BAB I PENDAHULUAN. data sosial ekonomi September 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

Tulisan ini mengkaji mengenai kegiatan aron pada masyarakat karo khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Air Irigasi: Mendatangkan Kemakmuran dan Kesejahteraan Petani Rarang

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. maupun secara lambat, atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Wawancara Kamituwo desa Golan Tepus. Pada tanggal 9 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertanian subsisten. Mereka menanam berbagai jenis tanaman pangan sebatas

ETOS KERJA PETANI. (Studi DiDesa Sukamaju Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo) SUMIATI PAKAYA DR. RAUF A HATU M.SI

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

PERGESERAN NILAI GOTONG ROYONG DALAM PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DESA PULUNG KENCANA. (Jurnal) Oleh

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Negara Indonesia merupakan negara agraris (pertanian) oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Kementerian Pertanian, 2014). Sektor pertanian sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. andalan di samping minyak dan gas bumi. Program pengembangan pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena secara geografis daerah Indonesia sangat mendukung untuk bertani. Sebagai negara agraris menjadikan sektor pertanian sangat penting dalam perekonomian nasional dan sebagian besar penduduk Indonesia hidup di pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nasional Indonesia dan sebagian ekspor Indonesia berasal dari sektor pertanian. Berdasarkan laporan bulanan data sosial ekonomi September 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja yaitu sebanyak 16,80 % orang dari total penduduk indonesia sebanyak 237.641.326 juta orang. (BPS Indonesia, Edisi September 2013). Pada umumnya masyarakat pertanian mayoritas mengerjakan tanamam hortikultura, tanamam keras dan tanaman palawija. Di dalam masyarakat petani di Indonesia masih banyak yang miskin karena memiliki lahan yang sempit. Kondisi ini juga diperkuat semakin berkurangnya masyarakat yang mengerjakan lahan pertanian karena masyarakat petani yang tinggal di pedesaan lebih memilih untuk memperbaiki kehidupan di perkotaan. Streotipe masyarakat bahwa kehidupan di perkotaan lebih menjamin untuk hidup sejahtera dibanding dengan kehidupan di desa yang identik dengan miskin. Pada gilirannya orang-orang yang bekerja membantu pemilik lahan pertanian berkurang. Seperti diketahui bahwa di dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terdapat cukup banyak nilai-nilai lokal (modal sosial) seperti budaya gotong royong,

kelembagaan bagi hasil, berbagai bentuk kearifan lokal (local wisdom) yang dimiliki semua etnis, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari budaya ekonomi modern. Sistem pengolahan pertanian di Indonesia secara budaya dapat ditemukan pada masyarakat Bali. Aktifitas dalam pengolahan pertanian disebut dengan istilah subak yang meliputi aktifitas pengolahan lahan pertanian di sawah seperti menanam, menyiangi, sampai tiba panen. Dalam pola tersebut dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan tenaga kerja yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga. Seperti halnya dalam kehidupan masyarakat desa di Jawa, sambatan merupakan suatu bentuk pengerahan tenaga kerja pada masa kerja dalam aktifitas pertanian di sawah, untuk keperluan itu dengan adat sopan santun yang sudah tetap, seorang petani meminta penduduk di desanya untuk membantunya dalam memanen hasil pertanian padi di sawahnya, sebagai imbalan bagi tenaga petani tersebut, cukup disediakan makan siang setiap hari kepada teman-temanya yang datang membantu, selama pekerjaan berlangsung (Koentjaraningrat, 1993:57). Khusus di masyarakat Batak Toba dikenal budaya marsiadapari dalam pengolahan lahan pertanian. Kegiatan ini meliputi: makkali aek, mangarambas, mangombak, manggadui, maname, manggaor, marsuan, marbabo dan tahap gotilan (panen). Dewasa ini, modernisasi tidak hanya merambah pada masyarakat industri, tetapi sekarang modernisasi telah masuk ke dalam masyarakat agaris. Masuknya modernisasi kepertanian membuat masyarakat pertanian mengerjakan lahan dengan teknologi baru di antaranya: traktor tangan dan mesin penuai. Tidak sedikit dari petani telah menggunakan alat tersebut sebagai cara untuk mempermudah dan mempercepat menyelesaikan pekerjaannya. Petani menggunakan alat (mesin) tersebut dengan cara menyewa kepada si pemilik alat (kapitalis) tersebut. Pertanian di Tobasa misalnya, petani padi sudah

