BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. industri atau bidang kerja tersebut mengangkut hal-hal yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN UMUM PROGRAM PAMSIMAS III I. LATAR BELAKANG

UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG PROGRAM PAMSIMAS III

PENDAHULUAN. Bab I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gender adalah suatu konsep yang masih menimbulkan ambigu di

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

PAMSIMAS 2013 KATA PENGANTAR

Sonny Harry B Harmadi Staf Ahli Bidang Kependudukan Menko PMK

2.3. Keberlanjutan Program Konsep Keberlanjutan (Sustainability) Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN 2013

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ir. Mochammad Natsir, Msc. NIP.

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia didalam suatu organisasi merupakan modal utama dan

DPR RI, 27 Mei

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Dengan demikian diharapkan seluruh kegiatan Paket HKP dapat berjalan dengan baik dalam pengelolaan SPAMS Desa yang berkelanjutan.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ir. Mochammad Natsir, M.Sc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2016 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA. Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP

Lampiran I Nomor : UM.02/06-DC/304 Tanggal : 2 Maret 2018 Hal : Undangan Pertemuan Penjaringan Minat Program Pamsimas III Tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO-UNICEF dalam joint monitoring 2004, perihal kinerja sektor Air Minum dan Sanitasi.

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

K AT A P E N G AN T AR

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI TENTANG

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PAMSIMAS II TA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

PERENCANAAN JANGKA MENENGAH PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM, KESEHATAN DAN SANITASI (PJM Pro-AKSi)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Dengan demikian diharapkan seluruh kegiatan Paket HKP dapat berjalan dengan baik dalam pengelolaan SPAMS Desa yang berkelanjutan.

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

SANITASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA PROGRAM SANITASI PERKOTAAN BERBASIS MASYARAKAT (SPBM) DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

: [i] adanya inginan untuk meningkatkan kondisi air minum

Wonogiri, 11 Pebruari 2014

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kebijakan Publik/Program. Kebijakan publik didefinisikan oleh para ahli dalam berbagai

KEBERLANJUTAN DESA PASCA

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2016 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA. Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KOTA TANGERANG SELATAN

PETUNJUK TEKNIS PEMILIHAN DESA SASARAN PROGRAM PAMSIMAS

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tercapainya kesejahteraan manusia merupakan tujuan dalam bernegara. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diwujudkan dalam pembangunan yang berkelanjutan, sehingga taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek, sehingga hak- hak penduduk dalam mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan yang sehat, dan hak lainnya terpenuhi. Hjorth (2012: 1032) menyatakan hal berikut, There will be no sustinable development unless we develop coordinated mechanism and processes that, together, offer a participatory system to develop visions, goals, and targets for sustainable development, and to coordinate implementation and review (Tidak akan ada pembangunan berkelanjutan terkecuali kita mengembangkan mekanisme yang terkoordinasi dan mengolahnya, bersamasama menawarkan sistem partisipasi untuk mengembangkan visi, tujuan, dan sasaran untuk pembangunan berkelanjutan, dan untuk mengkoordinir implementasi dan peninjauan). BAPPENAS mengungkapkan bahwa pembangunan yang berkelanjutan dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan tiga pilar, yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan (2012: 86). Penyelenggaraan pembangunan secara menyeluruh dan berkelanjutan inilah yang menjadi perhatian utama negara maju maupun berkembang. Salah satu 1

2 bentuk perhatian dunia dalam melaksanakan sustainable development diwujudkan dalam komitmen bersama yang dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 (delapan) butir, antara lain : 1. Eradicate Extreme Poverty And Hunger (Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrim) 2. Achieve Universal Primary Education (Tercapainya pendidikan dasar secara universal) 3. Promite Gender Equality And Empower Women (Dikedepankannya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan) 4. Reduce Child Mortality (Pengurangan kematian anak BALITA) 5. Improve Maternal Health (Perbaikan kesehatan ibu) 6. Combat HIV/ AIDS, Malaria And Other Disease (Peperangan terhadap HIV/ AIDS, malaria, dan penyakit- penyakit lainnya) 7. Ensure Environmental Sustainability (Kepastian keberlanjutan lingkungan) 8. Develop A Global Partnership For Development (Pengembangan kemitraan global untuk pembangunan) (OECD,2001 dalam Mardikanto, 2010: 1) Salah satu butir pembangunan tersebut adalah kepastian keberlanjutan lingkungan. BAPPENAS menyatakan, Kelestarian lingkungan antara lain dapat diindikasikan oleh adanya akses berkelanjutan terhadap sumber air minum dan fasilitas sanitasi dasar yang layak di perkotaan dan perdesaan (2012: 93). Sumber air minum dan sanitasi yang layak menjadi hal yang

