyarakat setempat untuk dijadikan acuan sebagai pelaksanaan pembangunan selanjutnya di masa datang. Kata Kunci: partisipasi, utilitas/prasarana, lingkungan, observasi,masyarakat. PENDAHULUAN Pembangunan di perdesaan maupun perkotaan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun swadaya masyarakat, belum dapat memenuhi dan mengimbangi tingkat kebutuhan masyarakat akan pembangunan. Bahkan terdapat kecenderungan bahwa pembangunan di berbagai sector di desa dan kota semakin tertinggal dari laju pertumbuhan jumlah penduduk [1]. Pemerintah dalam menghadapi di perdesaan, telah banyak melakukan program-program pembangunan di berbagai sektor terutama dalam pengadaan kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan perdesaan. Dalam tahap pembangunan pada saat ini masyarakat perlu partisipasi dan ditempatkan pada posisi yang benar dalam pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan prasarana dan sarana di lingkungan permukimannya sendiri. Pembangunan perdesaan yang mengarah pada pengembangan partisipasi masyarakat adalah Dusun Giring-Giring desa Kalase rena kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Maka permasalahan yang terjadi di Dusun Giring-Giring dalam penanganan utilitas lingkungan khususnya sarana dan prasarana di permukiman masyarakat yang perencanaannya dengan mengikutsertakan masyarakat adalah kekurangtahuan masyarakat mengenai pemahaman dan kesadaran kebutuhan prasarana tersebut. Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Arsitektur ISBN : 978-979-127255-0-6 TA7-1

Pengembangan Partisipasi Masyarakat Pemenuhan Moh. Mochsen Sir, Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Bentuk pemenuhan sarana dan prasarana lingkungan ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan utilitas lingkungan yang diprioritaskan saat ini dengan melalui pengembangan partisipasi masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini maka diharapkan akan menghasilkan prioritas kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan di Dusun Giring-Giring dan sekaligus memberikan arahan pengembangan partisipasi berdasarkan kesepakatan dengan masyarakat setempat untuk dijadikan acuan sebagai pelaksanaan pembangunan selanjutnya di masa datang. Permukiman petani merupakan suatu bentuk lingkungan permukiman dengan fasilitas lingkungan yang berbatasan dengan daerah pertanian dan kehidupan perekonomiannya didapatkan dari hasil bertani. Kondisi rumah di lingkungan permukiman pertanian (pedesaan) dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: rumah permanen, rumah semi permanen, rumah temporer [2]. Kondisi lingkungan permukiman perdesaan mempunyai empat kemungkinan bentuk struktur komunitas, yaitu radial, memusat ( fokus ), linear, simpul (nodal), lingkungan permukiman perdesaan dominan berbentuk memusat (focus) yang mengarah pada perkembangan perumahan yang dihubungkan dengan prasarana permukiman [3]. Pemenuhan prasarana permukiman perdesaan selalu diperoleh melalui partisipasi masyarakat desa setempat. partisipasi adalah suatu usaha berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan, baik secara aktif maupun pasif. Partisipasi tersebut dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana mengkomunikasikan keinginan masyarakat untuk ikut melakukan kontrol terhadap kegiatan pembangunan [4]. METODA PENELITIAN Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis permasalahan melalui observasi di lapangan kemudian diadakan pendekatan dengan masyarakat dengan cara memberikan partisipasi masyarakat secara langsung melalui pemberian informasi tentang ruang rumah sehat yang memenuhi standar [5]. Adapun informasi yang diberikan mengenai kondisi sistem utilitas/prasarana permukiman (jaringan jalan, drainase, listrik, MCK, air bersih, persampahan). Informasi ini langsung mengarah pada partisipasi masyarakat dalam pengembangan sistem utilitas/prasarana permukiman di perdesaan. HASIL DAN BAHASAN Karakter Fisik Lokasi Letak Geografi Letak dusun Giring-Giring desa Kalase rena kecamatan Bontonompo kabupaten Gowa merupakan desa permukiman petani dimana sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Bajeng, sebelah barat dengan kelurahan Tamallayang, sebelah selatan yakni berbatasan dengan dusun Balaburu, sebelah timur dengan Kabupaten Takalar. Luas wilayah Dusun Giring-Giring sebesar 0,75 Ha, dengan jumlah penduduk 881 orang. Penggunaan Lahan Tanah di Dusun Giring-Giring Desa Kalase rena Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dominan dipergunakan sebagai lahan persawahan, perkebunan, perumahan dan lain-lain. Gambar 1. Peta Kabupaten Gowa dan Dusun Giring-Giring ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Arsitektur Volume 5 : Desember 2011 TA7-2

PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Gambar 2. Kondisi Perkebunan, persawahan dan tempat pembuatan batu-bata Kondisi lahan pertanian di desa tersebut merupakan persawahan tadah hujan, sehingga penduduk di desa tersebut memiliki dua jenis pekerjaan yaitu sebagai petani sekaligus pembuat batu bata, karena lokasi kegiatan ini merupakan salah satu daerah penghasil batu bata di Sulawesi Selatan. Tabel 1. Penggunaan Lahan di Dusun Giring-Giring No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 1 Permukiman 62,083 12,87 2 Sawah Tadah 120,492 25,00 3 Pekarangan, tempat pembuatan bata 226,072 46,87 4 Perkebunan 49,063 10,17 5 Jalan, sungai, kuburan dll 24,660 5,09 Jumlah 482,370 100,00 Sumber : Monografi Kelurahan Kalase rena, 2010 Dusun Giring-Giring desa Kalase rena yang menjadi salah satu penghasil tambang golongan C yaitu batu bata, lokasinya berbatasan langsung dengan kabupaten Takalar sehingga pencapaiannya dapat melalui kabupaten Takalar. Kondisi perekonomian masyarakatnya dominan ekonomi menengah kebawah. Kondisi Perumahan dan Permukiman Lingkungan permukiman yang ada di Dusun Giring-Giring Desa Kalase rena Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sebahagian besar bangunannya berbentuk rumah tradisional Makassar yaitu berbentuk panggung. Tabel 2. Penggunaan Lahan di Dusun Giring-Giring Kondisi Bangunan Unit Permanen 11 Semi permanen 19 Rumah Panggung 56 TOTAL 86 Sumber; Monografi Kelurahan Kalase rena, 2010 Gambar 3. Type rumah di Dusun Giring-Giring Pada musim penghujan sering terjadi genangan air yang berada di sekitar rumah-rumah penduduk di Dusun Giring-Giring, hal ini disebabkan banyaknya kubangan/lubang akibat kerukan tanah sebagai bahan baku pembuatan bata, sehingga menyebabkan pekarangan rumah mengalami jalan yang becek. Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Arsitektur ISBN : 978-979-127255-0-6 TA7-3

Pengembangan Partisipasi Masyarakat Pemenuhan Moh. Mochsen Sir, Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Perumusan Kebutuhan Utilitas/Prasarana Lingkungan Dalam perumusan kebutuhan utilitas/prasarana lingkungan diperlukan masukan atau saran dari masyarakat mengenai permaslahan yang menyangkut tentang prasarana lingkungan, sehingga aspirasi dari masyarakat dapat tertampung dalam proses perencanaan di suatu kawasan yang berupa urutan prioritas pemenuhan kebutuhan prasarana lingkungan di Dusun Giring-Giring desa Kalase rena. Untuk menampung aspirasi masyarakat di Dusun Giring-Giring, ada dua hal yang dilakukan yaitu: Pertemuan warga yang diselenggarakan di Balai Kelurahan desa Kalase rena. Pertemuan warga ini diikuti oleh masyarakat dusun Giring-Giring desa Kalase rena yang merupakan perwakilan dari dusun tersebut dan aparat kelurahan. Dari pertemuan warga tersebut menghasilkan suatu penilaian atau saransaran tentang perbaikan prasarana lingkungan permukimannya, antara lain prasarana jaringan jalan, saluran drainase, air bersih, MCK dan persampahan Penyebaran kuisioner Penyebaran kuisioner kepada masyarakat dusun Giring-Giring desa Kalase rena dimaksudkan untuk menyusun ututan prioritas kebutuhan utilitas/prasarana lingkungan. Tabel 3. Penilaian Masyarakat Terhadap Kondisi Prasarana Lingkungan Lokasi Utilitas/Prasarana Keterangan Jaringan Jalan Perbaikan jaringan jalan utama sebagai sarana transportasi Sebaiknya dilakukan pavingsasi bagi jalan setapak. Dusun Giring- Saluran Drainase Belum ada saluran drainase untuk pembuangan air hujan dan limbah Giring Desa rumah tangga di dusun tersebut. Kalase rena Air Bersih Masih sangat memprihatinkan terutama pada saat musim kemarau, sehingga air bersih masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. MCK MCK umum yang ada tidak bias difungsikan karena air tidak mencukupi dan tidak ada saluran air kotor/parit. Persampahan Belum adanya lahan untuk penampungan sampah. Sumber : Hasil Analisis, 2010 Partisipasi masyarakat merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan utilitas/prasarana permukiman yang memadai di dusun Giring-Giring, partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru. Pemerintah