bergantung kepada mesin traktor untuk mengolah lahannya dan menggunakan mesin sampai ke tahap panen. Kehadiran teknologi ini membuat masyarakat petani lebih memilih bantuan orang lain dari pada mengerjakan sendiri, di mana alat-alat ini tidak dimiliki petani namun dimiliki masyarakat terbatas. Hasil penelitian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan cermat bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di Malaysia. Scott memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan perontok padi, kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja. Putusnya hubungan antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan antara kelas kaya dan miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi para tuan tanah, dari anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi kerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000: 202). Penelitian Scott menunjukan bahwa penggunaan teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat, dan akhirnya berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Kondisi ini akan memperluas struktur kemiskinan, sedangkan tujuan dari pembangunan pertanian itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan (Marhaeni Munthe, 2007) Menurut Geertz, involusi pertanian ialah perubahan yang hampir tidak terjadi perkembangan karena terbagi, maksudnya kenaikan jumlah produksi bersamaan dengan melonjaknya jumlah penduduk (produksi mengikuti deret ukur dan jumlah penduduk mengikuti deret hitung). Pengertian dari Involusi yang lain ialah meningkatnya jumlah penduduk tanpa dibarengi penambahan lahan garapan sehingga mereka kemudian terpaksa membagi lahan pertanian sama rata, sama rasa. Lahan yang semakin sempit dan jumlah penduduk yang semakin bertambah tentu saja akan mengurangi jumlah produksi

pangan. Selain itu, petani juga harus menyewa alat untuk mengolah lahan dan memanen padinya, sehingga dapat mengurangi keuntungan dan mengurangi hasil produksi karena biaya yang digunakan untuk menyewa alat (mesin). Di dalam masyarakat banyak potensi yang dapat digunakan sebagai kekuatan dan pendukung keberhasilan kegiatannya. Potensi tersebut seperti sumber daya manusia (SDM), sumber daya ekonomi (SDE) dan modal sosial. Sumber daya manusia lebih merujuk pada kemampuan, keahlian yang dimiliki individu dan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan material atau fisik. Sumber daya ekonomi seperti uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank, investasi, fasilitas kredit dan lainya yang dapat dihitung dan memiliki nilai nominal. Selain modal ekonomi di dalam masyarakat ditemukan modal sosial. Modal sosial saat ini semakin banyak dibicarakan sebagai pendukung keberhasilan kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat seperti di bidang pertanian, bisnis, ekonomi dan politik. Modal sosial diyakini sebagai alternatif peningkatan ekonomi, karena dapat menghemat biaya dan dapat mengefektifkan waktu dengan cepat. Modal sosial merupakan sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan individu. Selain pengetahuan dan keterampilan terdapat juga kemampuan individu untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain. Kemampuan ini akan menjadi modal penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Modal yang demikian ini disebut dengan modal sosial (social capital), yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi (Inayah, 2012). Penekanannya pada potensi kelompok dan pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar

kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok. Sederhananya, modal sosial adalah bagaimana membangun hubungan satu sama lain serta memelihara efektifitas hubungan tersebut secara terus menerus yang akhirnya berwujud pada kerjasama untuk memperoleh sesuatu yang belum atau tidak dapat dicapai seorang diri. Modal sosial bertujuan menciptakan aturan formal yang mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok. Modal sosial sendiri muncul karena adanya kebiasaan masa lalu yang dilaksanakan hingga saat ini dalam hubungan sosial di masyarakat sebagai dasar individu maupun kelompok dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sangat penting jika modal sosial untuk mengatur tingkah laku dan resiprositas dalam suatu kelompok sosial. Modal sosial mengedepankan nilai budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi sikap setiap individu untuk bekerjasama, saling percaya, serta memahami satu sama lain, sehingga dapat memperlakukan orang lain sebagai sesama teman bukan lawan atau pihak yang menjadi sasaran mencari keuntungan. Modal sosial atau social capital memiliki peran yang signifikan terhadap pembangunan, khususnya pembangunan berkelanjutan karena modal sosial merupakan energi kolektif masyarakat (atau bangsa) guna mengatasi problem bersama dan merupakan sumber motivasi guna mencapai kemajuan ekonomi (Flassy, 2009). Modal sosial memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan masyarakat dimana social capital yang kuat akan meningkatkan kepercayaan dan interaksi yang kuat. Modal sosial merupakan suatu sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru.

Modal sosial dipahami sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan bekerja sama dalam masyarakat untuk mencapai tujuan bersama dengan aturan-aturan kolektif masyarakat, misalnya seperti dalam budaya suku Batak Toba terdapat modal sosial seperti marsiurupan, marsirippa dan arisan marga. Secara teori menurut Robert D. Putnam, defenisi modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Field, 2011: 51). Bourdie mendefinisikan modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan (Field, 2011: 23). Dalam konsep modal sosial Putnam, terdapat tiga unsur penting yang saling berkaitan (Lawang, 2005:210). Pertama adalah kepercayaan dimana menurut Putnam sikap percaya adalah mempunyai nilai kapital yang sangat ti-nggi, yang berkeinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosial lainnya yang didasari oleh suatu keyakinan bahwa yang lain akan melakukan sikap yang sama (sikap percaya) dan melakukan tindakan yang saling mendukung dan juga tidak merugikan satu sama lain (Lawang, 2005:50). Kedua adalah jaringan, merupakan infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia (Putnam, 1995:76). Hubungan antar simpul yang ada pada suatu jaringan, hanya dapat diketahui dari interaksi sosial yang terjadi diantara mereka. Interaksi berfungsi menyebarkan informasi ke seluruh anggota, yang memungkinkan mereka mampu mengambil tindakan secara kolektif untuk mengatasi masalah secara bersama-sama (Lawang, 2005:72). Ketiga

adalah norma yaitu sekumpulan aturan yang diharapkan dapat dilaksanakan dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu (Lawang, 2005:70). Norma yang dibuat bersama memberikan sanksi bagi masyarakat yang melanggar atau tidak mematuhi kebiasaan yang sudah berlaku di masyarakat. Apabila dipertahankan dan kuat di dalam komunitas, akan memperkuat masyarakat itu sendiri. Norma tidak dapat dipisahkan dengan jaringan dan kepercayaan. Norma terdiri atas pemahaman tentang nilai, harapan, dan tujuan yang diyakini dan dilaksanakan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti kode etik profesional. Norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Norma sosial ini biasanya bersifat institusional dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu untuk melakukan perbuatan yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Salah satu wilayah Propinsi Sumatera Utara yang memiliki lahan pertanian yang luas adalah Kabupaten Humbang Hasundutan. Secara geografis Kabupaten Humbang Hasundutan sangat mendukung untuk kegiatan usaha di sektor pertanian. Berdasarkan data BPS Kabupaten Humbang Hasundutan 2012, tercatat sekitar 86 % penduduk di Kabupaten ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Dalam segala aspek kehidupan masyarakat Humbang Hasundutan selalu dikaitkan dengan kebiasaan adatistiadat yang telah diwarisi turun temurun dari para leluhurnya namun tidak terlepas dari ajaran agama yang dianut oleh masyarakat Humbang Hasundutan. Hal ini tampak dari kehidupan beragama yang dapat saling berdampingan secara rukun walaupun dengan keyakinan yang berbeda. Budaya-budaya yang dimiliki oleh masyarakat di Humbang Hasundutan terbuka terhadap inovasi, budaya agraris yang telah mengakar di