penting karena berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan akibat akses sanitasi dan air minum yang kurang layak adalah naiknya kematian anak akibat diare. UNICEF Indonesia memaparkan bahwa sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman, berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia (2012: 1). Untuk menekan angka kematian bayi akibat diare tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan adalah memastikan setiap penduduk mendapatkan akses air minum dan sanitasi yang layak. Hal tersebut diperjelas oleh WHO (mengutip dari pendapat Esrey, 1990) sebagai berikut : Suplai air yang aman dan mencukupi serta sanitasi akan dapat menurunkan kematian bayi dan anak sampai lebih dari 50% dan mencegah sekitar seperempat dari semua episode diare. Meningkatkan suplai air ke rumah tangga akan dapat menurunkan tingkat kejadian penyakit- penyakit yang tercuci dengan air, dan sanitasi yang meningkat dapat mengganggu daur pengembalian kuman- kuman penyakit yang terbawa air atau berbasis di air kembali ke makanan, air atau tanah. Kajian atas penelitianpenelitian dampak suplai air terhadap kesehatan menunjukkan bahwa di sebagian besar kasus dengan perbaikan suplai air telah mampu menurunkan kejadian penyakit- penyakit diare, termasuk dalam peningkatan tersebut adalah meningkatnya ketersediaan air. (2001) Target bidang sanitasi dan air minum yang ingin dicapai pemerintah Indonesia pada tahun 2015 adalah 68,87% penduduk atau rumah tangga yang bisa mengakses air minum yang layak dan 62,41% penduduk atau rumah tangga yang dapat mengakses sanitasi yang layak. Dalam rangka mencapai target tersebut, pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum membuat regulasi berupa Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM). Pada dasarnya kebijakan dan commit strategi to ini user mengatur tentang pengembangan 3

4 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di perkotaan dan perdesaan, baik di lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, maupun bagi masyarakat dan dunia usaha. Salah satu wujud nyata penjabaran kebijakan tersebut adalah digulirkannya Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) pada tahun 2008. Program PAMSIMAS melibatkan BAPPENAS sebagai koordinator nasional, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai Executing Agency, dengan dibantu beberapa Implementing Agency yakni Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Keuangan (CPMU PAMSIMAS, 2009 : 37). Tujuan program PAMSIMAS adalah meningkatkan jumlah warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (CPMU PAMSIMAS, 2013 : 7). Program PAMSIMAS telah dilaksanakan pada tahun 2008-2012. Capaian yang diperoleh melalui program PAMSIMAS pada periode ini telah dilaksanakan di 6000 desa yang tersebar di 110 kabupaten/kota di 15 provinsi. Direktur Pengembangan Air Minum (PAM) Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Mochammad Natsir menyatakan bahwa Program PAMSIMAS diharapkan tidak hanya berhasil meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi saja, namun juga mampu mendukung

5 perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengelola prasarana air minum dan sanitasi terbangun. Oleh karena itu, program PAMSIMAS dilanjutkan, dikembangkan, dan disempurnakan dengan adanya PAMSIMAS II (Media Bisnis, 2014). Beberapa hal yang melandasi dilaksanakannya PAMSIMAS II berdasarkan hasil evaluasi program antara lain bahwa pada tahun 2008-2012, sebanyak 162 desa atau 3% dari total desa sebanyak 6474 desa sasaran menyatakan mundur dari program PAMSIMAS I, yang diakibatkan proses penentuan desa sasaran yang tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis PAMSIMAS. Kemudian masih terdapat desa sasaran program tahun 2011-2013 yang belum menyelesaikan kegiatan fisiknya yaitu sebanyak 108 desa atau 1% dari total desa sebanyak 7360 desa. Dan berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen (SIM) PAMSIMAS terdapat desa yang SPAM-nya tidak berfungsi sebanyak 460 desa atau 7% dan desa yang SPAM-nya tidak berfungsi sebagian sebanyak 1530 desa atau 22% dari total desa tahun 2008-2012. Disamping itu, masih terdapat Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum memenuhi kewajiban melaksanakan replikasi program sebanyak 96 desa dari total kewajiban replikasi sebanyak 705 desa atau 14% (Hendriawati, 2014). Sebagai salah satu kabupaten yang telah melaksanakan Program PAMSIMAS I, Kabupaten Wonogiri ditetapkan sebagai kabupaten pelaksana program PAMSIMAS II periode 2013-2016. Hal ini didasarkan