telah membentuk berbagai lembaga yang bersifat formal di berbagai tingkatan masyarakat, misalnya LKMD di dusun Giring-Giring desa Kalase rena. Lembaga-lembaga formal tersebut masih didukung oleh berbagai organisasi fungsional kemasyarakatan lainnya, seperti PKK, KUD dan sebagainya. Standar Perencanaan Teknis Utilitas/Prasarana Lingkungan Sistem utilitas dan prasarana penunjang dalam permukiman yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah jalan, air bersih, saluran drainase, persampahan dan MCK. Jalan Lingkungan Hierarki jalan di lokasi sudah teratur dan berfungsi sebagai pembatas rumah dan pembagian wilayah. Kondisi jalan utama berupa jalan lingkungan sebagai area transportasi dalam keadaan rusak, sehingga pada saat musim penghujan sering becek dan bahkan terjadi genangan air yang cukup tinggi. Lebar jalan yang ada sekitar ± 2-4 m, dengan kondisi jalan belum diaspal hanya berupa pengerasan. Dengan partisipasi masyarakat maka pengembangan jalan di dusun tersebut disesuaikan dengan standar perencanaan jalan, yaitu: a. Ukuran Jalan Lingkungan Satu arah : ROW 4-5 meter Pengerasan 3 meter Gambar 4. Kondisi jalan Dusun Giring-Giring ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Arsitektur Volume 5 : Desember 2011 TA7-4

PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Dua arah : ROW 6-8 meter Pengerasan 4-6 meter b. Standar Pelayanan Untuk jalan 4 meter setidak-tidaknya dapat melayani kurang lebih 70% bangunan rumah dan berjarak 3 meter. Pada umumnya jalan lingkungan dibatasi pada kedua sisinya dengan daerah selebar 2 meter masing-masing (termasuk saluran) sehingga lebar ROW-nya 8 meter. Untuk jalan 3 meter dan 1,8 meter setidak-tidaknya dapat melayani kurang lebih 95% bangunan rumah dan berjarak 1,5 meter, pada kedua sisi jalan ditambah masing-masing 1 meter, ROW jalan ini menjadi 5 meter. Saluran Drainase/Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor Saluran irigasi yang terdapat di dusun Giring-Giring juga berfungsi sebagai drainase karena lahan persawahan yang ada merupakan sawah tadah hujan. Pada musim penghujan saluran ini sering tidak mampu menampung volume air yang melimpah, sehingga luapan air sampai pada jalan utama dan merusak tanggul saluran yang belum permanen. Saluran pembuangan ini dapat direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahun dan daya resap tanah. Standar pelayanan saluran drainase yaitu bentuk ½ lingkungan minimal 0,2 cm, bentuk bulat telur minimal 20/30 cm, kemiringan saluran 2%, kedalaman saluran minimal 40 cm, bahan saluran: beton, pasangan batu dan lain-lain. Air Bersih Untuk kebutuhan air minum dan MCK, masyarakat Dusun Giring-Giring menggunakan air sumur gali dengan kedalaman 7-20 meter. Pada musim kemarau air berkurang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. Selain itu sebagian masyarakat juga memanfaatkan air dari sumur untuk kebutuhan sehari-hari, hal ini dikarenakan keterbatasan lahan. Air bersih pada permukiman di perdesaan dapat diperoleh dari sumur gali umum. Standar pelayanan sumur gali, yaitu melayani maksimal 8 rumah/sumur gali umum, jarak ke rumahrumah yang dilayani 50 meter, kadang-kadang yang keluar air payau, oleh karena itu digunakan untuk kepentingan mandi dan cuci saja. MCK Merupakan sarana pelayanan umum untuk kebutuhan mandi, mencuci, buang air kecil, air untuk masak, minum dan lain-lain. MCK harus terbuat dari bangunan permanen sebaiknya bertahap perbaikannya agar dapat diharapkan oleh masyarakat setempat. Gambar 5. Kondisi MCK Dusun Giring-Giring Pembuangan limbah manusia di Dusun Giring-Giring biasanya memanfaatkan MCK umum, dan setiap rumah penduduk memiliki WC walaupun dalam bentuk yang sederhana. Syarat pembuangan MCK daerah permukiman di perdesaan adalah: MCK yang dibuat harus sesuai dengan kondisi setempat dan kebiasaan masyarakat setempat. Kondisi daerah pertanian yang menjadi masalah utama adalah peyediaan air bersih, kadang-kadang untuk penyediaan air bersih melalui sumur galian 7-50 meter baru terdapat air bersih (tidak payau). Air tanah yang tinggi, menyulitkan untuk pembuatan MCK bagi desa yang letaknya berada di ketinggian. MCK merupakan sarana, pelayanan umum, maka jumlah unitnya harus mencukupi kebutuhan umum atau minimal 2 unit kakus berikut tempat mandi yang terpisah untuk pria dan wanita. Lokasi MCK letaknya strategis mudah dicapai dari segala arah. MCK merupakan bangunan milik bersama, maka MCK dibangun di atas lahan yang jelas statusnya. Misalnya milik desa atau tanah yang dihibahkan. Hal itu untuk menghindarkan timbulnya persoalan di kemudian hari. Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Arsitektur ISBN : 978-979-127255-0-6 TA7-5