masyarakat dengan adanya budaya Marsiadapari atau dalam Bahasa Indonesia yang artinya gotong royong. Pertanian yang ada di Desa Parsingguran II adalah pertanian tanam pangan. Pertanian padi adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh masyarakat petani Desa Parsingguran II. Petani pada Desa Parsingguran II mengandalkan padi sebagai tanaman utama yang mereka tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Aktifitas ini dikerjakan selama delapan bulan yaitu mulai dari proses pengolahan lahan, penanaman, perawatan sampai ke tahap panen. Pada masyarakat Desa Parsingguran II dalam proses pengolahan pertanian padi memiliki suatu aturan yang dikenal sebagai kegiatan marsiadapari. Kerja sama dalam aktifitas pertanian ini mulai dari pengolahan pertanian seperti proses penanaman, perawatan tanaman sampai pada proses memanen hasil pertanian. Aktifitas marsiadapari dikerjakan antara sejumlah orang petani untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Bentuk aktifitas pertanian padi dalam mayarakat petani di Desa Parsingguran II adalah sebagai berikut 1. Makkali aek yaitu proses perbaikan irigasi air (tali air) untuk sawah 2. Mangarambas yaitu membabat rumput yang ada di pematang sawah 3. Mangombak yaitu pembalikan lapisan tanah, sekaligus untuk menggemburkan tanah tersebut 4. Manggadui yaitu proses penambalas tanah yang berlumpur berkeliling pematang sawah (gadu-gadu) 5. Maname yaitu penyemaian benih 6. Manggaor yaitu proses meratakan tanah sekaligus menggemburkannya 7. Marsuan yaitu proses menanam padi

8. Marbabo yaitu merawat tanaman berupa tumbuhnya tanaman liar 9. Tahap terakhir adalah tahap gotilan yaitu panen. Aktifitas pertanian seperti yang tertulis di atas merupakan kerja sama dalam pengolahan lahan pertanian. Hampir semua aktifitas marsiadapari ini dikerjakan secara bersama-sama. Hal ini, sudah menjadi tradisi lokal yang sudah ditanamkan sejak dahulu oleh nenek moyang kepada setiap generasi ke generasi yang ada di Desa Parsingguran II, dan karena kondisi keterbatasan kemampuan yang dimiliki dan keterbatasan tenaga kerja, sehingga masyarakat mengolah lahan pertanian secara bersama-sama. Di sisi lain karena masyarakat petani tersebut saling membutuhkan satu sama lain. Hasil observasi menunjukkan petani padi telah memiliki jaringan dalam pengolahan lahan pertanian yaitu berdasarkan hubungan kekeluargaan, rumah yang berdekatan dan lahan berdampingan. Pada tahap makkali aek, biasanya salah seorang petani itu akan mengunjungi setiap rumah dan menginformasikan kepada petani lain bahwasanya mereka akan memperbaiki irigasi (tali air). Atas kesepakatan bersama, mereka akan bekerja sama untuk makkali aek. Pada tahap kedua yaitu mangarambas, setiap petani akan mengerjakan bagian yang sama yaitu membabat rumput yang ada di pematang sawah dengan menggunakan panaktak (sejenis sabit tetapi dengan ukuran besar). Mangombak adalah mencangkul (pembalikan lapisan tanah) sekaligus menggemburkan tanah. Pada tahap ini petani akan bersama-sama mencangkul lahan satu orang petani dan mereka melakukannya secara bergiliran. Selanjutnya, pada tahap manggadui, dan marsuan umumnya tahap ini dikerjakan oleh kaum perempuan. Tidak banyak kaum laki-laki yang mengambil bagian ini, karena sudah menjadi kebiasaan yang berlangsung sejak dahulu bahwa perempuan lebih mengerti cara marsuan yang benar. Untuk tahap maname dilakukan secara individu