6 pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 79/KPTS/DC/2013 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/DC/2013 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sasaran Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Di Kabupaten Wonogiri, Program PAMSIMAS II merupakan salah satu upaya pemerintah daerah dalam hal pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan, yang direncanakan dalam Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) 2011-2015 (Humas Kabupaten Wonogiri, 2011). Permasalahan air minum dan sanitasi di Kabupaten Wonogiri saat terlaksananya Program PAMSIMAS II pada tahun 2013 masih dibutuhkan perhatian yang serius. Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri menyatakan bahwa pada akhir tahun 2013 jumlah penduduk yang menggunakan dan memiliki akses jamban sehat baru mencapai 60,3% dan prosentase jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) baru mencapai 53,4%. Padahal indikator Rencana Strategis Kementerian Kesehatan untuk Kabupaten Wonogiri menargetkan, pada akhir tahun 2013 jumlah penduduk yang menggunakan dan memiliki akses jamban sehat Kabupaten Wonogiri sebesar 64,1% dan desa yang melaksanakan STBM sebesar 57,8%. Selain itu, masih ada 14210 KK yang masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dampaknya, pada akhir tahun 2013 kasus diare di Kabupaten Wonogiri masih mencapai angka 9649 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, 2013). Hal ini

menunjukkan bahwa keadaan sanitasi dan air minum di Kabupaten Wonogiri masih belum baik, sehingga Program PAMSIMAS II yang dimulai pada tahun 2013-2016 diharapkan mampu mengatasi permasalahan air minum dan sanitasi di Kabupaten Wonogiri. Tahun 2014 merupakan tahun kedua pelaksanaan Program PAMSIMAS II. Pada tahun tersebut, terpilih 9 desa/kelurahan sasaran program PAMSIMAS II di Kabupaten Wonogiri. Kesembilan desa/kelurahan tersebut terpilih berdasarkan seleksi proposal yang diajukan oleh 22 desa/kelurahan. Tabel 1.1 Daftar Desa/Kelurahan Sasaran Program PAMSIMAS II Tahun No Nama Desa Anggaran 2014 di Kabupaten Wonogiri Target Tambahan Penerima Manfaaat Air Minum (Jiwa) Perkiraan BLM Sumber Dana 1 Jeporo 2100 Rp. 250.000.000,00 APBN 2 Pagutan 2195 Rp. 200.000.000,00 APBN 3 Jaten 2154 Rp. 220.000.000,00 APBN 4 Tambakmerang 1300 Rp. 220.000.000,00 APBN 5 Suci 1750 Rp. 200.000.000,00 APBN 6 Giriharjo 1200 Rp. 230.000.000,00 APBN 7 Jimbar 1272 Rp. 210.000.000,00 APBD 8 Setrorejo 1150 Rp. 210.000.000,00 APBD 9 Giriyoso 1150 Rp. 240.000.000,00 APBD Sumber: Lampiran Surat Bupati Nomor: 050/ tanggal 20 Januari 2014 tentang : Penyampaian Usulan Daftar Pendek Desa/Kelurahan Sasaran Program Pamsimas dari Dana APBN 2014 Dari sembilan desa/kelurahan tersebut, penelitian ini difokuskan pada Kelurahan Pagutan, dikarenakan berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian proposal desa/kelurahan, jumlah penduduk yang belum mendapatkan akses air minum aman menempati angka tertinggi, yakni 7

8 2.195 jiwa. Pertimbangan lain adalah masih terdapat 1.807 penduduk yang belum menggunakan jamban, dan 53 kejadian penyakit diare dalam satu tahun terakhir. Selain itu, dalam Rencana Kerja Masyarakat Program PAMSIMAS II Kelurahan Pagutan juga dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan air minum disebabkan oleh kemarau yang panjang dan buruknya kualitas air minum saat hujan. Kemudian dalam hal sanitasi, permasalahan yang terjadi disebabkan oleh kurangnya sumber air bersih, kebiasaan perilaku masyarakat yang BABS, dan kemiskinan. Lalu dalam hal perilaku kesehatan, permasalahan yang dihadapi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan (RKM KKM Warih Mulyo, 2014). Karena alasan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui implementasi Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan dan faktor yang berpengaruh pada implemetasi program. Penelitian terdahulu mengenai implementasi Program PAMSIMAS I telah dilakukan oleh Ooh Idham Holid di Kabupaten Garut. Penelitian tersebut hanya difokuskan pada pengaruh implementasi program terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Holid, 2013). Kemudian penelitian mengenai evaluasi implementasi Program PAMSIMAS I yang dilakukan oleh Bagus Danar Andito, dkk di Kabupaten Grobogan difokuskan pada analisis perubahan yang terjadi setelah adanya program dan aspek pendukung serta penghambat pelaksanaan program. Kedua penelitian tersebut hanya dititikberatkan pada dampak yang terjadi pasca program. Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut terletak pada

9 fokus penelitiannya. Penelitian ini difokuskan pada proses implementasi Program PAMSIMAS II dan faktor- faktor yang berpengaruh dalam proses implementasi program PAMSIMAS II. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri? 2. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. 2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretis a. Menambah pengetahuan dan keilmuan bidang kebijakan publik. b. Menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.

10 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret b. Bagi instansi terkait, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu referensi bagi pelaksana Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program selanjutnya. c. Bagi masyarakat Kelurahan Pagutan, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber masukan agar pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah terbangun dijalankan dengan lebih baik.