Pengembangan Partisipasi Masyarakat Pemenuhan Moh. Mochsen Sir, Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Persampahan Masyarakat di dusun Giring-Giring mempunyai kebiasaan membuang sampah di tanah kosong, sehingga dapat menyumbat saluran drainase/saluran pembuangan air hujan dan merusak lingkungan. Banyak juga masyarakat yang membuat tempat pembuangan sampah dengan cara menggali lubang dan sampah tersebut biasanya dibakar atau diberikan pada binatang peliharaan seperti ayam, bebek, anjing, kambing, dan sapi/kerbau. Standar perencanaan untuk permukiman di perdesaan yaitu Pembuangan sampah dapat merupakan penimbunan (open damping, sanitair), pembakaran dan pabrik kompos. Penyuluhan, pelatihan dan ppartisipasi masyarakat merupakan bagian yang harus diikuti oleh masyarakat setempat berisikan tentang pengelolaan prasarana permukiman tentang pemahaman gambar teknis secara sederhana mengenai jaringan jalan (jalan setapak), saluran drainase, bak penampungan air bersih dan tempat sampah. Dengan partisipasi tersebut diharapkan masyarakat dapat diberdayakan untuk melakukan perbaikan maupun pembangunan utilitas/prasarana lingkungan secara mandiri. SIMPULAN Prioritas kebutuhan akan utilitas/prasarana lingkungan permukiman di dusun Giring-Giring desa Kalase rena adalah perbaikan saluran drainase, air bersih, jaringan jalan, MCK dan persampahan. Partisipasi masyarakat di dusun Giring-Giring desa Kalase rena dalam rangka untuk mendukung pembangunan dan perawatan prasarana lingkungan adalah dengan memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan di bidang pembangunan dan perawatan utilitas/prasarana tersebut. Beberapa pola partisipasi yang dapat diterapkan adalah: a. Penyuluhan dengan materi pemahaman gambar teknis secara sederhana mengenai jaringan jalan (jalan setapak), saluran drainase, bak penampungan air bersih dan tempat sampah. b. Pelatihan pembuatan paving, sebagai upaya untuk memberikan ketrampilan kepada masyarakat untuk dapat membangun dan merawat jalan paving yang dimilikinya. c. Pemanfaatan tokoh-tokoh masyarakat sebagai penggerak partisipasi masyarakat. Tahap sosialisasi dilaksanakan dalam waktu yang relative pendek sementara itu kendala keterbatasan waktu dari masyarakat untuk aktif berpartisipasi. Kendala lain adalah tingkat pemahaman masyarakat yang masih rendah dalam aspek utilitas/prasarana lingkungan. Untuk itu, pendekatan yang dilakukan adalah dengan melibatkan tokoh masyarakat yang diajak berperan aktif bersama dengan masyarakat di dalam mencapai kesepakatan permasalahan utilitas/prasarana permukiman perdesaan yang dihadapi oleh masyarakat dusun Girng-Giring desa Kalase rena Kabupaten Gowa. Bentuk pemenuhan kebutuhan utilitas/prasarana perumahan dan permukiman sangat dipengaruhi oleh adanya: a. Peran serta masyarakat yang menonjol dan memahami pentingnya pengetahuan teknis sederhana khususnya di bidang pembangunan utilitas/prasarana lingkungan. b. Peran tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kondisi prasarana lingkungan. c. Adanya pedoman teknis tentang rencana prasarana lingkungan permukiman di perdesaan khususnya dusun Giring-Giring desa Kalase rena Kabupaten Gowa. DAFTAR PUSTAKA [1] Safana, Cut. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penangan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kodya Palembang. Kajian Strategi Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Pekerjaan Umum. Edisi Maret, ISSN 0854-2821. Jakarta: Pusat Analisis Pengembangan Pembangunan Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum. 1999.24-31. [2] Pedoman Teknik Pelaksanaan P3D Nelayan. Jakarta: Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. 1989 [3] Yodohusodo, Siswono et all. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan Padama Negeri. 1991. [4] Paricipatory Rural Appraisal, Gambar Teknik: Berbuat Bersama Berperan Setara, Pengkajian dan Perencanaan Program Bersama Masyarakat. Bandung: Studio Driya Media, 1994 [5] Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT. Pustaka LP3S. 1989. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Arsitektur Volume 5 : Desember 2011 TA7-6