(tanpa melibatkan petani lain) karena tahap ini cenderung cepat selesai dikerjakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Tahap marbabo, adalah tahap dimana setiap petani akan sama-sama marbabo (mencabuti rumput liar) sampai selesai dan dilakukan secara bergantian. Pada tahap terakhir yaitu panen atau gotilan merupakan puncak dari semua tahapan dalam pertanian padi. Petani akan memanen padi secara bersama-sama, yaitu dimulai dengan manabi eme (menyabit padi) kemudian mengumpulkan batang padi (mangaluhut) dan mambanting eme (dengan menggunakan susunan kayu) yaitu untuk mengeluarkan biji padi dari batangnya. Jika dikaji lebih mendalam, marsiadapari merupakan kekuatan yang dapat digunakan untuk mempercepat dalam mengerjakan lahan pertanian. Selain itu modal sosial ini di dalam penggunaan waktu relatif cepat, jika dibandingkan dengan pengolahan lahan dengan sendiri tentunya akan menghabiskan waktu yang lama, serta hemat di dalam pengeluaran biaya. Marsiadapari sebenarnya dapat dilihat sebagai modal sosial di mana gambaran di atas menunjukkan petani padi memiliki jaringan, nilai, dan kepercayaan. Kerja sama yang terjadi dalam masyarakat pertanian pada gilirannya menciptakan ketergantungan fungsional dan munculnya hubungan emosional yang erat dan asosiatif antara satu dengan yang lainnya. (Rahardjo, 2004:156). Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai potensi modal sosial yang ada dalam masyarakat pertani Desa Parsingguran II. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana potensi modal sosial marsiadapari pada aktifitas petani di Desa Parsingguran II? 2. Apakah marsiadapari dapat dijadikan sebagai potensi modal sosial pada aktifitas petani di Desa Parsingguran II? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan potensi modal sosial marsiadapari dalam aktifitas pertanian padi, dan untuk mengetahui fenomena apa yang sedang terjadi di dalam pelaksanaan aktivitas marsiadapari. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai potensi modal sosial marsiadapari dalam aktifitas petani. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan sumber informasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosiologi seperti kajian sosiologi pedesaan serta kajian modal sosial pada masyarakat petani padi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas wawasan pengetahuan. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan masukan bagi

pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam pendataan kependudukan masyarakat yang bermatapencaharian petani padi serta melihat potensi lokal yang dimiliki masyarakat Desa Parsingguran II. 1.5 Defenisi Konsep 1. Petani Petani adalah seseorang yang memiliki atau mengusahakan sebidang tanah atau lahan untuk bercocok tanam. Dalam penelitian ini petani yang dimaksud adalah petani padi yang mengolah sawah, dan petani tersebut adalah petani yang mengolah lahan pertaniannya dengan sistem marsiadapari. 2. Pertanian Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian dalam penelitian ini adalah pertanian padi. 3. Aktifitas Pertanian Yang dimaksud aktifitas pertanian adalah kegiatan yang dilakukan petani padi di dalam mengolah lahan pertanian. 4. Marsiadapari Sistem marsiadapari adalah sistem kerja dalam aktifitas pertanian yang dilakukan secara tolong menolong misalnya jika hari ini ada petani yang mengerjakan lahannya maka petani lain ikut menolong dan begitu juga sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan mulai dari tahap makkali aek, mangarambas, mangombak, manggadui, maname, manggaor, marsuan, marbabo dan tahap gotilan (panen).

5. Modal Sosial Modal Sosial adalah sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama. Menurut Robert Lawang, modal sosial menunjuk pada semua kekuatan kekuatan sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau kelompok secara efisien dan efektif dengan modalmodal lainnya (Lawang, 2004:24).